Kendati Ruang Penurunan Terbuka, Bank Cenderung Pertahankan Bunga
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Tercapainya target inflasi yang dicanangkan Bank Indonesia memberikan ruang bagi bank sentral untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan. Hal itu juga dengan mempertimbangkan langkah otoritas moneter yang telah mengantisipasi dampak negatif penurunan suku bunga.
Namun di sisi lain, apabila BI benar-benar menurunkan suku bunga acuan, industri perbankan tidak akan mengikutinya dengan menurunkan suku bunga pinjaman dan simpanan. Ada kecenderungan perbankan justru akan meningkatkan suku bunga deposito untuk menambah likuiditas yang tengah mengetat.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk, Ryan Kiryanto menilai, saat ini Bank Indonesia (BI) memiliki ruang menurunkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sekitar 25 basis poin menjadi 5,75 persen. Hal ini disebabkan capaian inflasi domestik telah memenuhi target.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama bulan Mei sebesar 0,68 persen. Sementara inflasi sepanjang tahun berjalan, Januari-Mei 2019, sebesar 1,48 persen. Jika dilihat secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 3,32 persen.
“Arah ekspektasi inflasi domestik masih terkendali sesuai target BI yakni 3,5 persen-4,5 persen, sehingga BI punya ruang menurunkan bunga," kata Ryan di Jakarta, Kamis (13/6/2019).
Selain itu, posisi cadangan devisa saat ini dianggap masih memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas ekonomi makro. BI melaporkan, cadangan devisa Mei 2019 sebesar 120,35 miliar dollar Amerika Serikat (AS).
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Ryan menegaskan, situasi domestik ini membuat alasan penurunan suku bunga tidak serta merta disebabkan faktor global. Sebab, sejumlah bank sentral di negara lain telah lebih dulu menurunkan suku bunga acuan.
“Terlebih lagi, (bank sentral AS) The Fed, juga disinyalir akan menurunkan suku bunga pada pertemuan FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) pekan ini,” ujarnya.
Meski begitu, Ryan mengingatkan agar bauran kebijakan moneter dan fiskal tetap memberi rangsangan bagi sektor riil dan perbankan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditujukan supaya Indonesia tidak kehilangan momentum dari kondisi global saat ini.
Bauran kebijakan moneter dan fiskal tetap memberi rangsangan bagi sektor riil dan perbankan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditujukan supaya Indonesia tidak kehilangan momentum dari kondisi global saat ini.
Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani, menilai tren pelonggaran moneter di sejumlah negara memang tidak dapat dielakkan. Kondisi ini dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global yang makin tinggi, salah satunya akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
“Ketika arah kebijakan moneter di sejumlah negara berubah dan tanda-tanda perlambatan ekonomi global terlihat, BI dapat melakukan penyesuaian kebijakan suku bunga,” ujarnya.
Perbankan
Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk, Jahja Setiaatmadja, berharap BI akan menurunkan suku bunga acuan sejalan dengan sinyal penurunan suku bunga The Fed. Jika hal ini terjadi maka tekanan terhadap industri perbankan akan sedikit berkurang.
“Untuk suku bunga diharapkan akan turun, karena suku bunga The Fed juga disinyalir akan turun pekan ini. Kalau ini benar-benar terjadi maka tekanan dari sisi suku bunga luar negeri menjadi tidak ada,” katanya.
Dia menilai suku bunga acuan BI sudah berada di puncak dan arahnya diharapkan mulai menurun. Kenaikan suku bunga acuan terjadi secara bertahap sebanyak 150 basis poin sepanjang periode 2018-2019.
Hal tersebut, berdampak pada turut meningkatnya suku bunga dana perbankan ikut meningkat. Di samping itu, likuiditas pasar yang ketat membuat bank berlomba menaikkan suku bunga deposito sehingga margin bank menjadi tertekan.
Meski begitu, BCA kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga kredit dan simpanan. Kebijakan suku bunga BCA akan cenderung stabil mengingat sepanjang tahun lalu saat bunga deposito naik 150 bps, buka kredit telah dinaikan sekitar 50 bps.
Berbeda dengan BCA, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, berencana menaikkan suku bunga deposito berkisar 25 basis poin hingga 50 basis poin. Rencana kenaikan ini dengan mempertimbangkan suku bunga acuan BI yang saat ini masih bertahan pada level 6 persen.
Pada awal pekan ini, Direktur BTN Maryono mengatakan, rencana kenaikan suku bunga deposito sejalan dengan kondisi likuiditas perbankan yang mulai ketat. “Suku bunga deposito bisa naik, berapanya kita masih melihat pasar,” ujarnya.
Rencana kenaikan suku bunga deposito sejalan dengan kondisi likuiditas perbankan yang mulai ketat. Suku bunga deposito bisa naik, berapanya kita masih melihat pasar.
Sementara itu, Direktur Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso menuturkan, keputusan untuk menaikkan suku bunga deposito masih mempertimbangkan kondisi pasar. Artinya, kenaikan suku bunga deposito tidak akan dilakukan bila pekan depan BI memutuskan untuk menurunkan level suku bunga acuan.
“Kenaikan bunga deposito selalu dikaitkan dengan suku bunga acuan sehinggga kalau terjadi penurunan suku bunga acuan, maka otomatis bank akan mengikutinya,” kata dia.