Bogor, Kota Pusaka Sains Indonesia
Buitenzorgh atau Bogor dipilih Pemerintah Hindia Belanda sebagai kota untuk keperluan penelitian dan riset, kemungkinan, karena lahan dan air yang tersedia lebih dari cukup.
Bogor mungkin menjadi salah satu kota di Indonesia dengan begitu banyak julukan. Yang romantis, ia disebut ”Kota Hujan”. Yang nyinyir menyebutnya ”Kota Sejuta Angkot”. Namun, yang juga nyata dengan sederet bukti kasatmata, Bogor adalah sebagai ”Kota Pusaka Sains Indonesia”.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F12%2Fkompas_tark_11180378_23_0.jpeg)
Wisatawan asing memotret teratai raksasa di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Kamis (1/12/2011). Kebun Raya Bogor memiliki banyak koleksi langka dan unik yang bisa dijadikan obyek berburu foto menarik.
Ya, kota yang paling banyak julukannya mungkin Kota Bogor. Bahkan kini ada julukan baru yang coba dipopulerkan, seperti ”Kota Ramah Keluarga”, ”Kota Taman”, juga ”Kota Pelari”.
Namun, ada satu julukan lagi, yang sudah melekat lama, tetapi justru kini memudar. Padahal, menyelusuri jalan-jalan kota ini, begitu banyak bangunan atau lembaga yang menjadi bukti julukan itu. Julukan itu adalah Bogor adalah ”Kota Ilmu Pengetahuan”, Science City.
”Penamaan Kota Bogor sebagai Kota Ilmu Pengetahuan sudah tertera dalam buku Buitenzorgh Scientific Center, yang diterbitkan Arcipel Drukkerij dan T Bofkhluis Buitenzorg Java. Buku itu terbit atas dukungan UNESCO. Kota Bogor memang Kota Pusaka Sains Indonesia,” kata Dayan Layuk Allo, Konsilor Prinsipal pada Konsil Kota Bogor, pekan lalu.
Penamaan Kota Bogor sebagai Kota Ilmu Pengetahuan, sudah tertera dalam buku Buitenzorgh Scientific Center, yang diterbitkan Archipel Drukkerij dan T Boekhuis Buitenzorg Java.
Menurut pemerhati Kota Bogor Taufik Hassuna, di buku itu dijelaskan lembaga-lembaga ilmiah atau ilmu pengetahuan di Buitenzorgh lengkap dengan peta, diagram, dan 26 ilustrasi.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2Frts-munasain-2.jpg)
Koleksi-koleksi di salah satu ruang di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasain) di Kota Bogor, 16 Agustus 2018.
Menurut Taufik, yang tengah mengompilasi tulisan-tulisannya tentang Bogor untuk dijadikan buku, jumlah lembaga penelitian saat ini tentu bertambah banyak seiring semakin terspesialisasinya ilmu atau bidang penelitiannya serta kerja sama penelitian dengan lembaga internasional.
Buitenzorgh atau Bogor dipilih Pemerintah Hindia Belanda sebagai kota untuk keperluan penelitian dan riset, kemungkinan, karena lahan dan air yang tersedia lebih dari cukup. Penelitian dan risetnya, terutama untuk keperluan percobaan pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan.
Baca juga: Indonesia Kaya Dirangkum dalam Tiga Museum
”Ini ditandai dengan adanya laboratorium riset kimia dan uji coba kehutanan, Land Plantentuin, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor,” katanya.
Dayan menambahkan, dalam buklet Bogor–Buitenzorg Dialektika dalam Dinamika Ilmu Pengetahuan karya Herwasono Soedjito (peneliti dari LIPI), yang diterbitkan Museum Etnobotani Indonesia, Pusat Penelitian Biologi LIPI tahun 2015, malah ditegaskan Bogor layak dikembalikan sebagai pusat penelitian hayati tropika seperti di zaman Buitenzorg.
Dalam buklet ”Bogor-Buitenzorg Dialektika dalam Dinamika Ilmu Pengetahuan” karya Herwasono Soedjito (peneliti dari LIPI), yang diterbitkan Museum Etnobotani Indonesia, Pusat Penelitian Biologi LIPI tahun 2015, malah ditegaskan Bogor layak dikembalikan sebagai pusat penelitian hayati tropika seperti di zaman Buitenzorg.
