Pasar saham Asia mencoba untuk menanjak di awal perdagangan, Selasa (9/7/2019), berbalik dari pelemahan pada awal pekan ini. Investor mencoba berdamai dan menganalisis lebih lanjut terkait ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga besar pada akhir Juli ini.
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Pasar saham Asia mencoba untuk menanjak di awal perdagangan, Selasa (9/7/2019), berbalik dari pelemahan pada awal pekan ini. Investor mencoba berdamai dan menganalisis lebih lanjut terkait ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed, akan menurunkan suku bunga besar pada akhir Juli ini.
Pandangan itu didukung setelah kenaikan kuat dalam data ketenagakerjaan AS pada Juni. Hal itu turut mendorong pelemahan bursa Wall Street untuk hari kedua berturut-turut. Indeks S&P 500 kehilangan 0,48 persen, sementara Nasdaq Composite juga turun 0,78 persen yang ditandai antara lain oleh penurunan harga saham Apple Inc.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen pada awal perdagangan. Pada perdagangan awal pekan ini, Indeks MSCI turun 0,6 persen. Pada saat yang sama, Indeks Nikkei Jepang naik 0,5 persen, termasuk akibat sentimen pelemahan yen terhadap dollar AS.
Futures pasar uang masih sepenuhnya mengacu pada proyeksi akan adanya pemotongan 25 basis poin atas tingkat suku bunga acuan (Fed Rate) dalam pertemuan kebijakan The Fed berikutnya pada 30-31 Juli 2019. Namun, hampir seluruh pelaku pasar memproyeksikan semakin kecil terjadinya pemotongan tingkat suku bunga hingga 50 persen atau lebih besar lagi.
”Secara keseluruhan, pemotongan 25 basis poin akan dibenarkan sebagai langkah antisipatif dan saya pikir harga pasar saat ini cukup adil,” kata Naoya Oshikubo, ekonom senior di Sumitomo Mitsui Trust Asset Management.
Fokus investor bergeser pada pemaparan Gubernur The Fed Jerome Powell di depan Kongres akhir pekan ini untuk melihat petunjuk tentang kebijakan moneter di AS. Powell diperkirakan akan memberikan isyarat lebih lanjut tentang prospek jangka pendek untuk kebijakan moneter AS.
The Fed dalam laporan semi-tahunan kepada Kongres pada Jumat pekan lalu menegaskan janjinya untuk ”bertindak sebagaimana mestinya” guna mempertahankan pertumbuhan ekonomi negeri itu.
Di pasar mata uang, memudarnya harapan pelonggaran agresif oleh The Fed pun membantu mendorong posisi dollar AS. Euro diperdagangkan pada level 1,1215 per dollar AS, level yang dekat dengan posisi terendahnya pada Senin dari level 1,1207 per dollar AS, level terlemah sejak 19 Juni lalu.
Dollar terkerek terhadap yen, dengan diperdagangkan di level 108,75 yen, dan sempat naik hingga 108,8 yen. Itu adalah level tertinggi dollar AS dalam kurun waktu lebih dari sebulan terakhir. Sementara itu, posisi pound sterling berada di level 1,2518, tidak jauh dari posisi terendah enam bulan dari level 1,2481 yang disentuh pada Jumat pekan lalu.
Di pasar komoditas, harga minyak sedikit lebih lemah karena kekhawatiran tentang apakah perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan memukul permintaan minyak. Hal itu pun turut mengatasi ketegangan sejenak atas program nuklir Iran.
Minyak mentah berjangka Brent turun 23 sen atau 0,36 persen ke level 63,88 dollar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menyusut 19 sen atau 0,33 persen ke level 57,47 dollar AS per barel. (REUTERS)