Upaya stabilisasi harga ayam di tingkat peternak dengan cara memusnahkan bibit ayam dinilai berhasil. Setelah sekitar 3,6 juta bibit ayam dimusnahkan, harga di tingkat peternak mulai stabil. Setelah sempat anjlok hingga Rp 5.500 per kilogram, harga ayam potong kini sudah sekitar Rp 19.000 per kg.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS - Upaya stabilisasi harga ayam di tingkat peternak dengan cara memusnahkan bibit ayam dinilai berhasil. Setelah sekitar 3,6 juta bibit ayam dimusnahkan, harga di tingkat peternak mulai stabil. Setelah sempat anjlok hingga Rp 5.500 per kilogram, harga ayam potong kini sudah sekitar Rp 19.000 per kg.
Di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, seminggu terakhir, harga ayam di tingkat peternak membaik. Sepekan lalu, harga ayam di tingkat peternak masih Rp 5.500 per kilogram (kg). Namun, pada pertengahan pekan lalu harganya merangkak menjadi Rp 11.000 per kg, dan kini mencapai Rp 19.000 per kg.
Sucipto (37), peternak ayam di Desa Bulakpacing, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, mengatakan, harga ayam di tingkat peternak kini sudah kembali normal. "Harganya sudah mulai normal. Paling tidak sudah di atas biaya produksi," kata Sucipto, Senin (8/7/2019).
Menurut Sucipto biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk satu kilogram ayam yakni Rp 18.500. Adapun Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Kosumen berkisar Rp 18.000-Rp 20.000 per kg.
Peningkatan harga ayam juga dirasakan oleh Fery (32), peternak ayam di Desa Bengle, Kecamatan Talang. Sejak sepekan terakhir, harga ayamnya berkisar Rp 20.000-Rp 21.500 per kg. Harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak tiga bulan terakhir.
"Sejak sepekan lalu harganya sudah mulai membaik. Bahkan, dua hari yang lalu harganya sempat mencapai Rp 21.500 per kg," ucap Fery.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tegal Toto Subandriyo mengakui, peningkatan harga ayam di tingkat peternak sepekan terakhir dampak dari pemusnahan 3,6 juta bibit ayam. Meski begitu, kebijakan pemusnahan ayam itu tetap akan dievaluasi. Jangan sampai pengurangan bibit ayam menyebabkan lonjakan harga di pasaran tak terkontrol.
"Kami akan evaluasi pemusnahan bibit ayam. Jangan sampai pasokan ayam berkurang dan harga di pasaran malah naik," tutur Toto.
Meski begitu, kebijakan pemusnahan ayam itu tetap akan dievaluasi. Jangan sampai pengurangan bibit ayam menyebabkan lonjakan harga di pasaran tak terkontrol.
Menurut Toto, selama ini masih banyak peternak yang tidak melaporkan jumlah bibit atau produksi ayam kepada pemerintah. Padahal, pelaporan tersebut penting untuk menghitung jumlah ayam yang beredar. Hal ini untuk menghindari kelebihan suplai.
"Tantangannya, masih banyak perusahaan ternak yang enggan melaporkan kepada pemerintah terkait jumlah ayam dan kemampuan produksi ternaknya. Karena tidak pegang data, kami jadi sulit mau memantau jumlah ketersediaan dan kebutuhan masyarakat," imbuh Toto.
Beberapa pekan lalu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Jawa Tengah Lalu M Syafriadi mengatakan, kewenangan pendataan berada di bawah pemerintah provinsi. Hal tersebut disambut baik oleh Toto. Dengan begitu, Dinas Peternakan di tingkat kabupaten/kota bisa berbagi tugas dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng.