Sebagai langkah adaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen, sejumlah gerai Giant berhenti beroperasi. Pengembangan korporasi berfokus pada bisnis yang tetap untung di tengah persaingan ritel.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagai langkah adaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen, sejumlah gerai Giant berhenti beroperasi. Pengembangan korporasi berfokus pada bisnis yang tetap untung di tengah persaingan ritel.
Mulai 28 Juli 2019, PT Hero Supermarket Tbk akan menutup enam gerai ritel Giant. Korporasi mencatat, pada Mei 2019 ada 125 gerai Giant yang tersebar di Indonesia. ”Giant adalah brand yang kuat, tetapi kami harus beradaptasi untuk bersaing secara efektif. Saat ini, kami tengah menerapkan program multi-year transformation untuk memberikan pertumbuhan jangka panjang,” kata Direktur PT Hero Supermarket Tbk Hadrianus Wahyu Trikusumo saat dihubungi pada Selasa (25/6/2019).
Salah satu bentuk transformasi tersebut ialah korporasi melakukan penyesuaian dan pengaturan kembali bisnis makanan (merujuk pada bisnis yang mengelola fast moving consumer goods atau FMCG). Bisnis makanan telah memukul perusahaan secara finansial.
Berdasarkan laporan keuangan PT Hero Supermarket Tbk yang diakses melalui situs Bursa Efek Indonesia, korporasi mengalami rugi bersih sebesar Rp 1,25 triliun sepanjang 2018. Adapun pendapatan bisnis makanan turun 5 persen dengan nilai pendapatan bersih Rp 10,34 triliun.
Menurut Hadrianus, penutupan ini bukan langkah yang mudah. Namun, perusahaan mesti menjalankannya untuk beradaptasi dengan perubahan pola belanja dan perilaku konsumen.
Ketidakmudahan itu telah diatasi melalui komunikasi dengan semua rekan kerja yang terdampak. ”Kami selalu memastikan proses transisi ini akan berjalan dengan adil dan sebaik mungkin,” ujar Hadrianus.
Transformasi korporasi tersebut juga merupakan langkah penyegaran dalam penawaran berbelanja kepada pelanggan. Selain itu, Hadrianus mengatakan, perusahaan juga ingin meningkatkan produktivitas toko untuk keuntungan pelanggan dan keamanan pekerja.
Transformasi korporasi tersebut juga merupakan langkah penyegaran dalam penawaran berbelanja kepada pelanggan.
Di sisi lain, PT Hero Supermarket Tbk juga fokus mengembangkan bisnis nonmakanan, yaitu Guardian Health & Beauty dan IKEA. Dalam laporan keuangan 2018, pendapatan lini bisnis nonmakanan tumbuh 21 persen. Nilai pendapatan bersihnya Rp 2,63 triliun.
Saat ini, salah satu strategi ritel dalam menghadapi persaingan dengan e-dagang ialah menerapkan konsep ”shopping with experience”. Konsep ini membuat kegiatan belanja tak hanya mencari barang, mengambil barang, lalu membayar ke kasir.
Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta, IKEA dapat menjadi salah satu contoh penerapan konsep tersebut. Konsumen dapat berfoto saat sedang melihat-lihat barang, yang mayoritas mebel, dan membagikannya di media sosial. ”Namun, mengembangkan konsep tersebut di ritel, seperti IKEA, membutuhkan modal besar,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berpendapat, penutupan gerai ritel merupakan hal yang wajar pada saat ini. Langkah tersebut dinilai sebagai dampak persaingan ritel yang memiliki model bisnis beragam.