Seekor harimau sumatera yang berhasil diselamatkan dari perangkap harus diamputasi kakinya karena membusuk terjepit perangkap. Dibalik auman harimau sumatera yang dahsyat dan menggetarkan, perburuan terus berlangsung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
Kegagahan harimau sumatera jantan yang terkena jerat pemburu di hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan tak berkurang meski kaki kanan depannya telah diamputasi. Aumannya masih dahsyat dan menggetarkan siapa saja yang mendengarnya. Tatapannya tajam dengan gigi-gigi yang runcing.
Satwa dilindungi itu masih diisolasi di Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Bandar Lampung. Saat Kompas berkunjung ke kandang harimau, Senin (8/7/2019), harimau itu terlihat kuat meskipun kakinya sakit. Satwa itu diletakkan di kandang tertutup untuk mengurangi penampakan manusia. Harimau itu lebih banyak duduk di pinggir kandang.
Namun, sifat agresif “Sang Raja Hutan” itu masih tampak. Saat mencium keberadaan manusia, dia mengaum. Geramannya membuat siapa pun bergidik.
Siang itu, tim dokter hewan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung baru saja memberi obat dan suplemen untuk membantu memulihkan kondisi satwa liar itu. Petugas juga memasukkan empat ekor ayam hidup ke kandang untuk makan siang harimau.
Harimau yang diperkirakan berusia empat tahun itu pertama kali ditemukan terjerat oleh tim patroli yang terdiri dari polisi kehutanan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan mitra dari Wildlife Conservation Society saat sedang patroli di hutan, tepatnya di Resort Suoh, TNBBS, pada Selasa (2/7/2019). Saat itu, tim mendengar auman harimau. Tim lalu melakukan pengecekan di kamera trap dan menemukan titik koordinat harimau.
Kaki kanan depan hewan langka itu terperangkap jerat besi. Saat terjerat, harimau itu terus meronta mencoba melepaskan diri. Saat itu, tim berusaha menjauh agar tidak terlihat karena khawatir akan menambah luka jerat di kaki harimau.
Lokasi tempat terjeratnya harimau berada di dalam hutan, sekitar dua kilometer dari Desa Ringinsari, Kecamatan Suoh, Lampung Barat. Kondisi jalan yang terjal sempat menjadi kendala.
Butuh waktu dua hari untuk mengevakuasi harimau tersebut. Tim evakuasi terdiri dari BKSDA Bengkulu, TNBBS, dan mitra terkiat. Penduduk sekitar turut membantu evakuasi.
Kondisi kakinya ternyata luka parah. Daging pada bagian telapak kakinya telah membusuk. Dokter hewan dari BKSDA Bengkulu Erni Suyanti bersama dokter hewan lainnya di Lampung, Sugeng, melakukan operasi amputasi pada Jumat (5/7/2019).
“Kalau tidak segera diamputasi, infeksi di kaki harimau itu bisa menjalar ke organ lain dan membahayakan keselamatannya,” kata Kepala Seksi Konservasi wilayah III Lampung BKSDA Bengkulu Hifzon Hawahiri.
Menurut dia, harimau itu masih harus direhabilitasi hingga sembuh. Tim medis belum dapat memastikan berapa lama waktu yang dibutuhkan harimau untuk bisa pulih. Lamanya masa pemulihan amat bergantung pada makanan dan suplemen yang diberikan.
Pembersihan jerat
Sunarni Widyastuti selaku Koordinator Regional Sumatran Tiger Project United Nations Development Programme (UNDP)—lembaga yang membantu upaya konservasi satwa terancam punah-menuturkan, patroli rutin dan pemasangan kamera trap di hutan penting untuk menekan kematian satwa akibat perburuan liar. Penyelamatan harimau yang terjerat kemarin adalah hasil dari patroli dan pemasangan kamera trap. “Jika tim patroli tidak bergerak ke lapangan, kemungkinan satwa tersebut tidak bisa bertahan hidup,” kata Sunarni.
Dari pemantauan di kamera trap, harimau itu diduga sudah dua kali terkena jerat. Sebelum diketahui terkena jerat seling, harimau jantan itu pernah terkena jerat kolong. Namun, harimau itu bisa melepaskan diri.
Dia mengapresiasi upaya cepat dari tim dari TNBBS, Seksi Konservasi Wilayah III Lampung Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu, serta mitra terkait yang segera mengevakuasi harimau. Selanjutnya, pihaknya akan terus mengadvokasi agar pelaku perburuan liar yang memasang jerat itu dapat diungkap.
Sunarni menambahkan, pemerintah perlu lebih memprioritaskan patroli khusus pembersihan jerat di hutan. Patroli ini harus dilakukan secara rutin minimal satu kali setiap bulan. Selama ini, pihaknya telah membantu membiayai operasional untuk kegiatan patroli serta kegiatan lainnya.
Pemerintah perlu lebih memprioritaskan patroli khusus pembersihan jerat di hutan (Sunarni Widyastuti)
Dia menambahkan, sosialisasi pada masyarakat tentang perlindungan kawasan hutan dan satwa kunci juga perlu ditingkatkan. Saat ini, masih banyak masyarakat yang memiliki senjata angin untuk berburu.
Kepala TNBBS Agus Wahyudiyono menuturkan, pihaknya telah menerjunkan tim untuk melakukan patroli pembersihan jerat. Saat ini, tim masih menyusuri jerat hingga sepekan ke depan. Tim juga masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelaku yang memasang jerat.
Berdasarkan data yang dihimpun dari TNBBS, pada 2016, populasi harimau sumatera di TNBBS diperkirakan 55 ekor. Di balik auman harimau yang menggetarkan, perburuan liar masih menjadi ancaman bagi keberlangsungan satwa liar itu.