Menikmati Gemerlap Kota Makau
Ketika unjuk rasa hingar-bingar melanda Hong Kong, perjalanan wisata ke Makau bisa menjadi pilihan. Bukan hanya kasino dan beragam permainan judi, Makau yang menjadi cagar sejarah dunia oleh UNESCO sejak tahun 2005 ini, selalu menarik untuk dijelajahi sejarahnya.
Selama tiga hari, 24–26 Juni, penulis berkesempatan kembali ke Makau dan mengunjungi beberapa tempat menarik di sana. Karena tidak ada penerbangan langsung Jakarta–Makau, perjalanan pun ditempuh dengan pesawat jurusan Jakarta–Hong Kong yang ditempuh lima jam lebih sedikit.
Saat tiba sore hari, penulis bergegas melintasi pos imigrasi dan menuju angkutan ke jembatan atas laut dan terowongan laut yang menghubungkan Hong Kong–Makau–Zhuhai sepanjang 55 kilometer.
Perjalanan darat Hong Kong–Makau melalui Shenzhen dan kawasan di timur Guangdong yang semula memakan waktu 4 jam bisa dipangkas kurang dari satu jam dengan melintasi jembatan dan terowongan laut tersebut!
Penulis menumpang sebuah taksi dari Bandara Hong Kong di Chek Lap Kok yang mengantarkan ke bus antar negara yang melayani perjalanan melintasi Delta Sungai Mutiara yang memisahkan Hong Kong–Makau. Setiba di terminal bus, proses imigrasi kembali ditempuh untuk meninggalkan wilayah Hong Kong dan berjalan kaki menuju platform keberangkatan bus.
Bus ukuran besar tersedia, para penumpang dari berbagai kebangsaan pun segera menaiki bus berkapasitas 40-an orang yang sore itu hanya terisi 20 penumpang. Bus melaju dengan mengikuti batas kecepatan dan melaju rata-rata 70 kilometer hingga 80 kilometer per jam. Terdapat kamera pengawas kecepatan kendaraan di jembatan tersebut.
Pemandangan pesisir Hong Kong, Delta Sungai Mutiara, dan berbagai gedung pencakar langit, pelabuhan, lalu-lalang kapal pengangkut peti kemas, pesawat yang berangkat dan mendarat di Hong Kong serta kawasan pesisir yang sebagian dikembangkan dari daerah reklamasi terlihat rapi, bersih, dan asri.
Perjalanan lancar, setiba di terminal bus kedatangan antar negara di Makau bekas Koloni Portugis, terlihat papan pengumuman dalam Bahasa Portugis, Mandarin, dan Inggris. Berbeda dari Hong Kong sebagai bekas Koloni Inggris yang menggunakan Bahasa Inggris dan Mandarin dalam papan pengumuman resmi.
Para penumpang turun, diberi waktu 20 menit oleh pengemudi bus yang akan menunggu di sisi lain terminal setelah melewati Imigrasi Makau. Para penumpang bergegas membawa bagasi dan melewati Imigrasi Makau lalu berjalan menuju bus yang menunggu. Terminal yang menjadi ujung jembatan Hong Kong dan Makau dibangun di lahan reklamasi yang tertata rapi dan sangat bersih.
Pemegang paspor Indonesia yang mendapat fasilitas bebas visa selama 30 hari di Hong Kong dan Makau dengan mudah melalui proses imigrasi. Penulis pun kembali menaiki bus yang segera melaju ke daratan Makau yang terdiri dari tiga bagian utama yakni Makau, lalu menyeberang laut ke selatan di Taipa, Cotai, dan perkampungan Coloane. Selain itu ada tambahan wilayah yang disewa Pemerintah Makau SAR dari Pemerintah RRT yakni Hengqin.
Bus pertama-tama mendatangi hotel dan kasino Sands. Para penumpang yang hendak turun pun segera meninggalkan bus dan mengambil bagasi di bagian bawah bus. Penulis turun di perhentian kedua yakni gedung tertinggi di seantero Makau, Hotel Grand Lisboa – mulai beroperasi tahun 2007 – milik Legenda perintis bisnis perjudian dan dunia hiburan Makau, Stanley Ho.
Butik arloji mewah Omega, toko emas intan – berlian, Butik Hublot Wyn, Ermengildo Zegna, dan kasino terletak di lantai dasar di dekat resepsionis. Stanley Ho sebagai tokoh besar Makau memiliki selera seni yang tinggi. Dia memamerkan koleksi lukisan, benda antik berhiasa batu mulia, intan, emas perak dan logam mulia yang tak ternilai.
