Hasil Pertemuan Osaka Dinanti
JAKARTA, KOMPAS
Pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada akhir pekan ini di Osaka, Jepang. dinanti. Hasilnya diharapkan bisa meredakan suhu perang dagang dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
Menurut rencana, pertemuan itu akan diadakan di sela-sela KTT G-20.
Saat ini, ketidakpastian meliputi kondisi perekonomian global, antara lain akibat perang dagang AS-China yang tekanannya belum juga reda. Ketidakpastian ini merambat ke banyak hal, termasuk perdagangan global dan pertumbuhan ekonomi dunia.
Kepala ekonom PT Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menyampaikan, hasil pertemuan itu bermakna penting bagi perekonomian dunia. "Apakah akan ada kesepakatan soal tarif atau justru terhenti sementara," kata Enrico, Selasa (25/6/2019), di Jakarta.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Gedung BI, Senin (24/6) malam, menyebutkan, ketidakpastian yang muncul akibat perang dagang AS-China tidak bisa ditakar. Oleh karena itu, banyak pihak berharap pada pertemuan Trump dan Xi Jinping.
”Akankah ada penyelesaian ketegangan perdagangan dalam pertemuan itu?” ujar Perry.
Bank Indonesia, seperti banyak bank sentral dan lembaga di dunia mempertimbangkan sejumlah skenario terkait perang dagang, dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional juga memasukkan perang dagang AS-China sebagai risiko pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini.
Harapan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, di Beijing, Selasa, menyatakan, ada harapan pertemuan itu membantu menurunkan suhu perang dagang AS-China. Sebagai bagian dari persiapan pertemuan itu, Senin, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer telah berbicara melalui sambungan telepon dengan negosiator utama China, Wakil Perdana Menteri Liu He.
"Kami berharap pertemuan itu akan membantu kedua negara untuk meningkatkan rasa saling percaya serta menyelesaikan perbedaan dan beberapa masalah luar biasa yang kita hadapi sekarang," kata Geng.
Ditegaskan Geng, China berkomitmen untuk bekerja sama dengan AS. Beijing juga berketetapan mengembangkan hubungan China-AS berdasarkan koordinasi yang jelas dan kerja sama saling menguntungkan.
Jika terealisasi, maka pertemuan di Osaka adalah kesempatan pertama bagi kedua pemimpin negara itu untuk membahas sengketa perdagangan secara langsung sejak Trump menyatakan kesiapannya menargetkan 300 miliar dollar AS impor China untuk dikenai kenaikan tarif impor. Artinya, seluruh barang ekspor China ke AS berpotensi dikenai tarif oleh Washington.
Trump telah mengenakan tarif 25 persen atas barang-barang impor China senilai 250 miliar dollar AS. China membalas dengan menerapkan tarif dengan jumlah setara terhadap ekspor AS ke China. Sejauh ini, 11 putaran negosiasi berhadapan dengan jalan buntu.
Kemungkinan
Enrico menambahkan, kemungkinan pertemuan Trump dan Xi Jinping di KTT G-20 gagal menghasilkan kesepakatan juga mesti diperhitungkan. Termasuk, kemungkinan jika Trump menaikkan tarif impor dari China untuk barang lainnya. "Jika itu terjadi, barang-baang yang masuk dari Indonesia untuk kebutuhan produksi di China juga kena imbasnya," tambah Enrico.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menambahkan, muncul kecenderungan perang dagang AS-China menjadi berkepanjangan. Dengan kondisi itu, AS dan China akan tumbuh dengan sokongan permintaan atau konsumsi dalam negeri.
BI, menurut Perry, pada Mei dan Juni 2019, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3,3 persen.
"Namun, jika AS memberlakukan kenaikan tarif impor dari 10 persen menjadi 25 persen terhadap barang impor dari China senilai 200 miliar dollar AS, maka proyeksi pertumbuhan ekonomi global juga berubah, menjadi 3,1 persen pada tahun ini," tambah Perry.
Sementara itu, Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo A Chaves, kepada Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa siang, menyampaikan, ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang AS-China diperkirakan berlanjut. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia disarankan untuk tetap mewaspadai kondisi tersebut, agar tidak berdampak buruk terhadap perekonomian nasional.
“Kami rasa pemerintah perlu memerhatikan dengan seksama apa yang terjadi pada ekonomi global saat ini. Masih ada awan hitam yang menggelantung karena perang dagang,” tutur Chaves seusai pertemuan.
Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri Kabinet Kerja bertemu perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia. Pemerintah meminta masukan terkait pengelolaan ekonomi Indonesia, terutama untuk lima tahun mendatang.
Chaves mengungkapkan, Bank Dunia berharap negosiasi AS-China bisa segera berujung. (NTA/IDR/AP/BEN)