Gara-gara Merek Pakaian Dalam Produk Kardashian, Jepang Kirim Pejabat ke AS
Kekayaan warisan budaya bangsa selalu menjadi kebanggaan yang dihormati warga bangsa tersebut. Ketika pihak lain dinilai meremehkan, mengklaim, atau merusak kekayaan warisan budaya sebuah bangsa, sang pemilik tentu akan bereaksi keras.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Kekayaan warisan budaya setiap bangsa akan selalu menjadi kebanggaan yang dihormati oleh warga bangsa tersebut. Ketika ada pihak lain yang dinilai meremehkan, mengklaim, atau merusak kekayaan warisan budaya sebuah bangsa, sang pemilik budaya itu tentu akan bereaksi keras.
Hal itu yang kini dihadapi bintang televisi Amerika Serikat, Kim Kardashian, yang pekan lalu meluncurkan produk lini pakaian dalam terbarunya yang dilabeli merek ”Kimono”. Tindakan model berusia 38 tahun itu memantik kritik keras di media sosial. Warga Jepang menilai nama kimono yang sudah berusia berabad-abad tidak pantas dijadikan untuk merek pakaian dalam.
”Kimono bukanlah pakaian dalam! Hentikan pendaftaran merek dagangnya! Jangan jadikan nama kimono menjadi milikmu!” tulis akun Twitter Ruu setelah pengumuman peluncuran produk Kim Kardashian tersebut.
Pemilik akun Twitter lain mencuit sebutan ”pencuri budaya tradisional” pada Kardashian dan meminta istri Kanye West itu untuk mengganti merek pakaian dalamnya. Di Jepang, tagar #KimOhNo sempat trending. ”Persoalan ini sudah menjadi masalah yang besar di media sosial,” kata Menteri Perdagangan Jepang Hiroshige Seko dalam jumpa pers di Tokyo, Selasa (2/7/2019).
Seko juga mengatakan, kimono secara global dikenal milik Jepang. Ia mendesak otoritas perdagangan di Amerika Serikat memeriksa kasus ini dengan tepat. ”Kimono adalah budaya Jepang yang kami banggakan di dunia. Bahkan, di AS kimono sangat dikenal sebagai ciri khas Jepang,” kata Seko. ”Kami berharap kasus ini dikaji dengan tepat.”
Menyerah
Derasnya kritik dan pedasnya kecaman membuat Kardashian menyerah. Melalui akun Twitter dan Instagram-nya, yang diikuti ratusan juta pengikut (follower), Kardashian mengatakan, dirinya akan mengubah nama merek itu. ”Saat saya mengumumkan nama lini produk pakaian dalam, hal itu saya lakukan dengan niat terbaik di pikiran,” ujar Kardashian.
”Merek-merek dan produk-produk saya dibangun dengan inklusivitas dan diversitas pada intinya, dan setelah pemikiran serta pertimbangan mendalam, saya akan meluncurkan merek pakaian dalam produk saya dengan nama baru.”
Kimono bukan sekadar bagian dari warisan budaya Jepang. Kimono juga ’buah dari kemahiran dan benar-benar melambangkan rasa keindahan, semangat, dan nilai-nilai masyarakat Jepang’.
Dalam bahasa Jepang, kimono berarti ’sesuatu yang dipakai’, yang merujuk pada jubah panjang dengan pengikat yang dipakai dalam acara-acara formal, seperti pernikahan dan pemakaman. Sementara Kim Kardashian menggunakan nama kimono sebagai merek pakaian dalam.
Kirim pejabat ke AS
Rencana Kardashian membatalkan penggunaan nama kimono sebagai merek produk pakaian dalamnya tak meredakan kemarahan Jepang. Seko menambahkan, dirinya akan mengirim pejabat senior ke Washington, AS, pekan depan untuk membahas kasus ini dengan pejabat perdagangan AS.
Merek Kimono yang dliuncurkan Kim juga memicu reaksi di ibu kota kuno Jepang, Kyoto, di mana terdapat banyak pembuat kimono sekaligus tujuan wisata yang terkenal. Wali Kota Kyoto Daisaku Kadokawa, yang mengenakan kimono saat kerja, dalam suratnya kepada Kim Kardashian tanggal 28 Juni lalu mengatakan bahwa kimono bukan sekadar bagian dari warisan budaya Jepang, tetapi juga ”buah dari kemahiran dan benar-benar melambangkan rasa keindahan, semangat, dan nilai-nilai masyarakat Jepang”.
Kadokawa menyarankan Kardashian berkunjung ke Kyoto untuk merasakan esensi budaya kimono. ”Nama kimono adalah aset bersama dengan semua umat manusia yang mencintai kimono dan budayanya. Untuk itu, nama kimono tidak boleh dimonopoli,” kata Kadokawa yang berkampanye mendaftarkan kimono sebagai warisan budaya nonbendawi kepada UNESCO.
Selasa kemarin, Kadokawa berterima kasih pada Kim Kardashian atas keputusannya untuk mempertimbangkan kembali merek pakaian dalamnya. (AP/REUTERS)