Mata Addie MS berkaca-kaca saat merangkul pianis muda Indonesia, Michael Anthony, di Jakarta, Jumat (21/6/2019). Ia tak hanya terpesona dengan kemampuan Michael bermusik, tetapi juga keindahan usahanya yang melampaui keterbatasan fisik sebagai penyandang disabilitas. Energi positif itu sampai dan berlabuh di hati Addie.
Tak pernah tebersit di benak Addie bahwa ia diidolakan Michael. Di sisi lain, sang penggemar senang bukan kepalang bertemu maestro panutannya. Melihatnya senang membuat Addie ikut bahagia sampai terharu.
”Ini suatu kebahagiaan yang luar biasa. Ternyata hidupku tanpa sengaja bikin mereka bahagia. Buatku, momen itu singkat, tetapi gila,” kata Addie.
Ia meyakini, kebahagiaan yang paling besar adalah saat ia bisa memberikan kebahagiaan untuk orang lain. Rasa itu berbeda dengan sukacita kala ia sukses menggelar sebuah pertunjukan musik. Sisi humanisnya tersentuh saat melihat orang lain bahagia, dalam hal ini para penyandang disabilitas.
Setelah menonton pertunjukan seniman difabel bertajuk My Dream tahun lalu, Addie jadi tergerak untuk terhubung dengan lebih banyak rekan difabel. Keinginan ini ia wujudkan antara lain melalui bantuan kaki dan tangan palsu.
”Tanpa mereka, aku bisa lupa apa yang sudah dikaruniai Tuhan untuk disyukuri. Itu membuat aku juga jadi lebih mawas diri. Itu juga membuat aku bertanya kepada diri sendiri. Apa yang bisa aku lakukan buat mereka?” ujar pendiri Twilite Orchestra itu.
Selain mawas diri, ia tidak luput dari rasa salut kepada para pendamping penyandang disabilitas. Menurut dia, tidak mudah menghadapi pergumulan emosional yang ada sehari-hari. Para orangtua dan guru pendamping dinilai berjasa dan memiliki kadar sabar yang luar biasa.
Addie memiliki keinginan menjangkau teman-teman spesial tersebut lebih luas melalui musik. Namun, ia belum menemukan kesempatan dan rekan-rekan yang satu frekuensi. ”Mau banget. Tetapi, biasanya memang perlu ada satu pihak yang klik. Kalau sudah begitu, nanti klik-klik-klik (terhubung dengan pihak-pihak lain),” kata Addie. Semoga!