Banyaknya Variasi Produk Menentukan Pilihan Konsumen
Banyaknya variasi produk dari sebuah merek dinilai akan membuat merek itu lebih dipilih oleh konsumen. Penyebaran yang luas serta kemudahan yang ditawarkan produk juga mempengaruhi pilihan konsumen.
Oleh
Maria Clara Wresti
·3 menit baca
KOMPAS/M CLARA WRESTI
Marketing Director Kantar Indonesia Fanny Murhayati dan General Manager of Kantar Indonesia Worldpanel Division Venu Madhav.
JAKARTA, KOMPAS - Banyaknya variasi produk dari sebuah merek dinilai akan membuat merek itu lebih dipilih oleh konsumen. Penyebaran yang luas serta kemudahan yang ditawarkan produk juga mempengaruhi pilihan konsumen.
“Sangatlah penting bagi suatu merek untuk lebih banyak dibeli dengan lebih sering untuk mendapatkan pertumbuhan bisnis. Oleh karena itu, merek tersebut harus relevan dengan kebutuhan konsumen yang mudah berubah,” kata General Manager of Kantar Indonesia Worldpanel Division, Venu Mandhav, di Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Mandhav menyampaikannya saat memaparkan hasil studi Brand Footprint 2019 yang dilakukan Kantar. Studi itu mengamati merek mana yang paling sering dibeli oleh konsumen, jumlah pembelian, dan seberapa sering konsumen membelinya. Merek yang diamati adalah fast moving consumer good (FMCG) terutama produk makanan, minuman, produk susu, kesehatan dan kecantikan, serta kebersihan rumah tangga.
Untuk di Indonesia, 10 merek yang paling dipilih adalah Indomie, So Klin, Kapal Api, Royco, Mie Sedaap, Frisian Flag, Indofood, Molto, Masako, dan Lifebuoy. Sedangkan di tingkat global, 10 merek paling dipilih adalah Coca-Cola, Colgate-Palmolive, Maggi, Lifebuoy, Lays, Pepsi, Nescafe, Dove, Sunslik, dan Indomie. Indomie jadi merek paling dipilih di Indonesia tujuh tahun berturut-turut. Di tingkat global, Indomie masuk 10 besar.
SITA NURAZMI MAKHRUFAH UNTUK KOMPAS
Ilustrasi
Studi dilakukan dengan menanyakan produk yang dibeli oleh 29 juta rumah tangga di 110 kota besar di Indonesia. “Namun, penghitungannya hanya mengambil sampel dari 7.500 rumah tangga yang diambil secara acak proposional,” jelas dia.
Di tingkat global, studi dilakukan di lima benua yang mencakup 72 persen populasi global. Sedangkan sampelnya dipilih dari 21.400 rumah tangga.
Marketing Director Kantar Indonesia Fanny Murhayati mengatakan, menjadi merek yang paling banyak dipilih mencerminkan popularitas merek dan seberapa dekat merek itu dengan konsumen. "Pemain FMCG dapat menerapkan beberapa strategi seperti menarik pembeli baru, meningkatkan ketersediaan merek di sejumlah lokasi geografis, dan bermain di beberapa katagori," kata Fanny.
Strategi yang tepat sangat dibutuhkan karena kompetisi sangat ketat. Pada tahun 2018 setidaknya ada 5.000 produk baru dikenalkan ke pasar. Dia mencontohkan, untuk susu bubuk bisa mengeluarkan produk susu UHT. Lalu untuk produk makanan bisa mengeluarkan produk untuk vegan.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Pengunjung memilih produk makanan di pusat perbelanjaan retail di Kota Tangerang, Banten, Senin (04/02/2019).
"Di tingkat global, bumbu Maggi mendapat pertumbuhan paling tinggi ketika dia mengeluarkan produk pedas giler di Malaysia. Kemudian produk eskrim Aice hanya dalam 3 tahun sudah berada di urutan 97 paling dipilih. Hal ini karena Aice menembak pasar dari pinggiran dan menyediakan chillernya," kata Fanny.
Banyaknya variasi produk akan membuat konsumen memilih merek itu karena berada dalam top of mind konsumen. "Contohnya biskuit. Saat ini pemain biskuit sangat banyak. Mereka terus mengeluarkan produk baru, terutama di wafer," kata Fanny.
Untuk jenis produk yang paling banyak dipilih adalah mi instan, kopi instan, detergen, biskuit, dan MSG. "Semua produk ini adalah produk yang memberikan kemudahan bagi konsumen. MSG itu tidak hanya micin, tetapi juga bumbu masak dan kaldu," ujar Fanny.