Tekfin dan Pasar Modal Bangun Simbiosis Mutualisme
Perusahaan teknologi finansial (tekfin) perlu memperkuat kolaborasi dengan otoritas pasar modal agar kinerja dan inovasi industri semakin luas menyentuh masyarakat. Kerja sama tekfin dengan pasar modal itu diharapkan menguntungkan kedua pihak.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan teknologi finansial atau tekfin perlu memperkuat kolaborasi dengan otoritas pasar modal agar kinerja dan inovasi industri semakin luas menyentuh masyarakat. Kerja sama tekfin dengan pasar modal itu diharapkan menguntungkan kedua pihak.
Tekfin dapat mendorong perusahaan efek untuk semakin inovatif. Di sisi lain, tekfin dapat memperoleh investasi atau menggalang dana melalui pasar saham. Apalagi, tren saham saat ini telah mengarah ke penanaman modal di perusahaan rintisan dalam bentuk equity crowd funding atau penggalangan/urun dana melalui saham.
Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko Bursa Efek Indonesia (BEI) Fithri Hadi mengatakan, kemitraan antara perusahaan tekfin rintisan dan perusahaan efek perlu diperkuat. Simbiosis mutualisme di antara kedua entitas dapat membangun ekosistem keuangan yang sehat.
”Kolaborasi dengan tekfin dapat membantu perusahaan efek untuk bisa lebih inovatif, inklusif, efisien, dan adaptif terhadap cepatnya perubahan gaya hidup masyarakat saat ini,” kata Fithri di Jakarta, Rabu (19/6/2019).
Fithri menyampaikan hal itu dalam acara Fintech for Capital Market Expo 2019 di Gedung BEI, Jakarta. Kegiatan itu digelar Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) dan BEI.
Dalam gelaran ini, sejumlah unit usaha tekfin membuka stan untuk mempromosikan inovasi produk mereka kepada pengunjung pasar modal. Sejumlah perwakilan perusahaan tekfin juga bergantian mempresentasikan visi dan misi bisnis mereka kepada pengunjung.
Perusahaan tekfin yang berpartisipasi dalam gelaran tersebut adalah Bareksa, Tanamduit, Bibit, Xdana, Citcall, Halofina, Faspay, Santara, Bizhare, Espay, Netzme, dan Crowdo. Selain perusahaan anggota Aftech, sejumlah perusahaan binaan IDX Incubator juga turut meramaikan gelaran ekspo, seperti SyarQ, Odeo, Tanijoy, Findstock, dan Teman Trading.
Secara prinsip, lanjut Fithri, sinergi dengan tekfin dinilai akan optimal untuk mengembangkan basis investor. Di sisi lain, potensi pengembangan produk pasar modal masih sangat besar.
”Faktanya, memang, dari sisi demografi makin lama akuisisi calon investor kebanyakan dari kalangan usia muda atau milenial yang notabene mungkin sekarang ini mayoritas pengguna layanan tekfin,” ujarnya.
Sinergi dengan tekfin dinilai akan optimal untuk mengembangkan basis investor. Di sisi lain, potensi pengembangan produk pasar modal masih sangat besar.
Dengan terjalinnya kerja sama bisnis serta kolaborasi pengembangan teknologi, diharapkan masyarakat luas dapat menikmati produk dan layanan keuangan yang lebih baik. Di sisi lain, otoritas bursa dapat mengonversi basis pengguna tekfin, yang terkenal loyal, untuk menjadi investor pasar modal.
Kolaborasi
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Aftech Karaniya Dharmasaputra mengatakan, lewat gelaran ini, Aftech ingin meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai perkembangan industri tekfin serta berbagai kategori bisnis dalam sektor tekfin.
”Hal tersebut sejalan dengan komitmen Aftech untuk medorong terwujudnya pertumbuhan industri tekfin yang berkesinambungan, demi tercapainya inklusi keuangan,” ujarnya.
Karaniya menekankan pentingnya kolaborasi yang perlu dilakukan industri tekfin dengan entitas bisnis lain mengingat tren pasar yang sudah berubah. Dunia keuangan saat ini telah berubah ke arah yang radikal. Porsi nasabah ritel mulai dominan di tengah perkembangan teknologi dan tingginya penetrasi internet.
”Kolaborasi antara Aftech dan BEI tentu dapat memberikan manfaat bagi kemajuan sektor keuangan Indonesia,” ucapnya.
Tren saham saat ini, lanjut Karaniya, telah mengarah ke penanaman modal di perusahaan rintisan dalam bentuk equity crowd funding. Hal ini dapat menjadi langkah awal bagi perusahan tekfin untuk menyentuh pasar modal, yang diharapkan dapat berujung pada ketertarikan melakukan penawaran saham perdana.
CEO PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit), sebuah platform penjualan reksa dana, Wellson Lo menilai, kolaborasi dengan otoritas pasar modal akan membantu perusahaan mencapai target menggandeng 200.000 nasabah hingga akhir tahun 2019.
Wellson optimistis target tersebut dapat tercapai karena perusahaan mengedepankan mekanisme otomatis seperti robot sebagai penasihat investasi pada reksa dana, tidak hanya sebagai supermarket reksa dana.
”Ceruk pasar reksa dana masih sangat besar mengingat saat ini penduduk Indonesia yang berpenghasilan di atas 15.000 dollar AS per tahun ada sekitar 10 juta orang, sedangkan saat ini yang melek investasi baru 1 juta orang,” ujarnya.
Baca juga: Ketertarikan Meningkat
Pencucian uang
Direktur PT Pembayaran Lintas Usaha Sukses (Espay) Joshua Dharmawan menilai, kerja sama antara tekfin dan otoritas bisnis lainnya dapat mempersempit ruang penjahat finansial yang kerap manfaatkan bisnis investasi, peer-to-peer lending atau pinjaman antarpihak, hingga asuransi berbasis teknologi.
Espay merupakan penyedia layanan medium transaksi yang diberikan kewenangan untuk memproses pembayaran langsung ataupun pembayaran melalui kartu kredit dalam aktivitas bisnis dalam jaringan (daring).
Untuk memastikan keamanan layanan, Espay telah bekerja sama dengan Dow Jones dan TESS International untuk menyediakan sistem identifikasi dan verifikasi terhadap profil pelanggan yang akan melakukan transaksi jasa keuangan.
Espay dapat mengidentifikasi apakah pengguna layanan memiliki catatan kejahatan finansial, peredaran obat-obatan terlarang, bahkan keterlibatan dalam perdagangan manusia.
Lewat proses ini, Espay dapat mengidentifikasi apakah pengguna layanan memiliki catatan kejahatan finansial, peredaran obat-obatan terlarang, bahkan keterlibatan dalam perdagangan manusia. Sistem ini dapat mencegah aksi pencucian uang, sekaligus memitigasi pelaku bisnis dari kerugian.