338 Perawat dan Perawat Lansia Berangkat ke Jepang
Indonesia mengirim 338 perawat dan perawat orang lanjut usia ke Jepang untuk tahun penempatan 2019, di Jakarta, Selasa (18/6/2019).
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mengirim 338 perawat dan perawat orang lanjut usia ke Jepang untuk tahun penempatan 2019 di Jakarta, Selasa (18/6/2019). Namun, jumlah ini ternyata belum memenuhi kuota yang diberikan Jepang kepada Indonesia karena faktor bahasa masih menjadi kendala.
Sebanyak 38 perawat dan 300 perawat orang lanjut usia (lansia) mengikuti Program G to G Jepang Batch XII untuk tahun penempatan 2019. Program G to G Jepang merupakan bagian dari hasil Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA) yang ditandatangani pada 26 Juli 2007.
Program G to G ke Jepang sepakat agar Indonesia dapat mengirim perawat dan tenaga medis dari berbagai daerah untuk bekerja di Jepang setiap tahun.
Direktur Pelayanan Penempatan Pemerintah BNP2TKI Arini Rahyuwati mengatakan, pada tahun ini, total 338 peserta yang diterima dan wajib mengikuti pelatihan bahasa selama satu tahun. Sebanyak 333 peserta lulus ujian bahasa Jepang level N4 selama enam bulan di Indonesia.
”Mereka kemudian akan diberangkatkan secara bertahap pada 18-20 Juni 2019 dan ditempatkan pusat pelatihan bahasa yang ada di Nagoya, Osaka, dan Tokyo selama 6 bulan,” kata Arini, dalam Pelaksanaan Pre Departure Orientation (PDO) Calon Pekerja Migran (CPMI) Perawat dan Perawat Lansia di Jakarta.
Adapun lima peserta lainnya telah memiliki sertifikat bahasa Jepang dengan level N3 dan N2 sehingga tidak perlu mengikuti pelatihan bahasa.
Menurut Arini, Indonesia memperoleh kuota dari Jepang untuk mengirim 550 tenaga kerja di bidang kesehatan setiap tahun. Namun, kuota tersebut tidak terpenuhi setiap tahun.
BNP2TKI mencatat, total jumlah pengiriman perawat dan perawat lansia Indonesia ke Jepang selama 2008-2018 sebesar 2.445 orang. Jumlah pekerja yang dikirim selama 2014-2018 secara berturut-turut adalah 187 orang, 278 orang, 279 orang, 324 orang, dan 329 orang. Tahun ini, total yang dikirim adalah 338 perawat dan perawat lansia.
Jumlah tenaga kerja yang dikirim setiap tahun menunjukkan tren peningkatan meskipun belum memenuhi kuota yang diberikan. ”Salah satu hal yang menjadi tantangan adalah kemampuan bahasa Jepang dari perawat dan perawat lansia Indonesia,” kata Arini.
Padahal, lanjutnya, peluang untuk bekerja di Jepang sangat besar. Perawat dan perawat lansia mendapatkan pengetahuan baru serta memperoleh gaji pokok sebesar 100.000-200.000 yen atau setara Rp 13,3 juta-Rp 26,6 Juta per bulan.
Ia melanjutkan, perawat Indonesia yang telah mengikuti program G to G Jepang diharapkan terus melatih kemampuan berbahasa Jepang. Setelah selesai pelatihan bahasa selama enam bulan, mereka yang ingin terus bekerja di Jepang ketika kontrak selesai harus mengikuti ujian nasional bagi perawat dan perawat lansia.
Direktur Urusan Ekonomi Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia Tadayuki Miyashita mengatakan, Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja di bidang kesehatan. Pada saat yang bersamaan, Indonesia juga memiliki banyak tenaga kerja sektor formal.
”Kami berterima kasih kepada Indonesia. Pemerintah Jepang akan terus berupaya dan bekerja sama dengan Indonesia agar program ini bisa sukses,” kata Miyashita.