Bunga Kredit Tinggi dan Produktivitas Rendah Picu Ekonomi Biaya Tinggi
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mesti meningkatkan efisiensi pembangunan agar biaya investasi untuk menumbuhkan perekonomian tidak terlalu mahal. Efisiensi pembangunan bisa dilakukan antara lain dengan memperbaiki kualitas tenaga kerja dan produktivitas serta menurunkan bunga kredit.
Mengutip data Kementerian Keuangan, kebutuhan investasi tahun 2020 berkisar Rp 5.802,6 triliun hingga Rp 5.823,2 triliun. Kebutuhan investasi itu prasyarat untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 2020 sebesar 5,3-5,6 persen.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam mengatakan, biaya investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masih mahal. Kondisi itu tercermin dari Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang cukup tinggi, yakni 6,3.
ICOR merupakan rasio investasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Semakin tinggi ICOR, biaya investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi semakin mahal.
Biaya investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masih mahal. Kondisi itu tercermin dari Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang cukup tinggi, yakni 6,3.
“Pemerintah harus melakukan terobosan agar perekonomian lebih efisien, ICOR rendah, sehingga dengan tambahan investasi yang relatif kecil bisa terjadi lompatan pertumbuhan ekonomi,” kata Piter yang dihubungi di Jakarta, Jumat (14/6/2019).
Kebutuhan investasi yang dicanangkan pemerintah harus disertai program konkret bukan sekadar hitungan angka. Perbaikan ICOR tidak bisa hanya dari sisi pembangunan sumber daya manusia, seperti peningkatan keahlian pekerja atau revitalisasi pendidikan vokasi.
Menurut Piter, pemerintah juga harus memperbaiki ICOR dari sisi permodalan. Kebutuhan pembiayaan yang tinggi bukan semata-mata akibat suku bunga acuan Bank Indonesia tinggi. Namun, struktur suku bunga perbankan yang kaku dan tak pernah menyentuh single digit.
“Di Indonesia terjadi anomali karena penurunan suku bunga acuan BI tidak berarti mengakhir high cost economy,” kata Piter.
Suku bunga kredit perbankan, lanjut Piter, nyaris tidak bergerak turun kendati tren suku bunga acuan BI bergerak dari 7,25 persen tahun 2018 menjadi 4,25 persen hingga April 2018. Suku bunga kredit perbankan tertahan di level 10-11 persen hingga saat ini.
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Ari Kuncoro dari Canberra, Australia, mengatakan, pemerintah harus bekerja keras memperbaiki iklim investasi. Terlebih, sebagian besar kebutuhan investasi 2020 ditopang swasta/masyarakat sekitar Rp 4.200 triliun.
Jenis investasi yang paling memungkinkan untuk dibidik adalah sektor jasa terutama pariwisata. Meski demikian, pembangunan infrastruktur dasar menjadi kunci agar investor tertarik datang. Ketersediaan infrastruktur dan kemudahan perizinan hanya modal awal memperbaiki iklim investasi.
“Ibaratnya, pemerintah harus tanam bibit meskipun modal terbatas. Nantinya, bibit yang ditanam itu bisa jadi besar tergantung kebijakan,” kata Ari.
Ditopang swasta
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dalam rapat kerja Komisi XI DPR, Kamis malam, mengatakan, peran sektor privat sangat krusial dalam rangka mencapai target investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan investasi tahun 2020 sebagian besar ditopang swasta/masyarakat, yang porsinya mencapai Rp 4.205,5 triliun-Rp 4.221,3 triliun.
“Pemerintah berkomitmen menyusun kebijakan investasi yang kondusif dan menarik, antara lain dengan perbaikan infrastruktur dan produktivitas tenaga kerja,” kata Sri Mulyani.
Selain sektor privat, lanjut Sri Mulyani, kebutuhan investasi juga bersumber dari pemerintah dan BUMN kendati porsinya tidak signifikan. Pemerintah pusat dan daerah akan menyumbang berkisar Rp 539,9 triliun-Rp 572 triliun, dan BUMN berkisar Rp 471,7 triliun-Rp 473,4 triliun.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang PS Brodjonegoro menekankan, perekonomian RI pada 2018 dan triwulan I-2019 ditopang konsumsi rumah tangga. Jika situasi itu terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi akan tertahan pada level 5,3 persen.
”Investasi harus didorong tumbuh 7 persen setiap tahun untuk keluar dari pertumbuhan potensial maksimal 5,3 persen,” kata Bambang.
Peningkatan investasi harus ditempuh melalui transformasi struktural. Kebijakan pemerintah tidak hanya diarahkan untuk merevitalisasi industri manufaktur, tetapi meningkatkan kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Rasio kontribusi manufaktur terhadap PDB diupayakan lebih dari 20 persen.
Bambang menambahkan, transformasi sektor manufaktur juga harus dibarengi modernisasi di sektor pertanian dan sektor jasa. Perkembangan teknologi informasi diaplikasikan untuk mendorong peningkatan produktivitas dan penciptaan nilai tambah produk.