Banjir Katingan Mulai Surut, Areal Terdampak Berkurang
Areal terdampak banjir di Kabupaten Katingan, Kalimantan Selatan, hingga Jumat (14/6/2019) mulai berkurang. Dari sembilan kecamatan yang awalnya terendam, kini tersisa tiga kecamatan. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, banjir kali ini akan berlangsung lebih lama.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
KASONGAN, KOMPAS – Areal terdampak banjir di Kabupaten Katingan, Kalimantan Selatan, hingga Jumat (14/6/2019) mulai berkurang. Dari sembilan kecamatan yang awalnya terendam, kini tersisa tiga kecamatan. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, banjir kali ini akan berlangsung lebih lama.
Tiga kecamatan yang masih terendam banjir yakni Kamipang, Tasik Payawan, dan Katingan Hilir. Ketinggian air beragam, mulai dari 30 sentimeter hingga 50 sentimeter.
“Ada beberapa lokasi yang permukimannya memang berada di dataran rendah sehingga air tidak bisa ke mana-mana, surutnya jadi lama,” ungkap Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan Robama, di Kasongan, Jumat (14/6/2019).
Robama menjelaskan, secara keseluruhan, banjir mulai surut. Hal itu dikarenakan intensitas hujan yang berkurang dibanding seminggu lalu. “Kalau tiba-tiba hujannya lama dan intensitasnya tinggi, kemungkinan air naik lagi,” ungkap dia.
Robama menjelaskan, banjir tahunan itu terjadi sejak bulan lalu mulai dari wilayah hulu Sungai Katingan ke wilayah hilir. Saat ini, banjir sudah berada di wilayah hilir. Menurut dia, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, banjir kali ini berlangsung lebih lama.
“Sangat berbeda, dulu itu, satu dua hari sudah surut airnya. Sekarang ini, bisa seminggu lebih baru surut. Siklus banjir besar seperti ini lima tahun sekali terjadi,” kata Robama.
Camat Kecamatan Kamipang, Sukarti mengatakan, dua hari terakhir genangan banjir di wilayah tersebut semakin tinggi karena hujan terus mengguyur. Hujan kerap terjadi pada malam hari.
Sukarti menambahkan, ketinggian air sudah mencapai lebih dari 40 sentimeter. Beberapa jalan dan fasilitas sekolah di kecamatannya terendam banjir. Pihaknya masih mendata jumlah rumah yang terendam banjir.
“Kami sudah membuat posko di beberapa desa yang rawan dan masih terendam banjir bekerja sama dengan banyak pihak termasuk aparat. Di posko itu juga ada perawatnya,” kata Sukarti.
Robama menjelaskan, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Katingan membentuk posko-posko layanan kesehatan gratis di wilayah terdampak banjir. Tak hanya di posko, petugas kesehatan juga diminta berkeliling dari rumah ke rumah untuk memeriksa kesehatan warga.
“Ini untuk mengantisipasi wabah penyakit, meski sampai saat ini belum ada,” ungkap dia.
Menurut Robama, beberapa penyakit yang sering timbul pascabanjir adalah muntaber untuk anak-anak dan penyakit gatal-gatal. Sampai saat ini, dari laporan petugas BPBD di lapangan belum ada korban jiwa akibat banjir tahunan tersebut.