Pencemaran Air dan Kontaminasi Makanan Diduga Jadi Sumber Penularan Hepatitis A di Pacitan
Oleh
Deonisia Arlinta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 957 orang di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur terindentifikasi tertular Hepatitis A. Untuk sementara, sumber penularan penyakit ini diduga akibat pencemaran pada sumber air bersih dan makanan yang terkontaminasi.
Bupati Pacitan secara resmi menyatakan terjadinya KLB (Kejadian luar biasa) Hepatitis A di wilayahnya sejak Selasa, 25 Juni 2019. Kasus ini tersebar di lima kecamatan, yakni Sudimoro, Ngadirejo, Tulakan, Tegalombo, dan Arjosari. Kecamatan Sudimoro merupakan wilayah yang paling banyak ditemukan kasus, yakni 524 orang.
“Indeks kasus ada di wilayah Sudimoro. Jadi kasus pertama ditemukan di wilayah itu. Ada kebiasaan berbagi makanan saat berbuka. Dari kebiasaan ini menjadi dugaan awal bahwa media penularan utama dari konsumsi cincau yang airnya diduga tidak dimasak. Tetapi masih perlu analisis epidemiologi lebih lanjut soal itu,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono di Jakarta, Senin (1/7/2019).
Ia menambahkan, sumber air bersih yang berasal dari Sungai Sukorejo juga diduga telah tercemar sehingga bisa menjadi media penularan virus Hepatitis A. Air sungai tersebut didistribusikan melalui mobil tangki untuk dijual ke masyarakat sebagai sumber air bersih.
Dari pengamatan yang telah dilakukan oleh tim Kemenkes, banyak limbah rumah tangga yang mengalir ke Sungai Sukorejo. Pemeriksaan sampel air bersih di empat titik penampungan mata air (PMA) menunjukkan hasil kandungan bakteri Escherichia coli (E coli) juga di atas batas aman.
“Kami sudah memberikan peringatan untuk Kabupaten Trenggalek agar meningkatkan surveilans dan kewaspadaan dari adanya penularan penyakit ini. Meski begitu, sampai saat ini tidak ada pembatasan mobilitas penduduk yang ingin masuk ke wilayah Pacitan. Jumlah kasus pun tercatat terus menurun,” kata Anung.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu menuturkan, sejumlah upaya telah dilakukan sebagai tindak lanjut atas KLB yang terjadi di Pacitan. Surveilans dilakukan secara ketat di masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan setempat. Sosialiasi dan penyuluhan tentang penyakit dan faktor risiko Hepatitis A juga lebih intensif. Hal ini terutama agar masyarkat segera memeriksakan diri jika mengalami gejala penyakit.
“Tim dari Kesehatan Lingkungan Kemenkes dan Dinas Kesehatan Jawa Timur serta Pacitan sudah memberikan chlorin pada sumber air bersih yang diduga sebagai sumber penularan penyakit. Investigasi untuk memastikan sumber penularan masih dilakukan oleh lintas program dan lintas sektor terkait,” katanya.
Secara terpisah, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam menyampaikan, perilaku hidup bersih dan sehat menjadi cara paling efektif untuk mencegah berbagai penularan penyakit, termasuk Hepatitis A. “Virus Hepatitis A biasanya terdapat pada feses yang terinfeksi. Ini sebabnya, makanan dan minuman menjadi media utama penyebab penularan infeksi ini,” ujarnya.
Gejala yang dialami oleh pasien dengan Hepatitis A antara lain, kulit berwarna kekuningan, warna air seni kecoklatan, demam, lemas, mual dan muntah, serta nafsu makan menurun. Pasien juga merasakan nyeri di perut bagian kanan atas. Masa inkubasi penyakit ini cukup lama, yakni sekitar 2-6 minggu setelah terinfeksi.
Penyakit ini bisa sembuh total dan yang penting pasien harus istirahat total. Obat-obat yang diberikan sifatnya hanya menghilangkan gejala yang muncul. “Bagi orang yang memang akan berkunjung pada daerah yang sedang terjangkit KLB atau wabah Hepatitis A, sebaiknya mendapatkan vaksinasi hepatitis virus A dua minggu sebelum keberangkatan,” kata Ari.