Sensasi Axor Menggilas Kubangan
Suatu hari pada pertengahan Mei 2019, hujan lebat disertai angin kencang menerpa Bandung dan sekitarnya. Sedikit membuyarkan suasana, mengingat esok harinya tiga truk keluaran Mercedes-Benz bakal diuji di medan off-road.
PT Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI) selaku agen tunggal penjualan kendaraan niaga Mercedes-Benz di Indonesia menghadirkan truk model Axor. Dari Axor tipe 2528 C bertransmisi manual yang banyak digunakan di Indonesia untuk kegiatan pertambangan, hingga tipe 3340 S AMT dan 4028 T dengan transmisi semi-otomatis atau automated unsynchronized transmission yang biasanya digunakan untuk kegiatan logistik.
Apa yang semula dibayangkan terkait dampak hujan lebat dalam kurun lama seakan menjadi kenyataan. Hujan membuat medan jalan yang sebagian besar tanah liat menjadi penuh kubangan. Apalagi, saat tergilas roda-roda truk yang diuji.
Keesokan harinya, rombongan media otomotif diajak menuju lokasi pengujian di Pusat Pendidikan Kavaleri TNI AD, Padalarang, Bandung. Ketiga truk Axor pun sudah terparkir di atas lahan beton dengan kemiringan sekitar 20 derajat.
Satu per satu jurnalis, termasuk Kompas, diberi kesempatan memilih salah satu truk itu. Sementara medan pengujian sepanjang lima kilometer yang semula telah disurvei panitia harus disurvei kembali untuk mengetahui kondisi terkini medan seusai hujan tersebut.
Walau sekilas ketiga tipe truk ini sama bentuknya, tetap ada berbagai perbedaan, terutama dari sisi dimensi. Tipe 3340 S memiliki dimensi jarak sumbu roda (wheelbase) 3.300 mm dengan panjang total 6.900 mm dan lebar 2.490 mm. Sementara tipe 2528 C memiliki wheelbase 4.200 mm dengan panjang total 7.760 mm dan lebar 2.490 mm, dan tipe 4028 T ber-wheelbase 3.600 mm dengan panjang total 6.030 mm dan lebar 2.525 mm.
Dari sisi mesin juga berbeda-beda. Tipe 2528 C dan 4028 T mengusung mesin yang sama, yakni mesin diesel tipe OM 906 LA dengan 6 silinder (tenaga maksimum 280 PS pada 2.200 rpm dan torsi puncak 1.100 Nm pada rentang 1.200-1.600 rpm).
Tipe 4028 T yang dirancang untuk menarik kontainer menggunakan transmisi manual 4x2, sementara tipe 2528 C yang dirancang untuk angkutan konstruksi, seperti truk penumpang (dump truck), menggunakan transmisi manual 6x4.
Sementara tipe Axor 3340 S yang dirancang untuk menarik kontainer kelas berat mengusung mesin diesel tipe OM 457 LA 6 silinder (401 PS pada 1.900 rpm dan torsi 2.000 Nm pada 1.100 rpm). Mesin dipasangkan dengan transmisi semi-otomatis bersistem penggerak 6 x 4.
Posisi duduk
Imam Nugroho selaku Technical Support DCVI mengingatkan, begitu berada di ruang kemudi, posisi jok tempat duduk, keterjangkauan roda kemudi, dan pedal gas, kopling, atau rem harus diperhatikan. Pijakan pedal-pedal itu harus terjangkau dengan gerakan kaki pengemudi. Tak ketinggalan, posisi pandangan yang perlu selalu awas pada kaca spion.
Kalau sebelumnya Kompas menguji truk dan bus kompetitor Mercedes-Benz di trek halus dengan variasi tingkat kemiringan dan lika-liku jalannya, pengujian kali ini menekankan tentang kondisi realitas medan jalan di Indonesia. Mirip medan off-road di kawasan pertambangan atau hutan di Kalimantan dan Sumatera.
Bersama instruktur Aang Haryulianto, Kompas mulai tancap gas mengemudikan truk Axor 3340 S. Medan jalan berliku yang cenderung datar, sesekali terdengar raungan injakan pedal gas. Menjaga putaran mesin agar tetap stabil jauh lebih dibutuhkan. Awal yang tak sulit dalam mengemudi.
