Duel Iran-AS di Atas Selat Hormuz
Peristiwa terbesar dan mengejutkan di Timur Tengah pekan ini, yaitu keberhasilan Iran menembak jatuh pesawat nirawak AS, RQ-4 Global Hawk, Kamis (20/6/2019). Momen itu bisa memberi gambaran model perang Iran-AS jika kemungkinan terburuk itu tak bisa dihindari.
Kantor berita Iran, Tasnim, mengungkapkan bahwa pesawat nirawak AS itu ditembak jatuh oleh sistem anti serangan udara jarak menengah buatan Iran, Khordad-3. Pasca-penembakan, terjadi polemik antara Iran dan AS. Iran menuduh, pesawat nirawak AS itu melanggar teritorial udara Iran ketika ditembak jatuh. Televisi Iran, IRIB, Jumat (21/6/2019), mempertontonkan kepingan pecahan pesawat nirawak AS yang ditembak jatuh itu untuk menunjukkan ke khalayak dunia bahwa pesawat nirawak AS itu ditembak di teritorial udara Iran.
Namun, AS bersikeras, pesawat nirawak miliknya ditembak jatuh oleh Iran saat terbang di teritorial udara internasional di atas kawasan Selat Hormuz. Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) maupun Garda Revolusi Iran sama-sama merilis peta jalur terbang pesawat nirawak AS yang ditembak jatuh itu untuk membenarkan klaim masing-masing.
Namun, terlepas dari polemik AS-Iran soal lokasi penembakan pesawat nirawak tersebut, satu hal yang jauh lebih penting bahwa ditembaknya pesawat nirawak AS, RQ-4 Global Hawk, oleh sistem pertahanan udara Iran, Khordad-3, memperlihatkan duel teknologi militer antara Iran dan AS. Kemampuan Khordad-3 menembak jatuh pesawat nirawak RQ-4 Global Hawk tak dipungkiri merupakan kejutan besar di sektor teknologi militer Iran.
Peristiwa tersebut bisa menjadi pelajaran dan sekaligus kajian penting oleh Pentagon maupun Kementerian Pertahanan Iran tentang perkembangan teknologi militer yang dicapai AS dan Iran saat ini sebelum pecah perang terbuka antara kedua negara jika kelak kemungkinan terburuk itu tak bisa dihindari.
Pesawat nirawak RQ-4 Global Hawk terbilang produk terbaru dan tercanggih dalam industri militer AS di bidang pesawat pengintai dan pendeteksi. Pesawat nirawak seharga 220 juta dollar AS per buah itu mampu terbang hingga 60.000 kaki atau sekitar 18,3 kilometer di atas permukaan laut.
Pesawat nirawak buatan pabrik Northrop Grumman itu bisa terbang 32 jam tanpa henti. Pesawat nirawak yang kini digunakan militer AS dan Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) itu dirancang bisa dipakai hingga tahun 2050 berkat kecanggihan teknologi pada pesawat tersebut.
Pesawat nirawak RQ-4 Global Hawk terbilang produk terbaru dan tercanggih dalam industri militer AS di bidang pesawat pengintai dan pendeteksi.
Adapun Khordad-3 merupakan sistem pertahanan anti serangan udara jarak menengah andalan dan tercanggih milik Iran di kelasnya. Tanda bahwa Khordad-3 merupakan sistem pertahanan serangan udara andalan Iran adalah ditempatkan Khordad-3 di Provinsi Hormozgan yang bertepi ke Selat Hormuz di Teluk Persia dan terdapat kota pelabuhan terbesar di Iran, yaitu kota Bandar Abbas. Di kota Bandar Abbas juga terdapat pangkalan angkatan laut terbesar di Iran.
Khordad-3 konon hasil modifikasi dari sistem pertahanan anti serangan udara buatan Rusia S-200 yang dimiliki Iran. S-200 memiliki jangkauan tembak hingga 150 kilometer. Setelah dimodifikasi, rudal itu memiliki jangkauan tembak hingga 200 kilometer dan lebih akurat. Iran menamai rudal baru itu dengan Khordad-3.
Saat ini negara-negara pemilik rudal S-200 di Timur Tengah adalah Iran, Suriah, dan Aljazair. Irak pada era rezim Saddam Hussein juga memiliki S-200, namun kondisi rudal itu tidak diketahui pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein pada tahun 2003.
