Infrastruktur Terdampak Banjir, Sejumlah Wilayah Terisolasi
Sebanyak 10.000 keluarga di empat kabupaten di Sulawesi Tenggara masih terdampak bencana banjir. Selain merendam permukiman, banjir juga memutus jalur transportasi antarwilayah sehingga beberapa lokasi masih terisolasi.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sebanyak 10.000 keluarga di empat kabupaten di Sulawesi Tenggara masih terdampak bencana banjir. Selain merendam permukiman, banjir juga memutus jalur transportasi antarwilayah sehingga beberapa lokasi masih terisolasi.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sultra, sebanyak 10.000 keluarga di empat kabupaten masih terdampak banjir. Sebanyak 7.884 keluarga di Kabupaten Konawe, 1.638 keluarga di Konawe Utara, 1.092 di Kolaka Timur, dan 427 keluarga di Konawe Selatan.
”Sebagian besar korban terdampak banjir sudah mengungsi. Kami terus mendata sekaligus penanganan dan bantuan,” kata Kepala BPBD Sultra Boy Ihwansyah, di Kendari, Kamis (13/6/2019).
Sebagian besar korban terdampak banjir ini sudah mengungsi. Kami terus mendata sekaligus penanganan dan bantuan.
Lebih dari sepekan, banjir melanda sejumlah kabupaten di wilayah Sultra. Hingga kini, ketinggian air tidak juga surut. Menurut laporan BPBD, ketinggian air di sejumlah wilayah malah bertambah. Hujan dengan intensitas tinggi terus terjadi, baik di hulu sungai maupun perkotaan.
Boy mencontohkan, daerah Pondidaha, Kabupaten Konawe, sebelumnya terendam air dengan ketinggian kurang dari 1 meter. ”Hari ini, ketinggian air sudah lebih dari 1 meter di atas jalan sehingga tidak bisa dilalui kendaraan. Untuk di Konawe Utara ketinggian air tetap, tetapi kami waspada ancaman hujan di hulu,” tuturnya.
Boy menambahkan, sejauh ini, pengungsi yang sakit terus ditangani. Data korban meninggal hingga Kamis sebanyak dua orang, yaitu satu orang terseret banjir dan seorang bayi karena hipotermia.
Bencana banjir di wilayah Sultra merendam sedikitnya 40 kecamatan di empat kabupaten. Sebagian kecamatan tersebut masih terisolasi karena putusnya jalur transportasi. Dua jembatan, yaitu Jembatan Ameroro di Kabupaten Konawe dan Jembatan Langgikima di Konawe Utara, ambrol. Sejumlah jembatan lain tidak bisa diakses karena terendam air.
Distribusi bantuan dilakukan dengan jalur udara dan darat. Meski begitu, masih banyak daerah yang belum bisa dijangkau karena kurangnya akses dan luasnya wilayah terdampak. Sayangnya, pemerintah belum memiliki data lokasi terisolasi secara keseluruhan meski banjir telah berlangsung lebih dari sepekan.
Daerah tersebut berbatasan langsung dengan Sungai Konaweha yang meluap dan menggenangi rumah-rumah warga. Sejumlah warga bertahan di rumah, mengamankan barang, meski air terlihat cukup tinggi di dalam rumah.
Gubernur Sultra Ali Mazi dalam rapat koordinasi dengan sejumlah instansi, Kamis, menuturkan, pendataan warga dan kerugian terus dilakukan. Ia meminta semua pihak ikut meringankan beban korban banjir.
Sementara itu, ribuan warga di Kecamatan Bondoala, Kabupaten Konawe, juga terendam banjir. Sebanyak tujuh desa dan satu kelurahan terendam air dengan ketinggian hingga 2 meter.
Daerah tersebut berbatasan langsung dengan Sungai Konaweha yang meluap dan menggenangi rumah-rumah warga. Sejumlah warga bertahan di rumah, mengamankan barang, meski air terlihat cukup tinggi di dalam rumah.
Sebagian besar warga baru mendapatkan bantuan pada Kamis sore. Kasmawati (38), warga Desa Laosu Jaya, misalnya, mesti berjalan sejauh 3 kilometer untuk mendapatkan bantuan bahan kebutuhan pokok. Ia melintasi jalan yang terendam dengan ketinggian banjir hingga 1,5 meter.
”Saya sekeluarga delapan orang. Seminggu banjir, baru hari ini bantuan datang. Kami bertahan di loteng rumah dengan makanan seadanya,” ucapnya.
Sardin (58), Ketua RW 004, Kelurahan Laosu, menyampaikan, banjir kali ini merupakan yang terparah yang pernah dialaminya. Sebab, baru kali ini air menggenangi rumahnya hingga setinggi lututnya atau sekitar 50 sentimeter. Sebelumnya, banjir terparah terjadi enam tahun lalu saat air merendam setinggi 5-10 sentimeter.
”Sudah ini paling parah. Mana bantuan baru datang. Air bersih sama popok bayi paling dibutuhkan warga karena banyak anak-anak,” ucap Sardin.