Enam Bulan, Aceh Rugi Rp 58,3 Miliar akibat Bencana
Terhitung sejak Januari sampai Juni 2019, total nilai kerugian dari dampak bencana di Provinsi Aceh Rp 58,3 miliar.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Terhitung sejak Januari sampai Juni 2019, total nilai kerugian dari dampak bencana di Provinsi Aceh Rp 58,3 miliar. Kerugian tersebut dihitung dari kerusakan rumah warga dan fasilitas publik.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek, Rabu (3/7/2019), mengatakan, pihaknya mendata setiap bencana. Hasilnya, jenis bencana yang paling banyak terjadi adalah kebakaran permukiman, disusul puting beliung, dan kebakaran lahan.
Kebakaran permukiman, kata Dadek, banyak dipicu arus pendek listrik. Kata Dadek, arus pendek seharusnya bisa dihindarkan jika warga menggunakan listrik dengan baik. ”Kelalaian manusia menyebabkan kebakaran,” kata Dadek.
Kelalaian manusia menyebabkan kebakaran.
Misalnya, penggunaan stop kontak yang bertumpuk, instalasi listrik yang tidak standar, pemakaian listrik yang melebihi kapasitas, dan lupa mematikan alat elektronik saat akan bepergian memicu percikan api pada kabel listrik. Kebakaran permukiman membuat korban langsung jatuh miskin.
Pada Juni, puting beliung juga kerap melanda Aceh. Sebanyak 18 rumah di Bireuen rusak berat setelah diterjang angin badai. Pada Juni saja, 44 warga kehilangan tempat tinggal.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Aceh Nasir Nurdin mengatakan, warga merupakan pihak pertama yang terdampak bencana. Terkadang, bencana menelan tempat tinggal dan sumber pendapatan. Sumber ekonomi seperti lahan pertanian dan tambak hancur saat diterjang banjir.
Kata Nasir, mitigasi bencana bagi warga harus diperkuat agar warga bisa mandiri saat menghadapi bencana. ”Kami telah mengadakan simulasi bencana gempa dan tsunami serta meletus gunung api, tujuannya melatih kesiagaan warga,” kata Nasir.
Namun, di lain sisi, kata Nurdin, pemerintah juga harus serius menahan laju kerusakan hutan dan membangun infrastruktur untuk mencegah bencana berulang. Dalam kasus bencana banjir luapan dan banjir bandang, kata Nurdin, salah satu pemicu adalah kerusakan daerah aliran sungai dan penebangan pohon serampangan.