Pasukan dan mesin militer terbaik Iran selama ini diketahui ditempatkan di ibu kota Teheran untuk mengamankan pemerintahan, di kota Qom untuk mengamankan para ulama Iran, di sekitar semua instalasi nuklir Iran, di Provinsi Bushehr yang bertepi ke Teluk Persia, dan Provinsi Hormozgan.
Iran masih memiliki sistem pertahanan anti serangan udara Khordad-4 yang lebih canggih daripada Khordad-3. Khordad-4 disinyalir memiliki kemampuan akurasi dan jangkauan tembak setara dengan rudal anti serangan udara buatan Rusia S-300, dan bahkan mendekati kemampuan rudal anti serangan udara buatan Rusia paling canggih saat ini, S-400. Khordad-4 memiliki jangkauan tembak 250 hingga 300 kilometer.
Teknologi Khordad 3 dan 4 ditengarai sudah setara dengan S-300 dan S-400 buatan Rusia, serta sistem anti serangan udara Patriot buatan AS.
Iran masih memiliki banyak varian sistem pertahanan serangan udara, namun belum banyak diketahui publik. Negara itu sering merahasiakan mesin militer hasil buatan atau modifikasi mereka sendiri.
Model perang
Peristiwa ditembaknya pesawat nirawak AS, RQ-4 Global Hawk, hingga jatuh oleh sistem pertahanan udara Khordad-3 itu juga bisa memberi gambaran tentang model perang Iran-AS jika kelak meletus. Bila perang Iran-AS pecah, perang itu akan didominasi oleh duel rudal serta duel antara rudal anti serangan udara Iran dan pesawat tempur AS. AS dipastikan akan sangat unggul dalam pertempuran udara. Armada pesawat tempur Iran sama sekali bukan kelasnya dibanding pesawat tempur AS.
Peristiwa ditembaknya pesawat nirawak AS, RQ-4 Global Hawk, hingga jatuh oleh sistem pertahanan udara Khordad-3 itu juga bisa memberi gambaran tentang model perang Iran-AS jika kelak meletus.
Iran sampai saat ini masih mengandalkan pesawat-pesawat tempur peninggalan era Shah Iran Pahlevi, seperti F-5 Tiger dan F-14 Tomcat buatan AS, serta pesawat-pesawat buatan Rusia yang dibeli pasca revolusi Iran 1979, seperti MiG-29, Sukhoi 24, dan 25.
Iran bisa jadi sama sekali tidak akan menerbangkan pesawat tempurnya untuk melawan pesawat tempur AS, karena sama saja bunuh diri melawan pesawat tempur AS yang bukan kelasnya. Namun, Iran pasti akan melawan pesawat tempur AS dengan sistem anti serangan udara hasil buatan atau modifikasi sendiri yang kekuatan sesungguhnya belum diketahui secara persis oleh pihak lain. Bisa jadi Iran membuat kejutan, seperti kejutan Khordad-3 menembak jatuh RQ-4 Global Hawk, Kamis lalu.
AS selama ini memang sangat cemas dengan kemajuan teknologi rudal balistik dan sistem pertahanan anti serangan udara yang dicapai Iran. Salah satu faktor utama Presiden AS Donald Trump membatalkan secara sepihak kesepakatan nuklir Iran pada Mei 2018 adalah kecemasan Washington atas perkembangan pesat teknologi rudal balistik Iran yang dianggap sudah mengancam keamanan regional.
Suatu hal yang pasti, Iran kini sudah mulai mengetahui kemampuan sistem pertahanan anti serangan udaranya, seperti yang diperlihatkan Khordad-3, dan juga kemampuan teknologi pesawat nirawak AS yang terbaru, RQ-4 Global Hawk. Sebaliknya, AS juga mulai mengetahui kemajuan teknologi yang dicapai Iran dalam sistem pertahanan anti serangan udara melalui insiden ditembak jatuhnya RQ-4 Global Hawk oleh Khordad-3.
Kini Pentagon maupun Kementerian Pertahanan Iran akan membuat kalkulasi baru dalam pertempuran udara jika perang Iran-AS pecah, antara lain mengacu pada insiden ditembaknya RQ-4 Global Hawk oleh Iran di atas kawasan Selat Hormuz.