Gardu Induk Fase II MRT Mulai Dikerjakan di Kawasan Monas
JAKARTA, KOMPAS - Proyek pembangunan MRT fase II sudah dimulai dengan pembangunan gardu induk di Monumen Nasional, Jakarta Pusat. Selain itu, konstruksi dinding bawah tanah juga mulai dilakukan.
MRT fase II rute Bundaran Hotel Indonesia-Kota sepanjang 8,3 kilometer ini merupakan kelanjutan MRT fase I yang sudah beroperasi. Rute yang digunakan sesuai penetapan lokasi dari Pemprov DKI Jakarta.
Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Rabu (19/6/2019), mengatakan, pembangunan Receiving Sub Station (RSS) atau gardu induk di Monas merupakan bagian dari paket kontrak (CP) 200. Pembangunan dilakukan di dalam kawasan Monumen Nasional.
Yang sudah dilakukan adalah pemotongan 92 batang pohon. Sesuai aturan, PT MRT Jakarta akan mengganti pohon yang ditebang. "(Pemotongan pohon) itu sudah selesai dan segera diikuti persiapan konstruksi dinding bawah tanah bagi RSS itu. Rencana awal Juli konstruksi sudah mulai," jelas Silvia usai Kick-off dan Penandatanganan Pakta Integritas pelaksanaan Pengadaan Proyek Fase II MRT Jakarta Koridor Bundaran HI-Kota di Le Meridien Hotel, Jakarta.
Selanjutnya, PT MRT Jakarta akan berkoordinasi dengan PLN untuk penyediaan daya listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik MRT fase II.
Dirut PT MRT Jakarta William P Sabandar menjelaskan, sesuai jadwal waktu konstruksi, pihaknya juga tengah melelang paket kontrak 201, yaitu paket pekerjaan konstruksi dari Bundaran HI menuju Harmoni.
"Direncanakan kami akan dapat pemenangnya sekitar bulan November 2019. Mudah-mudahan bisa mulai segera setelah kami dapat pemenangnya," ujar William.
Proses lelang CP 201 itu, lanjut William, segera diikuti lelang CP 202, 203, hingga 206 supaya konstruksi bisa dikerjakan paralel dan selesai tepat waktu pada tahun 2024.
Seperti yang sudah diberitakan, konstruksi fase II terdiri atas enam paket kontrak. CP 200 adalah paket RSS; CP 201, 202, 203 adalah untuk konstruksi; CP 205 adalah untuk pengadaan sistem perkeretaapian dan persinyalan; dan CP 206 adalah paket pengadaan kereta (rolling stock). Ground breaking fase II sudah dilakukan bersamaan dengan peresmian pengoperasian MRT fase I pada 24 Maret 2019.
Seluruh jalur rel fase II ini ada di bawah tanah. "Fase II bawah tanah karena lahannya lebih sulit. Kemudian seperti yang anda ketahui kawasan di Harmoni itu akan ada sungai. Jadi kita lewat bawah tanah semuanya dan ya memang lahan terbatas dan kemudian berdasarkan disain ya direncanakan bawah tanah akan lebih dalam dari fase 1 karena kita akan lewat di bawah kali," jelas William.
Sama seperti fase I, dana senilai Rp 22,5 triliun untuk pembangunan fase II berasal dari pinjaman Pemerintah Jepang melalui Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA).
PT MRT Jakarta juga menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengawasi pembangunan ini.
Direktur Penelitian dan Pengembangan Bidang Pencegahan KPK Wawan Wardiana mengatakan, pihaknya sudah melakukan kajian terkait infrastruktur yang sedang berjalan, sebagai langkah pencegahan. "Kami melihat dan mengkaji apakah ada potensi atau celah bagi oknum untuk korupsi sehingga kami bisa memberikan rekomendasi perbaikan agar tidak ada penyalahgunaan.”
Sambil berjalan nanti, lanjut Wawan, KPK dan MRT bisa berkoordinasi mulai pengadaan hingga pembangunan. Penandatanganan pakta integritas merupakan salah satu bentuk komitmen PT MRT Jakarta dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi serta menciptakan lingkungan kerja yang transparan dan akuntabel.
Tambahan perjalanan KRL
Terkait kereta rel listrik (KRL) Commuterline, operator PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menargetkan penambahan 28 perjalanan pada tahun 2019. ”Kami menargetkan ada 980 perjalanan KRL per hari hingga akhir tahun,” kata Vice President of EMU Operation KCI, Broer Rizal, saat berkunjung ke Kantor Harian Kompas, kemarin. Saat ini, ada 955 perjalanan KRL sehari.
Penambahan perjalanan KRL, kata Broer, dilakukan di rute yang belum jenuh, antara lain rute Rangkasbitung-Parung Panjang. Rute itu merupakan bagian dari jalur Rangkasbitung-Tanah Abang.
"Untuk Parung Panjang-Tanah Abang, saat ini sudah jenuh. Karenanya, kami hanya bisa menambah rute Rangkasbitung-Parung Panjang," katanya.
Kepastian penambahan perjalanan KRL akan terlihat dari grafik perjalanan kereta api (gapeka) yang akan dirilis akhir tahun ini.
Untuk menambah jumlah perjalanan ini, PT KCI juga menambah jumlah kereta listrik dengan membeli kereta bekas dari Jepang. "Saat ini, ada 84 rangkaian kereta yang ada. Rencananya, tahun ini kami akan menambah kereta menjadi 86 rangkaian," ucap Broer.
Satu rangkaian KRL terdiri dari 8 kereta, 10 kereta, atau 12 kereta. Operator KRL ini juga berupaya meningkatkan rangkaian yang terdiri dari 10 kereta serta 12 kereta untuk meningkatkan kapasitas angkut terutama di jalur-jalur yang sudah jenuh.
Dari tahun ke tahun, jumlah penumpang KRL juga meningkat. Pada 2018, jumlah penumpang mencapai 336 juta orang atau meningkat 6,5 persen dibandingkan dengan tahun 2017. Rata-rata harian saat ini berkisar 950.000 hingga 1 juta penumpang.
Vice President of Corporate Communication KCI Erni Sylviane Purba mengatakan, dari data tiket, sebagian besar penumpang menghabiskan Rp 4.000-Rp 5.000 sekali jalan, atau melakukan perjalanan antara 26-45 kilometer dengan KRL. "Artinya sebagian besar penumpang melakukan perjalanan lintas provinsi dengan KRL, misalnya antara Bogor-Gondangdia."