Dari kejauhan sekitar 100 meter, terlihat Axor 4028 T sedang berjalan mengikuti Axor 2528 C yang berada di depannya. Sekilas, terlihat begitu mudah berjalan di atas tanah liat yang baru dibasahi hujan. Seusai berjalan perlahan memutar di lahan datar yang terbuka, kedua truk itu berupaya mendaki tanjakan sempit yang memanjang. Tingkat kemiringan trek ini sekitar 15 derajat.
Cukup lama menunggu Axor 4028 T di depan selesai menanjak. Saat tiba giliran Kompas, lintasan melingkar ataupun tanjakan sudah makin terlihat menjadi kubangan. Tak ingin menyerah, Imam memberikan instruksi agar dapat menginjakkan pedal gas secara tepat agar didapatkan traksi yang pas di medan ekstra licin tersebut.
Tantangan semakin sulit dihadapi. Saat roda depan bisa dikendalikan putarannya, kubangan yang cukup dalam membuat berulang kali roda kanan terasa tergelincir, slip. Teknologi transmisi semi-matik truk ini pun dioptimalkan penggunaannya.
Lepas dari kubangan ini, truk harus melintasi sebuah tanjakan sempit. Rerumputan di medan itu membuat roda depan kehilangan traksi. Berulang kali dicoba, akhirnya instruktur Aang Haryulianto diminta mengendalikan setir. Sementara, Imam dengan penuh kesabaran memberikan instruksi, mulai dari mengendalikan setir, pijakan pedal gas dan rem, hingga mendapatkan momentum berkendara.
”Saat ingin berjalan menanjak, biasakan posisikan gigi rendah terlebih dahulu. Jangan setelah tidak kuat menanjak, baru pindah ke gigi rendah seperti naik mobil kecil. Transmisi truk berbeda. Makanya, ada orang yang tidak kuat menanjak, lalu gagal mengoper ke posisi gigi. Bayangkan jika membawa kontainer 30 ton, bisa melorot dan akhirnya kecelakaan,” ujar Imam.
Hampir sepuluh kali kami mencoba bebas dari kubangan ini, tetapi roda tetap selip, bahkan terjebak. Akhirnya, instruksi melakukan penarikan dengan menggunakan truk lain terpaksa diputuskan. Selidik punya selidik, masalahnya bukan pada kemampuan mesin, melainkan roda-roda truk ini masih standar, yang dirancang untuk jalanan beraspal mulus.
Bisa dibayangkan, kata Aang, medan jalan penuh kubangan ini kerap ditemui di kawasan pertambangan, seperti di Kalimantan dan Sumatera. Butuh ban khusus yang kerap disebut ban pacul yang guratan telapak bannya lebih tajam.
Dalam mengemudikan truk, rentang injakan pedal gas terindikasi pada jarum rpm. Biasanya, indikator rpm mobil berwarna hitam dan ujungnya baru berwarna merah. Pada truk-truk Mercy ini, rentang 1.000-1.500 rpm ditandai dengan warna hijau. Rentang warna hijau inilah yang tepat untuk melakukan perpindahan gigi. Niscaya, bisa mengejar tingkat ekonomis bahan bakar.
Mengejar ekonomis
Direktur Pemasaran DCVI Maximillian Kuorr mengatakan, selama ini Axor sangat diminati konsumen di Indonesia karena memiliki ketangguhan jangka panjang masa operasional, keamanan yang optimal, dan dapat diandalkan dari sisi efisiensi bahan bakar.
Menurut Maximillian, DCVI menyiapkan portofolio yang kuat melalui jajaran Mercedes-Benz Axor mulai dari kelas 16 ton hingga 48 ton. Ketangguhannya antara lain disumbangkan oleh pompa injeksi langsung individual, rpm mesin rendah pada kecepatan tinggi, dan kombinasi lampu belakang LED, anti-lock braking system (ABS) serta constant throttle valve engine brake.
Dari ketiga tipe Axor, baru tipe 2528C yang dirakit di Indonesia. Pihak DCVI menyebut, komponen terbesar dalam proses perakitan ini berasal dari Indonesia. Namun, ada juga suku cadang kendaraan niaga ini yang berasal dari India dan Jerman. Tentunya, dengan standar tinggi Mercedes-Benz.