Karyawan dengan waktu kerja panjang dan berlangsung selama bertahun-tahun memiliki risiko terserang stroke lebih besar dibandingkan pekerja dengan jam kerja yang wajar. Tantangan itu membuat para karyawan disarankan untuk bekerja lebih efisien.
Hubungan antara waktu kerja yang panjang dan peningkatan risiko stroke itu diperoleh dari studi yang dilakukan para peneliti Perancis dari Universitas Angers dan Institut Riset Kesehatan dan Kedokteran Nasional Perancis (Inserm). Riset mereka dipublikasikan di jurnal Stroke yang diterbitkan Asosiasi Jantung Amerika (American Heart Association), Kamis (20/6/2019).
Dalam studi tersebut, waktu kerja yang panjang didefinisikan sebagai bekerja lebih dari 10 jam per hari dan berlangsung lebih dari 50 hari dalam setahun. Semakin lama pola waktu kerja panjang itu diterapkan, hingga lebih dari 10 tahun, maka risiko mereka terkena stroke pun meningkat.
Studi itu dilakukan dengan menganalisis data 143.592 responden. Dari seluruh responden tersebut, 29,6 persen responden memiliki jam kerja yang panjang. Sementara 10,1 persen responden melaporkan memiliki waktu kerja yang panjang lebih dari 10 tahun.
Hasilnya, sebanyak 0,9 persen atau 1.224 responden menderita stroke. Karyawan dengan waktu kerja panjang memiliki risiko 29 persen lebih tinggi terkena stroke. Sedangkan mereka dengan waktu kerja panjang dan berlangsung lebih dari 10 tahun maka risikonya terkena stroke 45 persen lebih tinggi dari yang memiliki jam kerja normal.
“Hubungan antara waktu kerja yang panjang selama lebih 10 tahun dengan risiko stroke yang tinggi itu lebih banyak terjadi pada mereka yang berumur kurang dari 50 tahun. Hasil ini memang tidak terduga sehingga riset lebih jauh diperlukan,” kata Alexis Descatha, pimpinan studi kepada BBC.
Hubungan antara waktu kerja yang panjang selama lebih 10 tahun dengan risiko stroke yang tinggi itu lebih banyak terjadi pada mereka yang berumur kurang dari 50 tahun.
Riset ini tidak melibatkan mereka yang pekerja paruh waktu atau yang sudah mengalami stroke sebelum bekerja dengan waktu panjang. Demikian pula dengan mereka yang bekerja mandiri atau berwirausaha.
Meski demikian, studi lain menunjukkan, mereka yang menjalankan usaha secara mandiri, para pimpinan eksekutif tertinggi (CEO) perusahaan, dan manajer, kurang terpengaruh dengan jam kerja yang panjang dibandingkan dengan para karyawan dengan giliran kerja (sif) yang tidak teratur, pekerja malam, atau pekerja dengan beban stres pekerjaan yang tinggi.
“Sebagai dokter, saya menyarankan pasien untuk bekerja lebih efisien,” tambah Descatha.
Namun, Kepala Penelitian Asosiasi Stroke (Stroke Association) Inggris Richard Francis mengingatkan, ada banyak hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko stroke, termasuk bagi mereka yang bekerja dalam waktu panjang dan berlangsung lama.
“Makan makanan yang sehat, menyempatkan waktu untuk berolahraga secara teratur, berhenti merokok, hingga waktu tidur yang sesuai dengan rekomendasi kesehatan dapat memberi perbedaan besar bagi kesehatan setiap orang,” katanya.