Sampah bercampur lumpur memenuhi beberapa bagian aliran sungai. Tanpa ada penyaring, air bekas cucian, sampah plastik, dan lainnya mengalir deras dari saluran pembuangan.
JAKARTA, KOMPAS – Kondisi Kali Krukut, yang mengalir di tengah kawasan Bendungan Hilir dan Karet Tengsin, Jakarta Pusat, kerap dipenuhi sampah. Bahkan, limbah rumah tangga ikut mencemari kali dan sampai kini belum ada solusi mengatasi persoalan tersebut.
Limbah rumah tangga mengalir dari saluran pembuangan di permukiman padat penduduk dan gedung-gedung di sekitar Kali Krukut. Gubuk-gubuk di bantaran sungai pun memanfaatkan pipa-pipa paralon untuk membuang limbah ke sungai.
Alhasil, air sungai berwarna mulai dari cokelat keruh sampai hitam pekat dan bercampur lumpur. Aromanya menyengat hidung.
Pantauan Kompas, Selasa (9/7/2019), sampah bercampur lumpur memenuhi beberapa bagian aliran sungai. Tanpa ada penyaring, air bekas cucian, sampah plastik, dan lainnya mengalir deras dari saluran pembuangan.
Setidaknya, setiap hari, ada 8 petugas dari Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air Suku Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta membersihkan aliran sungai dan mengeruk lumpur agar tidak terjadi pendangkalan.
Salah satu petugas, Noufel Jawas (47), mengatakan, limbah semakin mengeruhkan air sungai. Air tidak layak untuk mandi, cuci, dan kakus.
"Jarang anak-anak main di sungai. Kami kena gatal-gatal dan ruam di kulit. Karena kerjaan tiap hari jadi terbiasa," ujar Noufel.
Meskipun demikian, Sahur (60), salah satu warga yang tinggal di kawasan padat penduduk, beralasan, mereka tetap membuang limbah ke sungai karena ketiadaan lahan untuk resapan air. Resapan hilang karena telah banyak bangunan di sepanjang aliran sungai.
"Sempit, hanya tersisa jalur untuk melintas. Jadi limbah dibuang ke sungai," tutur Sahur.
Permukiman hanya menyisakan jalan selebar 1-2 meter untuk lalu lalang orang dan sepeda motor. Bahkan, toilet umum berdiri di bantaran sungai.
Sulit bersih
Sementara itu, Kepala Satuan Pelaksana UPK Badan Air Sudin Lingkungan Hidup Jakarta Pusat Rahmat mengatakan, Kali Krukut sulit bersih karena warga sekitar sudah terbiasa membuang sampah dan limbah sembarangan ke kali. Bahkan, lanjut Rahmat, pihaknya juga sering melakukan sosialisasi terkait gerakan membersihkan sungai lewat program "Gerebek Sampah", tetapi usaha itu terkesan sia-sia.
"Warganya kurang peduli dengan kesehatan. Jadi warganya ngeyel juga. Kami sudah sosialisasi, juga lakukan "Gerebek Sampah", tetapi ditinggal beberapa menit sudah penuh lagi sampahnya," tutur Rahmat.
Limbah sampah pun, menurut Rahmat, tak bisa bergerak ke mana-mana karena Pintu Air Karet ditutup. Tak heran, buangan limbah warga akan terus terkumpul di sana.
Rahmat menjelaskan, sebenarnya, Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta pernah mewacanakan agar ada normalisasi di sungai itu, tetapi hingga kini belum terlaksana.
"Lokasi di situ, kan, boro-boro untuk masuk alat berat, untuk masuk badan saja, kami susah untuk masuk bersihkan (sampah)," ujarnya.