Berbagai upaya dilakukan perusahaan minyak global untuk menarik masyarakat agar mau berinvestasi bersama membangun SPBU. Selain menjual BBM, perusahaan-perusahaan itu juga membuka peluang bisnis layaknya toko serba ada.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Berbagai upaya dilakukan perusahaan minyak global untuk menarik masyarakat agar mau berinvestasi bersama membangun stasiun pengisian bahan bakar untuk umum atau SPBU. Tak hanya menjual bahan bakar minyak, perusahaan-perusahaan itu juga membuka peluang bisnis layaknya toko serba ada.
Bahan bakar minyak (BBM) masih menjadi komoditas utama yang ditawarkan perusahaan-perusahaan minyak global di Indonesia untuk sektor hilir. Apalagi, jika mengetahui bahwa jumlah SPBU sebagai penyalur BBM masih kurang.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) mencatat, pada 2018, Indonesia memiliki sekitar 7.400 SPBU, dengan 97 persen dimiliki badan usaha milik negara (BUMN) PT Pertamina Persero dan sisanya dimiliki perusahaan swasta.
Dengan demikian, setiap SPBU bisa memenuhi kebutuhan BBM bagi 35.000 penduduk. Meski bisa dikatakan ideal, banyak SPBU yang masih tertampung di Pulau Jawa daripada pulau-pulau dan daerah terpencil lainnya.
Berangkat dari kondisi tersebut, banyak perusahaan minyak bumi multinasional yang mulai berkompetisi membuka SPBU. Meski demikian, mereka tak hanya menawarkan investasi hanya untuk menjual BBM.
Perusahaan minyak global ExxonMobil, dengan produk BBM bernama Mobil, misalnya, mengajak perusahaan otomotif PT Indomobil Prima Energi untuk menyediakan suku cadang motor dan layanan bengkel di setiap SPBU mini yang dibuka dengan skema kemitraan.
”Jadi, konsumen yang datang ke SPBU ini tidak hanya sekadar mengisi bensin, tapi juga bisa ganti oli, ban, atau kampas rem,” kata Director of Marketing Mobil William Husada saat ditemui di pameran International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2019 di Jakarta Convention Center, Jumat (5/7/2019).
Bagi investor, lanjut William, paket tersebut bisa menjamin pendapatan lebih dari sekadar menjual bensin. Tidak hanya itu, mereka juga menjamin pelatihan keahlian memperbaiki motor bagi tenaga kerja yang disediakan investor.
”Kalau suatu waktu pekerja di tempat investor kami tidak ingin lagi kerja di SPBU itu, mereka sudah punya keahlian untuk bekerja di tempat lain,” ujarnya.
Toko ritel
Tidak hanya kebutuhan kendaraan, perusahaan lain seperti Shell Indonesia, berstrategi dengan membuka toko makanan dan minuman dengan merek dagang Shell Select dan deli2go, di setiap SPBU-nya.
Bahkan, dengan skema bisnis yang disebut dealer-owned dealer-operated (DODO), investor bisa membuka toko yang menjual kebutuhan sehari-hari lainnya untuk menarik lebih banyak pelanggan dan menambah pendapatan.
”Investor boleh bermitra dengan yang lain, misalnya untuk membuka kedai kopi, dan sebagainya,” kata Head of Dealer Owned Network Shell PT Shell Indonesia Agung Saputra.
Kebebasan yang sama juga ditawarkan BP yang saat ini baru mulai menawarkan investasi DODO kepada masyarakat sejak masuk ke pasar ritel pada November 2018. Dengan konsep one stop point, SPBU BP tidak hanya menjual bahan bakar, tetapi juga berbagai barang ritel untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
”SPBU di Indonesia sudah sangat bertransformasi. Kalau dulu orang cuma masuk untuk mengisi BBM lalu selesai, sekarang SPBU bisa didatangi untuk berbagai keperluan. Tidak heran, mengapa SPBU ini sudah banyak masuk ke portofolio ritel para pebisnis,” tutur Dealer Development Manager BP Benny Oktaviano.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, melihat, pengembangan layanan ritel di SPBU akan membuat investasi dapat kembali dalam waktu lebih cepat. Jika hanya dengan penjualan BBM, tingkat return of investment membutuhkan waktu minimum 5-7 tahun.
”Penjualan BBM memang masih memiliki prospek yang positif, tapi untuk dapat bersaing, harus ada layanan ekstra yang ditawarkan. Saya kira, investor akan lebih tertarik jika perusahaan minyak saat ini bisa menawarkan layanan yang lebih selain menjual BBM,” ujarnya.
Meskipun, tentu saja, bisnis waralaba SPBU dari perusahaan minyak global ini harus bersaing dengan penguasa SPBU di Indonesia, Pertamina, yang masih diperkenankan menjual BBM dengan harga subsidi seperti premium. Namun, perubahan cara pandang konsumen (pemilik kendaraan) terhadap harga BBM beroktan tinggi, yang antara lain membuat mesin awet, rupanya disasar perusahaan minyak global ini dalam menawarkan waralaba SPBU mereka. Selama ini, SPBU yang berafiliasi dengan perusahaan minyak global ini tak boleh menjual BBM bersubsidi.
Perusahaan-perusahaan ini kini tak lagi khawatir dengan keberadaan SPBU Pertamina yang masih menjual BBM bersubsidi. Terbukti mereka kini makin giat menawarkan bisnis waralaba SPBU-nya kepada publik.