Kegiatan kuliah kerja nyata oleh perguruan tinggi mesti berkontribusi memberdayakan kelompok masyarakat di daerah kecil. Ilmu pengetahuan yang dibagikan para mahasiswa kepada warga diharapkan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di lokasi-lokasi terpencil sehingga pada akhirnya ikut mengurangi ketimpangan antardaerah.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Kegiatan kuliah kerja nyata oleh perguruan tinggi mesti berkontribusi memberdayakan kelompok masyarakat di daerah kecil. Ilmu pengetahuan yang dibagikan para mahasiswa kepada warga diharapkan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di lokasi-lokasi terpencil sehingga pada akhirnya ikut mengurangi ketimpangan antardaerah.
”KKN menjadi aktivitas yang dibutuhkan untuk mendidik, memberi pemberdayaan, dan sharing (berbagi) ilmu,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam acara pelepasan Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (28/6/2019), di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam acara itu, UGM melepas 5.360 mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan KKN-PPM di 107 kabupaten/kota dari 32 provinsi. Mereka terbagi ke dalam 186 unit dan berasal dari 19 fakultas serta sekolah vokasi di UGM. Para mahasiswa akan menjalani KKN-PPM selama 49 hari, mulai 28 Juni-18 Agustus 2019.
Selama di lokasi penempatan, peserta KKN-PPM UGM akan terjun ke masyarakat bersama 186 dosen pembimbing lapangan dan 19 dosen koordinator wilayah. Selain Susi, acara pelepasan mahasiswa KKN-PPM UGM juga dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Rektor UGM Panut Mulyono.
Susi menyatakan, banyak masyarakat Indonesia di daerah-daerah yang masih didera sejumlah persoalan dan keterbatasan. Dia mencontohkan, banyak nelayan di sejumlah wilayah belum memiliki pengetahuan memadai tentang cara pengolahan hasil perikanan.
”Selama menjadi menteri, saya melihat di wilayah-wilayah terpencil, para nelayan membutuhkan pengetahuan-pengetahuan praktis. Misalnya, cara menangkap ikan yang benar, cara menyimpan ikan yang baik, dan cara mengelola ekonomi (uang) yang didapat dari perikanan,” ungkap Susi.
Oleh karena itu, Susi menyebut, mahasiswa yang mengikuti KKN harus berbagi ilmu dan melakukan pemberdayaan guna meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di wilayah-wilayah terpencil. ”Yang sangat penting di Indonesia sekarang ini adalah bagaimana kita memeratakan kapasitas atau kemampuan karena sangat timpang antara di kota besar dan daerah (kecil),” ujarnya.
Namun, Susi mengingatkan, upaya pemberdayaan yang dilakukan itu juga mesti melibatkan mahasiswa dengan berbagai bidang ilmu berbeda. Dengan begitu, mahasiswa KKN bisa melakukan pemberdayaan secara komprehensif. ”Kalau berbagai disiplin ilmu semua bersinergi, saya yakin pengembangan Indonesia ke depan akan lebih cepat,” katanya.
Secara khusus, Susi juga meminta mahasiswa yang melakukan KKN di kawasan pesisir untuk terus mengingatkan masyarakat tentang pentingnya melestarikan laut dan sumber daya perikanan. ”Adik-adik harus betul-betul menyadarkan bahwa laut adalah sumber pangan kita,” katanya.
Sementara itu, Ganjar Pranowo mengatakan, mahasiswa yang menjalani KKN-PPM di wilayah Jawa Tengah diharapkan bisa ikut menyelesaikan sejumlah persoalan yang dialami masyarakat. Dia menyebut, ada sejumlah persoalan di beberapa daerah di Jawa Tengah yang perlu mendapat perhatian, misalnya kekeringan dan bencana alam.
”Kalau di daerah-daerah rawan bencana, tolong diingatkan terus untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap bencana,” ujar Ganjar.
Para mahasiswa yang menjalani KKN-PPM di Jawa Tengah diharapkan bisa ikut menyelesaikan sejumlah persoalan yang dialami masyarakat.
Manfaat
Panut Mulyono menyatakan, UGM konsisten melaksanakan KKN karena kegiatan itu bermanfaat untuk meningkatkan soft skill (kecerdasan emosional) mahasiswa sekaligus memberdayakan masyarakat. UGM mulai menyelenggarakan kegiatan KKN sejak 1951. Namun, seiring perkembangan zaman, kegiatan KKN di UGM diubah menjadi KKN-PPM.
Menurut Panut, perubahan itu diikuti perubahan paradigma terkait kegiatan yang digelar para mahasiswa di lokasi KKN. Apabila kegiatan KKN zaman dulu lebih mengutamakan pembangunan fisik sarana dan prasarana, KKN-PPM yang dilakukan saat ini lebih mementingkan pemberdayaan atau peningkatan kapasitas SDM.
Panut menambahkan, dari 186 lokasi KKN-PPM UGM, terdapat 51 lokasi di wilayah pesisir pantai dan kepulauan. Sementara itu, dari 5.360 peserta KKN-PPM, ada 1.447 mahasiswa yang melakukan kegiatan di sektor kelautan dan perikanan. ”Inilah salah satu bukti bahwa UGM ikut berperan serta membangun Indonesia dari sektor perikanan, kelautan, dan kemaritiman,” ujarnya.
Kegiatan di bidang kelautan dan perikanan itu antara lain akan dilakukan peserta KKN-PPM di Kota Sabang, Aceh. Koordinator Mahasiswa Tingkat Unit KKN-PPM UGM di Sabang, Aziz Adya, mengatakan, ia dan teman-temannya memiliki tiga tema besar kegiatan, yakni pendidikan, mitigasi bencana, dan pengolahan hasil kelautan.
”Untuk pengolahan hasil laut, kami antara lain akan melakukan pelatihan pembuatan nugget ikan dan bakso ikan,” kata mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM itu. Aziz menambahkan, KKN-PPM di Sabang diikuti 30 mahasiswa dari beragam fakultas. Kegiatan KKN akan dijalankan di Desa Ujong Kareung dan Paya, Kecamatan Sukajaya.