Perserikatan Bangsa-Bangsa mengapresiasi dukungan Indonesia dalam rangka menjaga perdamaian dunia. Komitmen Indonesia, salah satunya, diupayakan melalui pengiriman personel penjaga perdamaian ke sejumlah daerah konflik sejak 1957.
Oleh
Sharon Patricia
·2 menit baca
KOMPAS/SHARON PATRICIA
Konferensi pers atas konferensi internasional bertemakan ”Preparing Modern Armed Forces for Peacekeeping Operations in the 21st Century”, di Jakarta, Rabu (26/6/2019).
JAKARTA, KOMPAS — Perserikatan Bangsa-Bangsa mengapresiasi dukungan Indonesia dalam rangka menjaga perdamaian dunia. Komitmen Indonesia, salah satunya, diupayakan melalui pengiriman personel penjaga perdamaian ke sejumlah daerah konflik sejak 1957.
”Saya sangat mengapresiasi Indonesia dalam mendukung misi perdamaian dunia. Ini bukan hanya soal mengirim personel atau persenjataan, melainkan juga bentuk dukungan politik yang sangat penting bagi PBB,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Operasi Perdamaian Jean-Pierre Lacroix, di Jakarta, Rabu (26/6/2019).
Kunjungan Lacroix ke Indonesia dilakukan dalam rangka konferensi internasional bertemakan ”Preparing Modern Armed Forces for Peacekeeping Operations in the 21st Century”. Selain itu, Lacroix juga berkunjung ke Peacekeeping Center di kawasan Santi Dharma, Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Data Kementerian Luar Negeri menunjukkan, saat ini jumlah personel Indonesia yang tengah bertugas dalam berbagai Misi Pemeliharaan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (MPP PBB) berjumlah 3.544 personel, termasuk 94 personel perempuan.
Jumlah ini menempatkan Indonesia di urutan ke-7 dari 124 Troops/Police Contributing Countries(T/PCC). Personel dan pasukan kontingen Garuda tersebut bertugas di delapan MPP PBB, yaitu UNIFIL (Lebanon), UNAMID (Darfur, Sudan), MINUSCA (Repubik Afrika Tengah), MONUSCO (Republik Demokratik Kongo), MINUSMA (Mali), MINURSO (Sahara Barat), UNMISS (Sudan Selatan), dan UNISFA (Abyei, Sudan).
KOMPAS/SHARON PATRICIA
Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Operasi Perdamaian Jean-Pierre Lacroix
Lacroix menyampaikan, setidaknya ada tiga tantangan yang dihadapi oleh PBB dalam misi perdamaian dunia. Pertama, upaya politik menuju solusi perdamaian yang langgeng berjalan sangat lambat. Akibatnya, operasi perdamaian yang seharusnya bersifat sementara menjadi berjalan lebih panjang.
Selain itu, tantangan juga datang dari lingkungan yang semakin berbahaya bagi para personel penjaga perdamaian. Itu karena keadaan di tempat mereka beroperasi juga diserang oleh kelompok-kelompok bersenjata dan kelompok-kelompok teroris.
Tantangan ketiga adalah kenyataan bahwa di banyak negara tempat PBB beroperasi, jumlah kerentanan terhadap warga sipil sangat tinggi. Keadaan ini menjadi tanggung jawab utama sekaligus tantangan bagi para penjaga perdamaian dalam mewujudkannya.
”Jadi, sekali lagi, tanggung jawab kita adalah tanggung jawab atas banyak negara. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih untuk sikap kolaboratif dari Indonesia,” tutur Lacroix.