Mental Juara Italia
Italia melewati ujian berat dalam laga kualifikasi Piala Eropa 2020, Juni ini dengan mengalahkan dua tim kuat Grup J, yaitu Yunani dan Bosnia-Herzegovina. Mereka sudah menjadi tim yang berbeda.
TURIN, RABU – Pelatih tim nasional Italia Roberto Mancini sukses menempa mental para pemainnya. Italia saat ini berubah dari tim yang terlalu cepat menyerah menjadi tim yang bermental juara.
Kemenangan Italia atas Bosnia-Herzegovina pada laga kualifikasi Grup J Piala Eropa 2020 di Stadion Allianz, Turin, Italia, Rabu (12/6/2019) dini hari WIB, menjadi buktinya. Tim ”Gli Azzurri” yang sempat tertinggal 0-1, mampu mengubah permainan pada babak kedua dan memenangi laga itu, 2-1.
Striker Bosnia yang juga bomber AS Roma, Edin Dzeko, membobol gawang Italia pada menit ke-32. Ini menjadi gol pertama ke gawang Italia dalam empat laga kualifikasi. Gol itu tercipta melalui serangan balik dan Dzeko mendapat asis dari Edin Visca yang melancarkan umpan silang akurat.
”Kami mungkin sedikit kelelahan. Namun, kami bisa memberikan segalanya pada babak kedua, terutama karakter,” ujar Mancini. Bukan faktor kelelahan yang membuat Italia kebobolan pada babak pertama. Mancini melihat ada yang salah dari taktik yang ia terapkan dan mengubahnya di babak kedua.
Striker gaek Fabio Quagliarella (36) semula dipasang sebagai ujung tombak dalam formasi 4-3-3, formasi favorit Mancini. Ternyata striker Sampdoria itu tidak mampu tampil efektif mengancam pertahanan Bosnia. Mancini lalu mengganti Quagliarella dengan Federico Chiesa yang punya kecepatan pada awal babak kedua.
Permainan Italia bertambah dinamis pada babak kedua. Taktik yang tepat pun tidak berbuah hasil jika pemain tidak memiliki mental kuat seperti yang ditunjukkan Lorenzo Insigne dan Marco Verratti. Mental yang kuat secara otomatis membuat para pemain merasa sangat percaya diri.
Insigne memperlihatkan keyakinan itu saat mendapat umpan dari tendangan pojok menit ke-49. Pemain Napoli itu langsung melakukan tembakan voli tepat di depan garis kotak penalti lawan. Bola melesat ke dalam gawang dan kiper Bosnia Ibrahim Sehic hanya bisa memandang.
Insigne kembali memperlihatkan ketenangannya ketika memberi umpan kepada Verrati menit ke-86. Meski ditekan tiga pemain Bosnia, Verratti dengan percaya diri menembak bola ke tiang jauh gawang dan mengunci kemenangan Italia.
Dengan kemenangan itu, Italia kokoh di puncak klasemen Grup J dengan 12 poin. Mereka sebelumnya telah mengalahkan Finlandia (2-0), Liechtenstein (6-0), dan Yunani (3-0). Adapun Finlandia berada di peringkat kedua dengan 9 poin. Masih ada enam laga lagi yang harus dijalani Italia.
Wajah berbeda
Penampilan Italia pada kualifikasi Piala Eropa 2020 ini jauh berbeda dengan dua tahun lalu. Mereka gagal dalam kualifikasi Piala Dunia Rusia 2018, bahkan ditahan imbang 1-1 oleh tim lemah Macedonia Utara di kandang sendiri. Penampilan mereka juga tidak membaik dalam berbagai laga persahabatan dan ajang Liga Nasional Eropa.
Sejak menangani Italia pada Mei 2018, Mancini merasa moral timnya sedang tergerus. Ia kemudian mencoba membangun tim yang lebih solid dan memanggil para pemain muda seperti Stefano Sensi dan Moise Kean. ”Perkembangan kami sudah sangat bagus. Sekarang kami bisa bermain dengan mentalitas positif,” ujar Mancini seperti dikutip Football-Italia.
Laga kualifikasi Piala Eropa 2020 pada Juni ini sebenarnya merupakan ujian bagi Italia. Mancini pernah mengingatkan bahwa kemenangan 6-0 atas Liechtenstein pada Maret lalu belum bisa dibanggakan. Mereka harus membuktikan diri lagi di hadapan Yunani dan Bosnia.
Meski bisa melalui ujian itu, para pemain masih belum puas. ”Sebenarnya laga kontra Bosnia belum menjadi permainan terbaik kami. Kami sudah berjuang keras dan bermain sebagai tim. Kami juga menunjukkan bahwa sikap pantang menyerah sudah ada dalam DNA kami,” ujar Insigne.
Gelandang Bosnia yang bermain di Juventus, Miralem Pjanic, merasa Italia punya masa depan cerah. ”Mereka adalah tim yang terorganisasi dengan baik. Para pemain belakang Italia sudah bermain bersama selama bertahun-tahun dan Italia punya banyak pemain berkualitas,” ujarnya.
Bosnia sendiri sedang dalam masalah karena pada laga sebelumnya mereka dikalahkan Finlandia 0-2. Mereka kini masih berada di peringkat lima dengan empat poin. Dalam tiga laga sebelumnya, Bosnia hanya menang satu kali saat melawan Armenia.
”Namun, Yunani juga kalah dari Armenia. Jadi saya pikir persaingan masih terbuka. Kami punya dua laga setelah musim panas untuk dimenangkan,” ujar pelatih Bosnia Robert Prosinecki. Pada September, mereka akan menghadapi Liechtenstein dan Armenia. (AFP/REUTERS)