Siklon Tropis Mun Picu Gelombang Tinggi di Indonesia
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengimbau masyarakat mewaspadai gelombang setinggi 1,25 hingga 6 meter yang berpeluang terjadi di sejumlah perairan Indonesia dalam beberapa hari ke depan.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengimbau masyarakat mewaspadai gelombang setinggi 1,25 hingga 6 meter yang berpeluang terjadi di sejumlah perairan Indonesia dalam beberapa hari ke depan. Gelombang tinggi berpotensi terjadi karena ada siklon tropis Mun yang muncul di Laut China Selatan.
Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), perairan berpotensi dilanda gelombang tertinggi yang mencapai 4-6 meter adalah Samudera Hindia sebelah selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur dan Samudera Hindia barat Lampung hingga selatan Bali.
”Siklon tropis di Laut China Selatan yang merupakan pusat tekanan rendah telah menarik aliran angin dari pusat tekanan tinggi di sekitar Australia. Perairan yang dilalui aliran angin ini memiliki kecepatan angin tinggi dan memicu gelombang tinggi,” kata Kepala Bidang Informasi Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo, di Jakarta, Rabu (3/7/2019).
Siklon tropis di Laut China Selatan yang merupakan pusat tekanan rendah telah menarik aliran angin dari pusat tekanan tinggi di sekitar Australia.
Pusat tekanan rendah di Laut China Selatan ini diketahui telah menjadi siklon tropis Mun. Pusat tekanan rendahnya sekitar 994 hPa dan memicu pola sirkulasi angin di Samudra Pasifik utara Papua. Sementara pola angin di wilayah utara ekuator umumnya dari Selatan-Barat Daya dengan kecepatan 4-25 knot, sedangkan di wilayah selatan ekuator umumnya dari Timur-Tenggara dengan kecepatan 4-25 knot.
Kecepatan angin tinggi terpantau di Perairan Bengkulu-Enggano, Perairan Selatan Banten, Laut Jawa, dan Selat Makassar bagian selatan. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.
Musim kemarau
Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, siklon tropis Mun ini tidak memengaruhi kondisi cuaca di Indonesia. Saat ini pola angin monsunal yang kering dari Australia telah memicu musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.
Dari hasil pantauan BMKG, selain gelombang hingga 6 meter yang bisa terjadi di selatan Jawa, sejumlah wilayah perairan di Indonesia berpeluang mengalami tinggi gelombang 1,25 hingga 2,5 meter. Beberapa wilayah perairan itu meliputi, antara lain, Selat Malaka bagian utara, timur Pulau Simeulue, timur Pulau Sipora hingga Pagai, Selat Sape bagian selatan, Selat Ombai, perairan Pulau Rotte-Kupang, dan Laut Timor selatan Nusa Tenggara Timur.
Beberapa daerah lain yang berpeluang mengalami kondisi serupa adalah Laut Sawu, Selat Karimata bagian selatan, Laut Jawa, Utara Jawa Tengah, hingga Kepulauan Kangean, selatan Kalimantan, Kotabaru, Selat Lombok bagian utara, Laut Sumbawa dan Laut Bali, Selat Makassar bagian selatan, Kepulauan Selayar-Sabalana, Teluk Bone bagian selatan, Teluk Tolo, Kepulauan Baubau-Wakatobi, Manui-Kendari, Selatan Kepulauan Banggai-Sula, Laut Flores dan Laut Seram, selatan Ambon, dan Kepulauan Letti hingga Tanimbar.
Selain itu, gelombang tersebut mengancam Kepulauan Kei hingga Aru, Laut Arafuru dan Laut Banda, Fakfak-Kaimana, Amamapere-Agats, Laut Sulawesi bagian timur, Kepulauan Sangihe-Talaud, timur Bitung, Laut Maluku, Laut Halmahera, barat dan utara Kepulauan Halmahera, Raja Ampat-Sorong, serta Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua Barat.
Sementara beberapa perairan yang berpotensi dilanda gelombang 2,5 hingga 4 meter adalah utara Sabang, Sabang-Banda Aceh, barat Aceh hingga Kepulauan Mentawai, Bengkulu-Enggano, barat Lampung, Samudra Hindia barat Aceh hingga Bengkulu, selatan Banten hingga Jawa Barat, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, selatan Pulau Sumbawa hingga Pulau Sumba, selatan Pulau Sawu, Selat Sumba bagian barat, serta Samudra Hindia selatan NTB hingga NTT.
Menurut Eko, potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran. Perahu nelayan dinilai berisiko jika kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter. Kapal tongkang berisiko jika kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter. Sementara kapal feri berisiko jika kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter dan kapal ukuran besar seperti kapal kargo dan kapal pesiar berisiko jika kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter.