LYON, SENIN - Tim nasional putri Amerika Serikat berhasil mempertahankan gelar juara dunia setelah mengalahkan Belanda, 2-0, pada laga final Piala Dunia Putri 2019 di Perancis yang berakhir Senin (9/7/2019) dini hari WIB. Para pemain AS juga mendominasi perolehan penghargaan untuk para pemain terbaik.
Superioritas AS langsung terlihat ketika mereka menekan Belanda sejak awal laga yang berlangsung di Stade de Lyon tersebut. Dengan kecepatan dan kemampuan membaca aliran bola, AS dengan mudah mengurung pertahanan Belanda terutama selama babak pertama.
Dalam kondisi terpojok, para pemain bertahan Belanda harus bekerja keras membuang bola. Mereka beruntung memiliki kiper Sari van Veenendaal yang beberapa kali melakukan penyelamatan gemilang. Bek Belanda Anouk Dekker dan Stephanie van der Gragt juga mampu membuat striker AS, Alex Morgan, kesulitan menyerang.
Momen kemenangan AS pun muncul pada babak kedua ketika Van der Gragt melakukan pelanggaran terhadap Morgan. Wasit memberikan tendangan penalti kepada AS dan diselesaikan dengan baik oleh sang kapten, Megan Rapinoe. Keunggulan 1-0 membuat AS lebih tenang dan percaya diri.
Belanda juga tidak menyerah begitu saja dan justru bisa menemukan celah untuk menyerang pada babak kedua. Namun, AS juga memiliki pertahanan yang solid. Mereka mampu mengatasi umpan-umpan panjang Belanda dan menyerang balik.
AS pun mengunci kemenangan setelah Rose Lavelle mencetak gol melalui tendangan keras yang tidak bisa dijangkau Van Veenendaal. “Sungguh tidak bisa dipercaya dan saya tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan saat ini,” ujar Rapinoe.
Menurut Rapinoe yang sudah tampil di final piala dunia sebanyak tiga kali pada 2011, 2015, dan 2019 itu, kegilaan adalah kunci utama keberhasilan mereka. “Kegilaan ini yang membuat kami spesial. Kami tidak pernah menyerah dan kami akan melakukan apa saja untuk menang,” katanya.
Kegilaan dan determinasi tinggi tersebut menjadikan AS menjadi tim terkuat di ajang piala dunia putri sampai saat ini. Mereka sudah menjuarai turnamen ini sebanyak empat kali dan mereka menjadi tim kedua yang bisa mempertahankan gelar juara, setelah tim putri Jerman pada 2003 dan 2007. Sebelumnya mereka menjadi juara pada tahun 1991 (edisi pertama), 1999, dan 2015.
Pelatih tim putri AS, Jill Ellis, juga menjadi pelatih pertama yang mengangkat trofi piala dunia sebanyak dua kali berturut-turut. Pada final piala dunia putri 2015, Ellis mengantar tim AS mengalahkan Jepang 5-2. “Mereka adalah sekelompok pemain yang luar biasa. Mereka bermain dengan hati sepanjang turnamen dan hanya mengucapkan terima kasih saja kepada mereka tidaklah cukup,” katanya.
“Ellis melakukan tugasnya dengan luar biasa dalam memimpin tim ini,” puji Morgan. Di tangan Ellis, tim AS menjadi tim yang mencetak 26 gol dan hanya kebobolan tiga gol dalam turnamen ini. Kemenangan terbesar mereka terjadi pada fase penyisihan grup ketika mengalahkan Thailand, 13-0. Kemenangan tersebut pun telah menjadi sejarah besar.
Talenta terbaik
Di antara 24 tim yang berpartisipasi dalam turnamen ini, AS terbukti memiliki para pemain dengan kemampuan merata. Tiga pemain AS pun mendapatkan penghargaan pada akhir laga. Rapinoe menjadi pemain terbaik dan meraih penghargaan bola emas. Lucy Bronze (Inggris) dan Rose Lavelle (AS) menjadi pemain terbaik kedua dan ketiga.
Rapinoe juga mendapat sepatu emas karena mencetak enam gol dan tiga asis. Adapun Morgan juga mencetak enam gol dan tiga asis untuk mendapatkan penghargaan sepatu perak. Meski jumlah gol dan asis sama, Rapinoe berhak mendapatkan sepatu emas karena lebih unggul dalam hal hitungan gol per menit dibandingkan Morgan.
Sementara penghargaan sarung tangan emas untuk kiper terbaik diraih Van Veenendaal. Sepanjang turnamen, Belanda hanya kebobolan lima kali. Pertahanan yang kuat menjadi modal berharga bagi Belanda untuk terus melaju hingga ke final.
Semua penghargaan dan trofi diberikan oleh Presiden FIFA Gianni Infantino. Hadir pula Presiden Perancis Emmanuel Macron dalam upacara penyerahan trofi tersebut. (AFP/REUTERS)