Sejumlah sekolah di wilayah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, masih kekurangan murid meskipun awal tahun ajaran baru segera berlangsung. Padahal, beberapa sekolah ini merupakan sekolah yang belakangan digabungkan agar jumlah murid bertambah. Sistem PPDB zonasi belum mampu membagi murid secara merata.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sejumlah sekolah di wilayah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, masih kekurangan murid meskipun awal tahun ajaran baru segera berlangsung. Padahal, beberapa sekolah ini merupakan sekolah yang belakangan digabungkan agar jumlah murid bertambah. Sistem penerimaan peserta didik baru atau PPDB zonasi belum mampu membagi murid secara merata.
Di SDN 55, Kelurahan Kasilampe, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, misalnya, hingga Rabu (26/6/2019) pendaftar tercatat 20 anak. Sekolah ini merupakan sekolah gabungan dua SD, yaitu SDN 3 dan SDN 13.
Nur Hidayat, Kepala SDN 55, mengatakan, hingga pendaftaran offline ditutup, jumlah anak yang mendaftar tetap berjumlah 20 orang. Jumlah ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah murid tahun sebelumnya, yang total berjumlah 29 anak.
”Tahun lalu di SDN 13 jumlah muridnya 19 anak, dan di SDN 3 ada 10 anak. Tahun ini baru ada 20 anak. Kami masih menunggu, biasanya pas masuk sekolah masih ada orangtua yang membawa anaknya mendaftar,” kata Nur.
Tahun lalu di SDN 13 jumlah muridnya 19 anak, dan di SDN 3 ada 10 anak. Tahun ini baru ada 20 anak. Kami masih menunggu, biasanya pas masuk sekolah masih ada orangtua yang membawa anaknya mendaftar.
Menurut Nur, kurangnya siswa yang mendaftar bisa disebabkan beberapa hal. Salah satunya kurangnya siswa di kelurahan setempat. Kemungkinan lainnya, orangtua mendaftarkan anaknya ke sekolah yang tergolong favorit meskipun jaraknya agak lebih jauh.
Pendaftar di sekolah ini sudah cukup banyak jika dibandingkan dengan di SDN 47, Kelurahan Lahundape, Kecamatan Kendari Barat. Jumlah pendaftar hanya 12 anak. Sekolah ini juga merupakan sekolah penggabungan SDN 11 dan SDN 16.
Dua sekolah yang masih kekurangan pendaftar ini yaitu SDN 47 dan SDN 55. Kedua sekolah itu merupakan bagian dari sejumlah SD yang digabungkan pada awal tahun lalu. Total ada 10 SD yang digabungkan dari 116 SD yang ada sebelumnya.
”Kami sudah tunggu, yang mendaftar ulang hanya 12 anak. Awalnya ada 25 anak, tetapi yang datang melengkapi berkas hanya 12 anak itu,” ucap Rosmaida, salah seorang guru.
Jumlah pendaftar ini, lanjutnya, juga jauh berkurang dibandingkan pada tahun sebelumnya. Total siswa dua sekolah pada tahun lalu sebanyak 32 anak. Salah satu kemungkinan penyebab kurangnya pendaftar adalah banyaknya sekolah yang berdekatan.
Berjarak 20 meter dari sekolah ini, ada sebuah SD lainnya. Keluar dari kawasan kompleks, berjarak 100 meter, terdapat satu sekolah lagi. Sekolah ini yaitu SDN 22, menerima pendaftar sebanyak 92 anak.
Salah satu kemungkinan penyebab kurangnya pendaftar adalah banyaknya sekolah yang berdekatan.
Seperti di semua wilayah lainnya, PPDB di Kota Kendari juga telah menerapkan sistem zonasi. Untuk tingkat SD, zonasi yang diterapkan berdasarkan kelurahan. Sementara itu, untuk SMP, berdasarkan zona kecamatan tempat tinggal.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Kendari Sunarti mengatakan, sejumlah sekolah memang tercatat masih kekurangan pendaftar. Padahal, pemerintah telah melakukan penggabungan sekolah agar jumlah sekolah yang dituju lebih fokus.
”Kalau SD, biasanya pas masuk sekolah masih ada yang datang mendaftar. Kami harapkan sekolah yang kurang murid bisa terisi. Kalau untuk SMP, memang belum optimal karena pendaftar menumpuk di kecamatan tertentu,” kata Sunarti. Dari 11 kecamatan di Kota Kendari, pendaftar menumpuk di Kecamatan Kendari Barat, Mandonga, dan Wua-wua.
Oleh karena itu, tambah Sunarti, pihaknya terus mengevaluasi pelaksanaan PPDB untuk diterapkan pada tahun mendatang. Belum meratanya pendaftar, juga adanya wilayah yang kelebihan pendaftar, akan menjadi bahan evaluasi.