Kantong Plastik Berbayar Tekan Pemakaian Sekitar 30 Persen
Belum semua konsumen sadar tentang pentingnya mengurangi pemakaian kantong plastik dan menganggap bahwa memperoleh kantong plastik merupakan hak mereka. Pemerintah dapat berperan lebih dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait penggunaan kantong plastik.
Oleh
Ayu Pratiwi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Gerakan mengurangi penggunaan kantong plastik yang diinisiasi Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia sejak Maret 2019 diperkirakan mengurangi pemakaian kantong plastik di gerai perusahaan ritel sekitar 30 persen. Meskipun ada kemajuan, penggunaan kantong plastik tidak bisa dijamin akan hilang sepenuhnya ke depan. Pemerintah diharapkan lebih gencar mendorong penggunaan kantong plastik ramah lingkungan.
“Sejak kantong plastik tidak gratis, penurunan penggunaan kantong plastik di perusahaan ritel bervariasi. Ada yang menurun 20 persen, 30 persen, atau lebih. Kita berharap, penurunan itu bisa mencapai 50 persen ke depan,” kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta, Kamis (4/6/2019), di Jakarta.
Aprindo mulai menerapkan program pengurangan penggunaan kantong plastik sekali pakai atau keresek sejak 1 Maret 2019. Artinya, keresek tidak disediakan secara gratis dan diberlakukan sebagai barang dagangan seharga Rp 200 per kantong. Ada 31 perusahaan ritel yang tergabung dalam gerakan itu, seperti Alfamart, Alfamidi, Foodhall, Ace Hardware, Super Indo Matahari, Robinson, dan Sogo. Gerakan itu juga sempat diuji coba selama tiga bulan pada 2016. (Kompas, 1/3/2019)
“Kami sebagai pelaku usaha ritel menghimbau konsumen untuk tidak menggunakan keresek dan membawa kantong belanjanya sendiri. Tetapi, konsumen kadang tidak membawanya. Supaya mereka tetap bisa belanja, kita berikan mereka alternatif, yaitu mereka dapat membeli kantong plastik seharga Rp 200,” tambah Tutum.
Namun, belum semua konsumen sadar tentang pentingnya mengurangi pemakaian kantong plastik dan menganggap bahwa memperoleh kantong plastik merupakan hak mereka. Untuk menangani hal tersebut, Tutum berharap, pemerintah dapat berperan lebih dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait penggunaan kantong plastik.
“Kita juga perlu dorongan dari pemerintah. Pemerintah perlu menjelaskan kepada konsumen bahwa pelaku usaha ritel tidak berkewajiban memberikan konsumen kantong plastik. Bahwa mereka sebaiknya membawa kantong belanja sendiri. Tetapi, kalau tidak ada, mereka bisa membeli kantong plastik,” tutur Tutum.
Konsumsi berlebihan
M Bijaksana Junerosano, pendiri Waste4Change, perusahaan sosial yang menyediakan layanan pengelolaan sampah secara ramah lingkungan, turut mendukung upaya mengurangi penggunaan kantong plastik. Konsumsi terhadap kantong plastik sudah “berlebihan” dan sering kali dibuang sembarangan.
Menurut hasil riset Greeneration Indonesia pada 2009, penggunaan kantong plastik per orang mencapai rata-rata 700 kantong plastik per tahun. Sementara itu, penelitian oleh Jenna Jambeck, pengajar University of Georgia, pada 2015, menyebutkan, Indonesia sebagai negara penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar kedua dunia.
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mencatat, sampah di DKI Jakarta mencapai 7.800 ton per hari. Salah satu penyumbang utama sampah itu adalah kantong plastik. Data pada 2011 misalnya menunjukkan, sampah plastik sebesar 14,02 persen dari total sampah. Lainnya adalah sampah organik (53,75 persen) dan kertas (14,92 persen).
“Sebanyak itu lah jumlah kantong plastik yang berakhir di tempat sampah, menyumbat selokan, terbuang ke sungai, tersebar di laut, dan merusak keindahan pantai Indonesia. Itu semua bukan salah kantong plastik. Melainkan perlakuan kita terhadap kantong plastik. Karena sistemnya yang digratiskan. Karena konsumsinya yang berlebihan. Karena kita membuangnya sembarangan,” tutur Sano melalui pesan tertulis.
Kampanye dan edukasi
Wakil Wali Kota Jakarta Selatan Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, menyatakan, pihaknya akan terus menjalankan kampanye dan edukasi terhadap masyarakat untuk mengurangi penggunaan kantong plastic dan menukarnya dengan kantong belanja saat berbelanja.
“Kita akan mengedukasi warga Jakarta untuk menggunakan kantong belanja yang ramah lingkungan. Kantong belanja bisa digunakan berkali-kali, sehingga tidak perlu menggunakan lagi kantong plastik,” kata Isnawa, yang juga mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Pada Rabu (3/7/2019) kemarin, dalam rangka memperingati “Hari Tanpa Kantong Plastik Sedunia”, Wali Kota Jakarta Selatan beserta Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta melaksanakan kampanya penggunaan kantong belanja ramah lingkungan di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan. Sebanyak 100 kantong belanja dibagikan kepada warga.
Kepala Seksi Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Rahmawati mengingatkan, sesuai dengan Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, penanggung jawab atau pengelola pusat perbelanjaan, toko modern, dan pasar wajib menyediakan kantong belanja yang ramah lingkungan. “Untuk mal, kita sudah mengkampanyekan itu sejak tahun lalu. Di pasar sudah beberapa kali. Kita berharap PD Pasar Jaya ikut mengkampanyekan ini kepada pedagang dan masyarakat,” tuturnya.