Saham Asia Turun Tertekan Sentimen Bunga Acuan The Fed
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, SENIN — Bursa saham Asia tergelincir pada awal perdagangan, Senin (8/7/2019), karena sentimen melemahnya peluang pelonggaran kebijakan keuangan di Amerika Serikat. Di pasar mata uang, lira Turki bertahan di dekat posisi terendahnya dalam dua pekan setelah presiden negara itu memberhentikan gubernur bank sentral pada akhir pekan lalu.
Ekuitas global umumnya telah terdorong pada harapan bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada atau mendekati rekor terendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Harapan-harapan itu diperlambat oleh laporan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan suplai ketenagakerjaan di sektor nonpertanian melonjak 224.000 pada Juni 2019, mengalahkan perkiraan 160.000 sebelumnya. Hal itu sebagai tanda negara dengan perekonomian terbesar dunia itu masih cukup bertenaga.
Saham Asia di awal pekan ini mengikuti arah bursa Wall Street, yang jatuh dari rekor tertingginya pada Jumat pekan lalu. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3 persen, sedangkan Indeks KOSPI Korea Selatan turun 1 persen, dan saham Australia turun 0,4 persen. Indeks Nikkei Jepang tersendat 0,6 persen.
”Data ketenagakerjaan pada Juni menekan pasar, khususnya pada pelaku pasar yang memproyeksikan potongan 50 basis poin pada Fed rate yang akan diambil pada pertemuan FOMC (pertemuan para petinggi bank sentral AS, The Federal Reserve) mendatang,” demikian analisis tim analis ANZ dalam catatannya kepada klien mereka. ”Ini adalah data ketenagakerjaan nonpertanian terkuat sejak Januari tahun ini dan menunjukkan ekonomi AS masih memiliki pijakan yang kuat.”
Sebagai reaksi terhadap data terbaru itu, imbal hasil US Treasury dengan tenor dua tahun menanjak 10 basis poin. Ekspektasi untuk penurunan suku bunga Fed juga menyempit dengan kondisi pasar sekarang menetapkan pelonggaran 27 basis poin bulan ini dari 33 basis poin sebelum data ketenagakerjaan itu keluar.
Gubernur The Fed Jerome Powell diperkirakan memberikan isyarat lebih lanjut tentang prospek jangka pendek untuk kebijakan moneter AS pada pekan ini. Ia akan memberikan kesaksian tengah tahunan atas ekonomi AS di depan Kongres. The Fed dalam laporan semi-tahunan kepada Kongres pada Jumat pekan lalu menegaskan janjinya untuk ”bertindak sebagaimana mestinya” untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi negeri itu.
Mata uang lira
Di pasar mata uang, aksi jual terjadi terhadap lira Turki yang melemah menjadi 5,8245 per dollar AS. Level itu adalah level terendah sejak 25 Juni lalu, terdorong oleh sentimen setelah Gubernur Bank Sentral Turki, Murat Cetinkaya, yang masa jabatannya empat tahun akan berjalan hingga 2020, digantikan wakilnya Murat Uysal.
Presiden Recep Tayyip Erdogan memecat Cetinkaya karena menolak permintaan berulang pemerintah atas penurunan suku bunga. Pemecatan itu pun menimbulkan pertanyaan tentang independensi bank sentral negeri itu.
Indeks dollar AS yang mengukur kekuatan dollar AS terhadap sekeranjang mata uang utama turun dari tertinggi level tertinggi 2,5 pekan di level di 97,443. Sementara itu mata uang euro bergerak datar di level 1,1226 dollar AS, tidak jauh dari level terendah dalam 2,5 pekan di level 1,1205 per dollar AS. Dollar Australia yang telah naik sejak 18 Juni lalu juga tergelincir di bawah 70 sen pada perdagangan terakhir di level 0,6974 per dollar AS.
Isu geopolitik
Geopolitik mungkin menjadi fokus pekan ini menyusul berita pada hari Minggu bahwa Iran akan meningkatkan pengayaan uraniumnya, melanggar batas yang ditetapkan perjanjian nuklir 2015 yang penting. ”Sejauh ini ketegangan AS-Iran belum memiliki dampak material pada pasar, tetapi jika ketegangan meningkat, itu bisa menjadi cerita yang berbeda,” kata ahli strategi National Australia Bank, Rodrigo Catril.
Berita terbaru tentang perundingan perdagangan China-AS masih dinantikan pasar. Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, membenarkan perwakilan penting dari AS dan China akan bertemu dalam pekan-pekan mendatang guna melanjutkan perundingan perdagangan kedua negara.
”Apakah para perunding dapat menemukan solusi untuk masalah struktural yang sulit yang tetap di antara kedua belah pihak adalah masalah lain, dan Kudlow memperingatkan tidak ada batas waktu untuk mencapai kesepakatan,” kata Catril.
Di pasar komoditas, harga minyak naik dengan futures minyak mentah Brent, patokan internasional untuk harga minyak, naik 9 sen menjadi 64,32 dollar AS per barel. Pada saat yang sama minyak mentah AS bertambah harganya 8 sen menjadi 57,59 dollar AS per barel. (REUTERS)