Wacana Reaktivasi Pelayaran Penumpang di Teluk Bayur Mengemuka
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur akan mengaktifkan kembali pelayaran penumpang di Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat. Pembukaan kembali jalur pelayaran Padang-Jakarta via Pelabuhan Teluk Bayur-Pelabuhan Tanjung Priok menambah alternatif moda transportasi bagi masyarakat di tengah kenaikan harga tiket pesawat.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur akan mengaktifkan kembali pelayaran penumpang di Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat. Pembukaan kembali jalur pelayaran Padang-Jakarta via Pelabuhan Teluk Bayur-Pelabuhan Tanjung Priok menambah alternatif moda transportasi bagi masyarakat di tengah kenaikan harga tiket pesawat.
Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Teluk Bayur Nazarwin di Padang, Selasa (25/6/2019), mengatakan, pihaknya tengah berupaya mendatangkan kembali kapal-kapal penumpang untuk berlayar dari Teluk Bayur ke Tanjung Priok atau sebaliknya. Kapal penumpang reguler sudah bertahun-tahun tidak beroperasi karena kalah saing dari angkutan lain, terutama pesawat.
”Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi melalui Dinas Perhubungan Sumbar terkait wacana ini dan tanggapannya positif. Saya juga sudah menyampaikan ke Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Kementerian Perhubungan), salah satu pemicu ide ini muncul karena tiket pesawat mahal,” kata Nazarwin.
Menurut Nazarwin, direktorat menyarankan kepada Gubernur Sumbar mengajukan surat permohonan. Kemudian, perlu dilakukan pula kajian terhadap pemicu dihentikannya dulu pelayaran penumpang dan potensinya ketika dihidupkan kembali. Pembicaraan lebih lanjut dilakukan dengan pemerintah provinsi, Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) sebagai maskapai, dan Pelabuhan Indonesia (Pelindo) sebagai pengelola fasilitas pelabuhan.
Ditambahkan Nazarwin, jika wacana ini terealisasi, fasilitas yang paling utama perlu dibangun adalah terminal penumpang. Terminal penumpang sudah lama hilang dari Pelabuhan Teluk Bayur karena pelayaran penumpang ditinggalkan. Sekarang, kenaikan harga tiket pesawat domestik bisa menjadi momen untuk kembali menghidupkan trayek dengan waktu tempuh sekitar 30-32 jam itu.
Kepala Dinas Perhubungan Sumbar Heri Nofiardi mengatakan, dinas sedang mengonsep surat permohonan ke Ditjen Perhubungan Laut terkait wacana reaktivasi jalur pelayaran penumpang ini. Jika telah rampung, surat akan ditandatangani gubernur kemudian dikirimkan ke Kemenhub.
”Kami mohonkan ke Direktur Jenderal Perhubungan Laut untuk pengoperasian trayek Teluk Bayur-Tanjung Priok. Nanti dirjen tentu punya perhitungan terkait kelayakan bisnis trayek ini,” kata Heri.
Kami mohonkan ke Direktur Jenderal Perhubungan Laut untuk pengoperasian trayek Teluk Bayur-Tanjung Priok. Nanti dirjen tentu punya perhitungan terkait kelayakan bisnis trayek ini.
Menurut Heri, kenaikan harga tiket pesawat yang hampir 100 persen sejak awal tahun telah membuat sektor angkutan darat kembali menggeliat. Potensi yang sama, kata Heri, juga dimiliki oleh sektor angkutan laut.
Heri melanjutkan, jika permohonan itu disetujui Ditjen Perhubungan Laut, pemda akan menyurati Pelni. Pelni tentu punya kajian terkait keuntungan dari pembukaan kembali trayek ini. Pemda juga akan menyurati Pelindo terkait penyedian fasilitas pelabuhan.
Fisik Pelabuhan Teluk Bayur yang berada di pantai barat Sumatra dibangun tahun 1888-1893 pada masa kolonial Belanda. Pelabuhan yang awalnya bernama Emma Haven ini memiliki luas total 544 hektar. Sekarang, Pelabuhan Teluk Bayur dioperatori oleh PT Pelindo II.
Heri menuturkan, berhentinya pelayaran penumpang di Pelabuhan Teluk Bayur sudah berlangsung bertahun-tahun. Pemicunya diduga akibat semakin terjangkaunya harga tiket pesawat dan semakin lancarnya jalur darat. Jalur laut perlahan ditinggalkan dan terminal penumpang hilang.
Sekarang, aktivitas di pelabuhan lebih didominasi oleh kapal-kapal barang pengangkut komoditas ekspor ke luar negeri. Adapun kapal penumpang itu hanya kapal perintis Padang-Mentawai-Gunung Sitoli-Penasahan. Angkutan bersubsidi dari pemerintah ini melayani warga yang tinggal di daerah terisolasi.
”Jika wacana ini disetujui, fasilitas pertama yang perlu dibangun adalah terminal penumpang. Selama ini, kapal perintis berpindah-pindah tempat bersandar. Kasihan juga dengan penumpang karena tidak ada fasilitas MCK yang memadai,” ujar Heri.
Andai kata prospek reaktivasi jalur pelayaran penumpang ini bagus, nantinya juga perlu diadakan rekayasa lalu lintas dari dan menuju Pelabuhan Teluk Bayur. Fasilitas lain juga menyusul seiring dengan munculnya berbagai kegiatan ekonomi di pelabuhan.