Koleksi barang antik tersebut mencakup lukisan-lukisan Nusantara zaman Hindia Belanda serta beragam pusaka seperti Keris Bali dan berbagai artefak kebudayaan Nusantara, selain tentunya barang-barang peninggalan sejarah Tiongkok seperti ukiran gading, keramik, batu giok raksasa dari berbagai Dinasti di Tiongkok yang usianya ratusan hingga lebih dari satu milenia!
Gedung Hotel dan Kasino Grand Lisboa setinggi 261 meter yang berbentuk bunga Teratai Mekar menjadi magnet Makau di malam hari karena gemerlap lampu dan terlihat menonjol di antara gedung hotel dan kasino lain seperti MGM, Diamond, Sands, Kampek dan lain-lain. Kasino pertama yang dibangun Stanley Ho yakni Casino Lisboa yang berdiri tahun 1970 berada di seberang Grand Lisboa. Sebuah jembatan penyeberangan mewah dibangun menghubungkan dua gedung tersebut. Bangunan bersejarah bekas klub militer Portugis di Makau yang kini menjadi restoran untuk umum dengan hidangan Portugis dan Makau (campuran Portugis – Tionghoa) terdapat di seberang Grand Lisboa.
Penulis bernasib baik mendapat kamar di lantai 27 di bawah pent house yang kerap digunakan Stanley Ho dan keluarga. Kamar tersebut menghadap sisi Terminal Bus di Jembatan Makau–Hong Kong dan sisi pesisir timur Makau dan terlihat sebagian wilayah Zhuhai, di daratan Tiongkok yang menyambung dengan Makau.
Terminal bus, taksi, dan beragam mobil mewah seperti Bentley, Rolls Royce, Mercedes Benz seri S, Ferrari, Maseratti, BMW, dan lain-lain terlihat lalu-lalang di sekitar Grand Lisboa. Butik mewah seperti arloji Rolex, Longines, tas Hermes, Fendi, Emporio Armani, Dolce & Gabbana, Chanel, Montblanc dan berbagai merk kelas dunia tersebar di sana di dalam pertokoan ataupun memiliki toko tersendiri.
Tak jauh dari sana terdapat Escuola Portoguesa atau Sekolah Portugis (kata Sekolah dalam Bahasa Indonesia berasal dari pengaruh Spanyol dan Portugis) dan berbagai perkantoran pemerintah. Kombinasi bangunan tua jaman Portugis yang memadukan gaya Eropa – Andalusia dengan bangunan langgam Tiongkok selatan berpadu di Makau.
Jalan raya, lorong-lorong dengan trotoar berpermukaan potongan seperti pecahan keramik putih khas Eropa dan blok – blok bangunan tua dan modern berselang seling di Makau. Bangunan tua dipadukan menara bangunan baru di bagian belakang muncul di sana – sini seperti gedung Banco Nacional Ultra Marino yakni salah satu bank yang memiliki hak mencetak uang di Makau.
Sebagai daerah administrasi khusus, Hong Kong dan Makau memiliki kebijakan tersendiri termasuk adanya beberapa bank yang diberi hak mencetak mata uang Dollar Hong Kong dan Patacas Makau.
Keriuhan kasino pada siang, petang, dan malam hari hingga tengah malam menjadi suasana khas di hotel yang menyatu dengan kasino di Grand Lisboa dan tempat sejenis di Makau. Restoran pun buka hingga malam hari. Hidangan Portugis yang banyak menyajikan ayam, sea food dan sapi memudahkan bagi pengunjung Muslim yang mencari makanan halal ketika berwisata di sana. Belum lagi budaya Portugis yang melebur di Makau mirip dengan percampuran budaya Portugis di Nusantara. Rasa hidangan ayam, kaldu, dan nasi model Portugis relatif cocok dengan lidah Indonesia.
Tidak jauh dari Grand Lisboa, terdapat ikon sejarah Makau yakni reruntuhan Katedral Santo Paulus, banteng, Katedral Makau dan berbagai bangunan lain seperti Mercu Suar Guia, Benteng Monte Fort, dan lain – lain. Terdapat lorong-lorong dengan berbagai toko, rumah hunian, toko kue dan penganan khas Makau serta berbagai restoran Portugis, Brazil, India, Tionghoa, Makau di sekitar kawasan yang dijangkau dengan 15 menit jalan kaki dari Hotel Grand Lisboa.
Pengunjung berdatangan ke reruntuhan Gereja Santo Paulus pada siang dan malam hari. Terdapat lorong-lorong yang dikhususkan bagi pejalan kaki sehingga memudahkan warga dan wisatawan di Makau. Bagi pecinta sejarah dan budaya, perjalanan wisata 3 – 4 hari cukup memuaskan untuk menikmati warisan sejarah Makau yang memiliki hubungan sejarah erat dengan Kota Batavia dan Pulau Jawa di masa kolonial abad 16 hingga awal abad 20.