Dialektika dan dinamika ilmu pengetahuan terlihat jelas saat berdiri Land Plantentuin yang beranak pinak menjadi lembaga dan institusi penelitian di Indonesia, kata Dayan mengutip isi buklet.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2Frts-museum-zoologi1.jpg)
Koleksi kerangka paus biru di Museum Zoologi di Kompleks Kebun Raya Bogor, 16 Agustus 2018.
Beri-beri
Dari berbagai literatur yang bebas didapat dari internet, yang dipublikasikan oleh sejumlah lembaga resmi maupun penulis bebas bisa disimpulkan, Kota Bogor ini menjadi pusat banyak penelitian. Paling tidak penelitian tahap awal, bukan saja botani, melainkan juga penelitian kesehatan manusia dan ternak.
Menyangkut kesehatan manusia, setidaknya ada penelitian awal tiga penyakit yang laboratorium dan risetnya di Bogor, yakni untuk penyakit beri-beri, kesehatan jiwa, dan paru-paru.
Menyangkut kesehatan manusia, setidaknya ada penelitian awal tiga penyakit yang laboratorium dan risetnya di Bogor, yakni untuk penyakit beri-beri, kesehatan jiwa, dan paru-paru.
Rumah sakit untuk penelitian awal beri-beri, kata Dayan, lokasinya satu hamparan dengan bangunan bekas rumah dinas Bupati Bogor di Panaragan. Untuk kesehatan jiwa, di rumah sakit yang sekarang menjadi RS Marzoeki Mahdi. Rumah sakit ini didirikan 1882 dengan nama Krankzinnigengesticht te Buitenzorg. Dr Semeru, yang kini nama jalan di depan RS itu, tidak lain salah seorang dokter jiwa di sana.
Baca juga: Menengok Rafflesia di Kebun Raya Bogor
”Untuk penyakit paru-paru, masih samar-samar, apakah awal penelitiannya di salah satu rumah sakit itu atau dari awal sudah di Cisarua, RS Paru Cisarua,” tutur Taufik, yang menunjukkan foto dokumentasi.
Yang diduga kompleks rumah sakit beri-beri, tambah dia, kini tinggal menyisakan satu bangunan bekas rumah dinas bupati pertama Bogor.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2Frts-museum-tanah1.jpg)
Museum Tanah di Kota Bogor, 16 Agustus 2018
RS hewan pertama
Untuk penelitian atau riset kesehatan hewan atau ternak, menurut Dayan, diwakili berdirinya rumah sakit hewan pertama di kawasan Taman Kencana, Sempur, yang kini jejaknya ada dalam kompleks Science Tecnhno Park IPB University. Bertetangga dengan kompleks itu adalah kompleks yang berkaitan dengan penelitian tanaman industri atau bioindustri, seperti karet, sawit, dan kopi.
Untuk penelitian atau riset kesehatan hewan atau ternak, menurut Dayan, diwakili berdirinya rumah sakit hewan pertama di kawasan Taman Kencana, Sempur, yang kini jejaknya ada dalam kompleks Science Tecnhno Park IPB University.
Masih di Sempur, ada pusat penelitian ikan air tawar. Ini awal adanya penelitian zoology yang koleksi penelitiannya dapat di lihat di Museum Zoologi Kebun Raya Bogor. Pengembangan penelitian zoology ini melahirkan juga penelitian ikan air asin/laut, selain air tawar.
”Khusus untuk penelitian kelautan ini, dikembangkan di Jakarta, karena Bogor jauh dari laut. Kampung Akuarium di Jakarta Utara itu adalah pusat penelitian kelautan. Biota laut dipelihara di akuarium-akuarium. Jadi, awalnya Kampung Akuarium itu sebetulnya milik Kebun Raya Bogor, tanah negara,” kata Dayan lagi.
Khusus untuk penelitian kelautan ini, dikembangkan di Jakarta, karena Bogor jauh dari laut. Kampung Akuarium di Jakarta Utara itu adalah pusat penelitian kelautan. Biota laut dipelihara di akuarium-akuarium. Jadi, awalnya Kampung Akuarium itu sebetulnya milik Kebun Raya Bogor, tanah negara.
