Konektivitas Monorel Bandung Raya Pikat Investor Eropa
Pemprov Jabar mempromosikan proyek monorel Bandung Raya kepada investor asal Eropa. Konektivitas monorel dengan kereta cepat Jakarta-Bandung dinilai menjadi daya tarik proyek tersebut.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat mempromosikan proyek monorel Bandung Raya kepada investor asal Eropa. Konektivitas monorel dengan kereta cepat Jakarta-Bandung dinilai menjadi daya tarik proyek tersebut.
Promosi itu disampaikan dalam Indonesia Infrastructure Investment Forum (IIIF) di Inggris, Selasa (2/7/2019), dan Perancis, Kamis (4/7/2019). Pemprov Jabar juga mempromosikan enam investasi infrastruktur lainnya pada forum tersebut.
Sekretaris Daerah Jabar Iwa Karniwa mengatakan, dalam forum itu, pihaknya menyampaikan, proyek monorel terkoneksi dengan kereta cepat Jakarta-Bandung yang akan selesai pembangunannya pada 2021. ”Konektivitas itu menarik perhatian investor,” ujarnya di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (8/7/2019).
Iwa menuturkan, salah satu calon investor adalah perusahaan asal Inggris, Cross Rail International. Menurut dia, perusahaan itu dapat mengoordinasi investor potensial dan beberapa transportasi massal di London. ”Mereka juga mengerjakan proyek monorel di beberapa negara. Mereka tertarik untuk bekerja sama,” lanjutnya.
Dari rencana tujuh jalur kereta monorel Bandung Raya, fase pertama pembangunan direncanakan dari Tegalluar-Gedebage-Leuwipanjang. Pembangunan untuk fase pertama ini akan dilakukan dengan skema business to business (B to B). Fase berikutnya akan menerapkan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (Kompas, 7 Mei 2019).
Tegalluar, Kabupaten Bandung, direncanakan menjadi transit oriented development (TOD) kereta cepat Jakarta-Bandung. Oleh sebab itu, dibutuhkan konektivitas angkutan massal untuk mendukung sistem transportasi yang terintegrasi.
Iwa mengatakan, enam investasi lainnya yang turut dipromosikan dalam IIIF adalah Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Jatigede, SPAM Bandung Raya, serta Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Legok Nangka. Selain itu, ada TPPAS Cirebon Raya, pengembangan kawasan Segitiga Rebana (Cirebon-Patimban-Kertajati), dan aerocity Bandara Internasional Jawa Barat.
Iwa menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Jabar pada kuartal pertama 2019 mencapai 5,5 persen. Persentase itu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu 5,18 persen. Infrastruktur transportasi di Jabar, dengan lima bandara dan sembilan pelabuhan, juga diharapkan mendukung roda investasi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Doni Joewono mengatakan, selain kondisi perekonomian yang baik, kemudahan yang diberikan kepada investor menjadi daya tarik investasi di Jabar.
”Diharapkan bisa berjalan dengan baik dan menarik para investor. Tidak hanya konsumsi tumbuh, tetapi juga mendatangkan investasi,” ujar Doni.