300 Siswa Lolos Seleksi “Nyantrik” Bersama Maestro
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 300 siswa kelas X dan XI SMA/SMK/se-derajat dari 34 provinsi terpilih mengikuti kegiatan “nyantrik” atau Belajar Bersama Maestro yang digelar Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mereka terseleksi dari total 2.663 siswa yang mendaftarkan diri melalui situs web bbm.kemdikbud.go.id.
Proses seleksi peserta Belajar Bersama Maestro (BBM) melibatkan tim narasumber yang dipilih Direktorat Kesenian sesuai dengan kompetensi di bidangnya masing-masing. Tim tersebut beranggotakan Adi Wicaksana (kurator), Nungki Kusumastuti (penari dan akademisi), Ari Batubara (pengamat seni), Ratna Riantiarno (seniman teater), Citra Aryandari (akademisi), dan Frans Sartono (jurnalis).
“Program ini dijalankan dalam rangka mengisi masa liburan sekolah. Para peserta akan belajar untuk menyerap pengalaman dan ilmu-pengetahuan yang dimiliki para maestro dengan berproses secara langsung untuk dapat memahami dan menghayati spirit kesenian sebagai bekal mereka dalam menjalani masa depan,” kata Direktur Kesenian Restu Gunawan, Kamis (13/6/2019), di Jakarta.
Para peserta akan belajar untuk menyerap pengalaman dan ilmu-pengetahuan yang dimiliki para maestro.
Seperti tahun lalu, kali ini 20 maestro seni siap berbagi pengalaman dengan para pelajar dari seluruh Indonesia. Dalam program ini, para pelajar yang lolos seleksi berkesempatan tinggal dan belajar di lingkungan para maestro pada 1-14 Juli 2018 sembari belajar mengenal proses kreatif kerja seni para maestro.
Para maestro seni yang siap mendampingi para siswa merupakan pakar di berbagai bidang seni rupa, meliputi pertunjukan, tari, media, dan musik. Para maestro tersebut adalah Djaduk Ferianto, Irwansyah Harahap, Ayu Laksmi, Purwacaraka, Addie MS, Miroto, Didik Nini Thowok, Wangi Indriya, Ni Luh Menek, Jose Rizal Firdaus, Putu Sutawijaya, Hanafi, Tisna Sanjaya, Manteb Soedharsono, Iman Sholeh, Bahar Merdu, Iswadi Pratama, I Made Sidia, Fendi Siregar, dan Angki Prabandono.
Bagian proses kreatif
BBM adalah wahana belajar di mana para peserta didik akan menjadi bagian dari proses kreatif yang dijalankan para maestro. Kegiatan ini sebagai sumber ruang pemahaman seni budaya dalam spektrum yang lebih luas untuk memperkuat pembentukan karakter para peserta didik.
Tujuan utama program ini tidak untuk “mencetak” peserta menjadi seniman, melainkan untuk menyerap segala pengetahuan dan pengalaman maestro sehingga mereka dapat memahami dan menghayati semangat berkesenian sebagai bekal dalam menjalani masa depan. Program ini sekaligus juga bentuk apresiasi dari pemerintah terhadap pencapaian dan dedikasi para maestro di bidang kesenian.
Tujuan utama program ini untuk menyerap segala pengetahuan dan pengalaman maestro sehingga mereka dapat memahami dan menghayati semangat berkesenian sebagai bekal dalam menjalani masa depan.
“Selama proses belajar, akan dilakukan pengamatan secara intensif oleh seorang pengamat sekaligus penulis yang akan menuliskan hasil pembelajaran dalam artikel atau esai,” kata Restu.
Sejak digelar pada 2015 hingga tahun 2019, program BBM telah meloloskan 1.350 peserta didik dari 7.982 pendaftar dengan 80 maestro seni di Indonesia. Tahun 2019 ini, kegiatan BBM melibatkan 20 maestro seni dari delapan provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Bali.
Pendalaman materi para maestro dan penulis BBM akan dilakukan pada 30 Juni 2019 di Gedung Graha Utama, Kemdikbud. Sehari sudahnya, tanggal 1 Juli 2019 akan dilakukan pembekalan peserta yang dibuka oleh Mendikbud Muhadjir Effendy di Gedung A, Ruang Insan Berprestasi, Kemdikbud. Selanjutnya, setelah pembekalan selesai, maka seluruh peserta akan berangkat menuju lokasi maestro untuk melaksanakan proses pembelajaran selama 14 hari.
Sebelumnya, pengajar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta In Nugroho Budisantoso SJ mengatakan, pendidikan seni dinilai cocok untuk menumbuhkan, merawat, dan mengembangkan potensi-potensi manusia, termasuk kaum muda, untuk berimajinasi secara positif. Seperti disebut ilmuwan Albert Einstein, imajinasi mampu mengantar orang menembus batas yang tak mampu ditembus oleh logika.
Pendidikan seni dinilai cocok untuk menumbuhkan, merawat, dan mengembangkan potensi-potensi manusia, termasuk kaum muda, untuk berimajinasi secara positif.
Namun, fakta yang terjadi selama ini, pendidikan kesenian kadang justru ditempatkan sebagai ilmu kelas dua. Bahkan, muncul anggapan bahwa ilmu-ilmu pasti lebih unggul daripada ilmu-ilmu seni. Pemahaman sempit seperti ini mengakibatkan seni termarjinalisasi dalam proses regenerasi komunitas-komunitas manusia.