Berharap Ada Titik Terang dari Kemelut Perdagangan di Osaka
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA (DARI OSAKA, JEPANG) DAN NINA SUSILO
·4 menit baca
OSAKA, KOMPAS — Dunia mengharapkan Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Osaka, Jepang, 28-29 Juni, memberikan titik terang pada perekonomian global yang mengalami pelambatan lebih dari setahun terakhir. Pelambatan pertumbuhan ekonomi global tersebut, antara lain, disebabkan berlarutnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Pertumbuhan ekonomi global pada 2018 sekitar 3 persen. Tahun ini, lajunya diperkirakan melambat. Bank Dunia dalam Prospek Ekonomi Global per Juni mengoreksi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2019, dari 2,9 persen ke 2,6 persen.
Koreksi turun dilakukan setelah realisasi investasi dan perdagangan dunia pada semester I-2019 lebih rendah ketimbang perkiraan di awal tahun. Ketegangan perang dagang yang diperkirakan masih bisa meningkat menjadi salah satu faktornya.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 tahun ini digelar di Osaka, Jepang, 28-29 Juni ini. Keseluruhan pemimpin 20 negara dengan produk domestik bruto terbesar di dunia dijadwalkan hadir, termasuk di antaranya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang dijadwalkan menggelar pertemuan bilateral di Osaka.
Trump melalui akun Twitter-nya pada Selasa (25/6/2019) menyatakan telah berkomunikasi dengan Xi. Selanjutnya, tim kerja dari kedua negara akan memulai negosiasi sebelum pertemuan di antara kedua pemimpin di Osaka.
Pada hari yang sama, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Amerika Serikat (AS) Larry Kudlow dalam keterangan pers di Gedung Putih, Washington DC, AS, menyatakan, Trump dan Xi telah berkomunikasi melalui sambungan telepon. Kedua pemimpin menjadwalkan pertemuan di sela-sela perhelatan G-20 di Osaka, Jepang.
Sehubungan dengan itu, berbagai pihak berharap G-20 dan pertemuan bilateral AS-China mampu memberikan titik terang. Menteri Keuangan Inggris Phillip Hammond, sebagaimana dilaporkan kantor berita Reuters, berharap Trump dan Xi dapat mencapai kemajuan untuk meredakan ketegangan perang dagang.
”Inggris adalah negara yang sangat terbuka dalam perdagangan. Dengan demikian, kami sangat rentan terhadap apa saja yang berdampak pada perdagangan global dan pertumbuhan ekonomi global. Untuk itu, kami sangat berharap akan adanya solusi awal untuk mengurangi tensi di antara AS dan China,” kata Hammond, Rabu (26/6/2019).
Frances Donald, Kepala Ekonom dan Kepala Strategi Ekonomi Makro Manulife Investment Management di Toronto, AS, menyatakan, investor tidak membutuhkan kesepakatan penuh antara Trump dan Xi untuk menambah kepercayaan pasar. Hal yang diharapkan dari pertemuan keduanya adalah adanya kepastian upaya meredakan ketegangan di antara dua negara adidaya itu.
Agenda pertama yang saya yakini adalah tantangan terpenting saat ini adalah bekerja untuk menjaga dan memperkuat sistem internasional untuk perdagangan yang bebas dan berkeadilan.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Project-Syndicate.org tidak menyebutkan secara eksplisit agenda terkait perang dagang antara AS dan China. Tentu hal ini karena persoalan tersebut lebih merupakan urusan bilateral di antara kedua negara. Meski demikian, dalam bahasa yang lebih luas, Abe menyatakan bahwa agenda pertama yang akan dibawanya adalah mempromosikan perdagangan bebas yang berkeadilan.
”Agenda pertama yang saya yakini adalah tantangan terpenting saat ini, yaitu bekerja untuk menjaga dan memperkuat sistem internasional untuk perdagangan yang bebas dan berkeadilan,” kata Abe.
Terbang ke Osaka
Sementara itu, Presiden Joko Widodo dijadwalkan terbang dari Jakarta menuju Osaka, Kamis (27/6/2019) malam ini. Presiden Jokowi baru berangkat setelah mengikuti pembacaan sidang Mahkamah Konstitusi (MK) yang memutus perselisihan hasil pemilihan umum presiden.
Sebelumnya, dalam rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, baru-baru ini, Presiden Jokowi menyatakan, Indonesia dalam KTT ASEAN di Thailand, 22 Juni, mengambil sikap proaktif dalam menyikapi perang dagang antara AS dan China. Ia mengajak seluruh pemimpin ASEAN menggalang persatuan kawasan.
”Perang dagang antara Amerika Serikat dan China belum membaik,” kata Presiden, waktu itu.
Sebagaimana disebutkan dalam rapat terbatas persiapan kunjungan kerja ke G-20 di Jepang, pekan lalu, Presiden akan mengangkat tiga isu utama. Pertama, terkait persoalan ekonomi dan keuangan global, khususnya yang berkaitan dengan perdagangan dan investasi.
Isu kedua, langkah-langkah inovasi mengenai pengembangan ekonomi digital dan kecerdasan buatan. Ketiga adalah tentang perlunya penanganan kesenjangan kualitas infrastruktur, ketenagakerjaan, dan pemberdayaan perempuan.
Menlu Retno LP Marsudi secara terpisah mengatakan, Presiden Jokowi pada KTT G-20 akan berbicara di dua sesi. Sesi pertama berkaitan dengan kesenjangan, pendidikan, infrastruktur, dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pemerintah Indonesia akan menekankan inklusivitas dan pembangunan berkelanjutan. Adapun di sesi kedua, ekonomi digital akan dibahas.