SAMARINDA, KOMPAS Korban terdampak banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, hingga Rabu (12/6/2019), bertambah menjadi 35.684 jiwa atau 11.652 keluarga. Penyakit seperti gatal, mual, dan diare mulai menjangkiti warga.
Meski hujan tak turun dalam dua hari terakhir di Samarinda, air tak kunjung surut. Ketinggian air berkisar 15 cm-150 cm. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda Sulaiman Sade menyebutkan, dari pemutakhiran data diketahui tiga kecamatan yang terdampak banjir meliputi Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda Utara, dan Sungai Pinang.
Sejumlah ruas jalan raya di Samarinda, seperti Jalan DI Panjaitan, M Yamin, Pemuda, dan S Parman, masih tergenang air 50 cm. Di Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu, beberapa warga mengungsi ke rumah keluarga dan tempat ibadah. Mereka mengandalkan bantuan makanan dari posko di kecamatan.
Sebagian warga yang terdampak banjir memilih bertahan di rumah karena air tidak sampai masuk ke lantai atas. Salah satunya Adi (33), warga RT 031 Kelurahan Sidodadi, yang menetap di lantai dua rumahnya bersama lima anggota keluarga. ”Jika butuh air atau makanan, saya turun ke posko dan dapur umum. Listrik padam, tetapi air PDAM masih mengalir,” katanya.
Warga lain, Fandila (22), menetap di rumah sakit bersama keluarga karena ayahnya dirawat inap setelah muntah-muntah dan diare. ”Mungkin karena kedinginan dan terkena banjir,” katanya.
Dalam pemeriksaan kesehatan gratis di Puskesmas Bengkuring, warga banyak yang mengeluhkan diare dan gatal-gatal. Sementara itu, banjir dan longsor terjadi di Kutai Kartanegara.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya menyatakan, 5.386 keluarga atau 16.385 jiwa terdampak banjir.
Sebanyak sembilan rumah rusak ringan hingga rusak berat akibat longsor di 10 titik. ”Kebutuhan mendesak adalah alat berat untuk pembersihan material longsor di semua titik, alat kebersihan, dan terpal,” kata Sutopo.
Banjir di Sulawesi
Banjir di Sulawesi Tenggara menerjang Kabupaten Konawe, Konawe Utara, Konawe Selatan, Kolaka Timur, dan Kendari. Ribuan warga mengungsi dan ratusan rumah rusak. Sejumlah jalan dan jembatan putus.
Listrik PLN yang sempat padam saat banjir secara bertahap dipulihkan. Sebelumnya, pasokan listrik terkendala karena banyak peralatan yang rusak akibat diterjang banjir.
”Banjir dan longsor menyebabkan sejumlah tiang listrik tumbang. Gardu distribusi PLN di beberapa daerah juga terendam banjir sehingga pasokan listrik dimatikan agar aman bagi warga,” kata Eko Wahyu Prasongko dari Humas PLN Unit Induk Wilayah Sulselrabar. (CIP/REN)