Jejak lainnya berupa nama jalan, yakni Jalan Kantor Batu, yang dekat dengan Gedung Perpustakaan Pertanian di Jalan Ir Juanda. Diduga, di jalan itu dulu ada gedung atau kantor untuk penelitian bebatuan. Selanjutnya, dari Jalan Ir Juanda, dikembangkan pusat penelitian geologi di Bandung. Pusat penelitian khusus tanah tetap di Kota Bogor.
”Untuk tanah tetap di Bogor karena fokusnya saat itu kemungkinan meneliti tanah untuk keperluan tanaman perkebunan atau pertanian. Hasil penelitian mereka bisa kita lihat di Museum Tanah dan Pertanian,” kata Dayan.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2Frts1-museum-tanah.jpg)
Salah satu sudut di Museum Tanah di Kota Bogor, 16 Agustus 2018.
Terkait penelitian tanaman pertanian hamparan lokasinya ada di Cimanggu, Bogor. Salah satu bangunan untuk penelitian peninggalan kolonial kini menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
Di kawasan ini sekarang tengah dikembangkan agrowisata terkait dengan tanaman pangan dan obat-obatan.
Peneliti dunia
Menjelajah Kota Bogor dipastikan akan menemukan kantor-kantor atau gedung pusat penelitian di bawah sejumlah kementerian. Keberadaan semua itu tidak terlepas karena ada Kebun Raya Bogor.
Adalah Caspar Georg Carl Reinwardt, yang mulai membangunnya pada 1817. Keberadaan kebun raya ini membuat Bogor menjadi salah satu kota yang paling banyak dikunjungi peneliti dunia.

Wisatawan mengunjungi Kebun Raya Cibodas, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (29/5/2017). Kebun yang didirikan tahun 1852 oleh ahli botani berkebangsaan Belanda Johannes Elias Teijsmann sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor ini menjadi tempat koleksi berbagai tumbuhan dataran tinggi basah tropika.
Di Kebun Raya Bogor juga ada prasasti Teysmann Johannes Elias yang dibangun pada 1884. Prasasti itu sebagai penghargaan dari rekan-rekan dan sejawat peneliti. Teysmann (1808-1882), yang menjadi direktur kebun raya, menghabiskan sisa hidupnya mengembangkan kebun botani. Ia yang memperkenalkan kelapa sawit dari Afrika Barat ke wilayah Hindia Belanda, selain pohon flamboyan dan singkong.
Di lahan awal tempat bibit-bibit sawit ditanam di kebun raya, kini terdapat monumen untuk mengenang induk pohon kelapa sawit tertua di Asia Tenggara. Bibit sawit itu ditanam pada tahun 1848.
Di lahan awal tempat bibit-bibit sawit ditanam di kebun raya, kini terdapat monumen untuk mengenang induk pohon kelapa sawit tertua di Asia Tenggara. Bibit sawit itu ditanam pada tahun 1848.
Peninggalan lain yang mengukuhkan Kota Bogor sebagai Kota Pusaka Sain Indonesia adalah Laboratorium Treub yang ada di kebun raya. Melchior Treub yang membidani Museum Zoologi Bogor dan laboratorium yang dibangunnya adalah cikal bakal Laboratorium Fitokimia Bidang Botani Puslit Biologi LIPI.
Ahli botani Treub terkenal karena hasil penelitiannya dalam bidang morfologi tanaman tropis yang hanya ada di Indonesia. Namanya diabadikan sebagai nama marga lumut Treubia dan marga jamur Melchoria.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F06%2F415192_getattachment3f02e148-543d-4dcc-b4b9-ae96073e4b25406579.jpg)
Taman Sempur diresmikan penggunaannya oleh Wali Kota Bogor Bima Arya, Minggu (5/2/2017) pagi. Di kawasan Sempur ini pernah ada Rumah Sakit Hewan pertama di Indonesia.
Bogor jadi kunjungan para peneliti juga terbukti di pemakaman kuno di Kebun Raya. Setidaknya ada dua nama ahli biologi yang dimakamkan di sana, yaitu Heinrich Kuhl dan Jc Van Hasselt, yang juga anggota The Netherlands Commission fo rNatural Sciences. Seorang lagi ahli botani terkenal dari Belanda yang menjadi WNI, yaitu Prof Dr AJGH Kostermans, yang meninggal pada 1994. Kostermans dimakamkan di sana karena jasa-jasanya untuk ilmu pengetahuan.
Mari ke Bogor. Menelusuri jejak para peneliti hebat tentu akan sangat menginspirasi.