Bawang Putih dan Batik Tegalan Dambakan Pasar Tanpa Batas
Sejumlah petani bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal mengeluhkan kendala pemasaran yang terbatas. Demi memperluas jangkauan pasar hingga jauh lebih luas, pelatihan pemasaran daring sangat mereka dambakan, termasuk para pembatik khas Tegalan.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS – Sejumlah petani bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal mengeluhkan kendala pemasaran yang terbatas. Demi memperluas jangkauan pasar hingga jauh lebih luas, pelatihan pemasaran daring sangat mereka dambakan, termasuk para pembatik khas Tegalan.
Sejumlah petani bawang putih berharap memperoleh pelatihan pemasaran secara daring itu. Dengan begitu, pemasaran bisa berpotensi menembus ekspor yang lebih luas.
Siti Khariroh (52), salah satu petani bawang putih mengatakan, saat ini produk olahan bawang putih para petani Tuwel sudah dijual sampai ke luar pulau, bahkan luar negeri. Hanya saja, penjualan tidak dilakukan secara langsung oleh para petani.
“Selama ini, produk kami dijual ke luar negeri oleh para reseller. Kami juga ingin melakukannya, tapi kami tidak mengetahui cara-cara pemasaran daring yang bisa menembus pasar internasional seperti itu," kata Siti di Kota Tegal, Jateng, Senin (1/7/2019).
Siti menambahkan, biasanya para reseller menjual bawang putih olahan Desa Tuwel, yakni black garlic atau fermentasi bawang dengan harga jauh lebih mahal. Petani Desa Tuwel menjual black garlic kemasan 30 gram dengan harga Rp 15.000 dan kemasan 75 gram dengan harga Rp 35.000.
"Para reseller kebanyakan menjual produk kami ke luar negeri seperti Korea Selatan dan Tunisia. Harga jual black garlic yang mereka jual tersebut bisa naik sampai dua kali lipat dari harga yang kami patok saat ini," tambah Siti.
Dalam sebulan, rata-rata Siti bisa menjual sekitar 10 bungkus black garlic kemasan 30 gram dan 10 bungkus black garlic kemasan 75 gram kepada para reseller dan pembeli dari sekitar Kabupaten Tegal. Dengan pemasaran daring, Siti berharap bisa menjual produknya lebih luas dan lebih banyak.
Batik Tegalan
Tak hanya petani bawang putih saja yang mengaku kesulitan melakukan pemasaran daring, para perajin Batik Tegalan di Kelurahan Kalinyamat Wetan, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal juga mengalami permasalahan serupa. Mereka hanya mengandalkan pemasaran melalui pameran produk.
Sri Rejeki (48), salah satu perajin Batik Tegalan mengatakan, kesulitan menembus pasar daring membuat sejumlah perajin Batik Tegalan pesimistis.
"Sebagian pembatik pesimis karena tidak bisa memasarkan produk mereka secara daring. Padahal, sekarang ini semuanya eranya digital. Kami juga ingin bisa bersaing dengan produk-produk batik lain yang dijual secara daring," ujar Sri.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tegal Joni Marsius mengatakan, BI selalu mendorong percepatan penengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia menuju pasar internasional dengan memanfaatkan platform digital. Untuk itu, BI Kantor Perwakilan Tegal memberikan bantuan kepada pelaku UMKM bawang putih dan Batik Tegalan untuk bisa menembus pasar daring.
"Kami akan memberikan piranti pemasaran daring berupa ponsel pintar, laptop, dan printer kepada kelompok UMKM. Tak hanya itu, nanti kami juga akan adakan pelatihan pemasaran daring kepada pelaku UMKM Batik Tegalan dan bawang putih," tutur Joni.
Dalam pelatihan tersebut Joni akan menghadirkan praktisi pemasaran daring berpengalaman. Para pelaku akan diajari cara mengoperasika piranti pemasaran daring, melakukan pemasaran daring, memotret produk, menulis deskripsi produk, hingga mendaftarkan toko mereka ke situ jual-beli daring.