Untuk mengantisipasi semakin anjloknya harga garam rakyat, Pemerintah Kabupaten Karawang menyiapkan sejumlah solusi, di antaranya pengoperasian gudang dan mendorong penyerapan oleh industri.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Memasuki awal masa panen, harga garam di Karawang, Jawa Barat, semakin terjun bebas di tingkat petani akibat melimpahnya stok yang belum terserap pasar. Untuk mengantisipasi semakin anjloknya harga, Pemerintah Kabupaten Karawang menyiapkan sejumlah solusi, di antaranya pengoperasian gudang dan mendorong penyerapan oleh industri.
Ketua Koperasi Garam Segara Jaya Kabupaten Karawang Aep Suhardi, Kamis (4/7/2019), mengungkapkan, sejumlah anggota pembudidaya garam tidak bergairah memproduksi garam pada musim ini. Hal itu dipicu rendahnya harga jual garam yang merosot pada kisaran Rp 500-Rp 700 per kilogram.
Menurut dia, mayoritas gudang garam rakyat di sejumlah desa di Karawang masih memiliki banyak stok garam produksi tahun lalu. Sebagian pembudidaya garam tidak memiliki gudang penyimpanan sehingga berharap garam panenannya lekas terjual dan mendapatkan uang.
”Mereka selalu menjual garam panenan setiap selesai panen, ini yang membuat harga garam terjun bebas saat panen raya. Sementara, saat tidak memproduksi, harga garam tinggi,” kata Aep.
Sebagian pengepul pun enggan membeli garam petani dengan alasan di gudang masih ada stok garam sisa tahun lalu. Garam itu dibeli pengepul dengan harga relatif tinggi sehingga pengepul tak ingin merugi melepas stok saat harga rendah seperti sekarang.
Pada Juni 2018, harga garam di tingkat petani Rp 1.500-Rp 2.000 per kilogram. Kemudian, saat puncak musim produksi garam (Agustus-September 2018), harganya turun menjadi Rp 800-Rp 1.000 per kg.
”Awal panen ini, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah harga garamnya jatuh, pengepul juga tidak mau membeli dari kami,” ujar Ahmad (39), pembudidaya garam di Pantai Tanjung Baru, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang.
Berdasarkan pantauan di gudang garam rakyat Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Karawang, masih ada 100 ton garam sisa produksi tahun lalu di bagian sudut. Tumpukan karung itu diletakkan di atas lahan berukuran 15 meter x 12 meter. Dinding anyaman bambu yang menjadi penutup tampak bolong di berbagai sudut. Dengan kondisi ini, rata-rata penyusutan garam sebesar 10-15 persen.
Aep Suhardi pun berharap adanya gudang garam milik pemerintah. Hal itu dapat menjadi solusi bagi pembudidaya agar tidak perlu menjual seluruh hasil produksinya saat panen, terlebih apabila harga sedang anjlok. Ke depan, gudang garam rakyat hanya menjadi tempat transit sementara sebelum diangkut ke gudang nasional.
Di Karawang terdapat gudang garam nasional yang terletak di Desa Krasak, Kecamatan Cilamaya Wetan. Bangunan seluas 2.320 meter persegi dan berkapasitas 2.000 ton garam itu baru selesai dibangun pada Desember 2018 lalu. Menurut rencana, gudang ini akan dioperasikan pada Oktober 2019.
Keberadaan gudang ini diharapkan dapat membuat harga garam stabil, khususnya saat panen raya.
Sejumlah fasilitas pun disediakan, antara lain laboratorium untuk mengukur kualitas garam, jembatan timbang, serta kamera pemantau (CCTV) yang terhubung secara daring dengan pusat kontrol di Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Dinas Perikanan Karawang Abuh Bukhori mengatakan, keberadaan gudang ini diharapkan dapat membuat harga garam stabil, khususnya saat panen raya. Selain itu, kualitas garam di gudang juga akan lebih baik dibandingkan di gudang garam rakyat.
Selain itu, pihaknya juga berkomitmen menjaga iklim kerja sama antara petambak dan konsumen utama, seperti industri kecil menengah pengolahan garam dan industri pengasinan ikan. Harapannya, petambak dapat menikmati keuntungan secara berkesinambungan dan jual-beli tidak hanya putus dengan dipatok harga tertentu.
Abuh juga mengatakan bakal mendorong dibuatnya surat edaran bupati agar pelaku usaha mau menyerap produksi garam lokal. Menurut Abuh, para pembudidaya garam di Karawang sudah mampu memenuhi standar mutu produk yang diperlukan industri.
Kandungan natrium klorida (NaCl) yang diminta industri sebesar 97 persen. Sementara ini, kandungan NaCl pembudidaya garam di Karawang pada kisaran 90 persen.