Geliat hasil investasi industri asuransi jiwa pada awal 2019 berhasil menutupi lesunya pendapatan premi. Hal itu menyokong signifikan jumlah pendapatan industri meskipun belum berkontribusi terhadap pertumbuhan laba bersih secara tahunan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Geliat hasil investasi industri asuransi jiwa pada awal 2019 berhasil menutupi lesunya pendapatan premi. Hal itu menyokong signifikan jumlah pendapatan industri meskipun belum berkontribusi terhadap pertumbuhan laba bersih secara tahunan.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jumat (28/6/2019), menyebutkan, pada triwulan I-2019, pendapatan industri mencapai Rp 62,2 triliun atau tumbuh 19,7 persen secara tahunan. Pendapatan berasal dari kenaikan hasil investasi menjadi Rp 10,1 triliun. Jumlah itu tumbuh 339,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang menyentuh minus Rp 3,3 triliun.
Allianz Life Indonesia menjadi salah satu yang mengalami kenaikan signifikan hasil investasi. Pada tiga bulan pertama 2019, Allianz mencatatkan hasil investasi sebesar Rp 935,9 miliar atau melonjak dari minus Rp 25,2 miliar dalam periode yang sama pada 2018.
Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia Ni Made Daryanti mengatakan, kondisi investasi pada awal 2019 berbanding terbalik dengan awal 2018. Positifnya hasil investasi terjadi karena kondisi pasar saham dan obligasi yang naik cukup signifikan.
”Terbukti IHSG di triwulan I-2019 tercatat minus 2,62 persen, sedangkan di periode yang sama tahun ini tercatat surplus 4,43 persen. Begitu juga dengan pasar obligasi yang mencatat pertumbuhan dari 0,39 persen tahun lalu menjadi 4,34 persen tahun ini,” ucap Made, Jumat.
Dengan hasil investasi itu, jumlah pendapatan total Allianz meningkat 21 persen secara tahunan menjadi Rp 3,3 triliun. Padahal, pendapatan premi mereka turun 15 persen secara tahunan menjadi Rp 2,3 triliun. Adapun pendapatan premi industri secara keseluruhan juga menurun 11,6 persen secara tahunan.
Made mengatakan, pihaknya optimistis hasil investasi masih akan menyokong pendapatan hingga akhir tahun. Allianz tetap positif di tengah isu global seperti perang dagang.
”Kami meyakini bisa mencetak kinerja lebih baik pada tahun ini. Tentu kami akan terus menggunakan prinsip kehati-hatian dan responsif terhadap perubahan kondisi pasar,” ujarnya.
Meski jumlah pendapatan naik cukup signifikan, laba bersih Allianz masih belum bertumbuh. Pada triwulan pertama, mereka mencatatkan laba bersih Rp 226 miliar atau turun 31 persen secara tahunan.
Hal serupa dialami AXA Mandiri. Perusahaan asuransi jiwa yang mengandalkan kerja sama dengan perbankan atau bancassurance itu mencatatkan hasil investasi positif pada triwulan I-2019, sebesar Rp 630 miliar. Jumlah itu tumbuh signifikan dari periode yang sama tahun lalu, yakni minus Rp 1,48 triliun.
Hasil investasi menyokong jumlah pendapatan yang mencapai Rp 3,1 triliun atau naik 326 persen secara tahunan. Padahal, pendapatan premi cenderung stagnan, hanya Rp 2,14 triliun atau naik tipis 1,6 persen secara tahunan.
Presiden Direktur PT AXA Mandiri Financial Services Handojo G Kusuma mengatakan, pertumbuhan hasil investasi perusahaannya mengikuti pertumbuhan industri asuransi keseluruhan. Faktornya adalah pasar modal dan obligasi yang positif.
”Kami seperti asuransi lainnya. Investasi cenderung sama. Jika pasar modal dan obligasi positif, kami akan ikut bertumbuh. Sejauh ini masih positif pada 2019,” ucap Handojo.
Kenaikan hasil investasi industri asuransi diikuti dengan peningkatan jumlah investasi sebesar 2,2 persen atau menjadi Rp 469,6 triliun. Investasi masih didominasi reksa dana sebesar 36 persen, saham sebesar 31 persen, surat berharga negara 13,9 persen, dan deposito berjangka 6,8 persen.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia Togar Pasaribu menyebutkan, industri asuransi jiwa pada tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya. ”Tahun lalu memang penuh tantangan. Tidak heran semuanya turun. Karena tahun lalu sudah turun, para investor melihat harga sudah rendah. Ini saatnya mereka masuk dan membeli,” tuturnya.