Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan mengukuhkan empat profesor riset di Jakarta, Kamis (13/6/2019). Para profesor riset ini diharapkan bisa terus terlibat dan berkontribusi dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan mengukuhkan empat profesor riset di Jakarta, Kamis (13/6/2019). Para profesor riset ini diharapkan bisa terus terlibat dan berkontribusi dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Keempat profesor riset yang dikukuhkan itu adalah Laurentia Konadi Mihardja dan Julianty Pradono dengan latar belakang kepakaran di bidang epidemiologi dan biostatistik, Astuti Lamid dengan kepakaran di bidang makanan dan gizi, serta Dede Anwar Musadad dengan kepakaran di bidang kesehatan lingkungan. Mereka merupakan profesor riset ke-14, 15, 16, dan 17 yang dikukuhkan pada 2019 dari 550 peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek berharap, bertambahnya jumlah profesor riset bidang kesehatan dapat meningkatkan kontribusi Badan Litbang Kesehatan dalam memecahkan berbagai tantangan dan masalah kesehatan. Tantangan itu seperti upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi kekurangan gizi pada anak balita, pengendalian angka kesakitan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular, serta pencapaian imunisasi dasar lengkap.
”Tantangan lainnya adalah disparitas status kesehatan dan status gizi antarwilayah, antartingkat sosial ekonomi dan jender, penyediaan anggaran publik untuk kesehatan, serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tingkat rumah tangga,” katanya.
Adapun topik yang diangkat Laurentia Konadi adalah pencegahan diabetes melitus melalui pengendalian faktor risiko sejak dini. Penelitian ini menunjukkan, diabetes melitus (DM) tipe 2 yang biasanya terjadi pada orang dewasa sekarang banyak ditemui pada anak.
”Perlu usaha meningkatkan kegiatan program yang sudah ada, terutama dalam bidang promotif dan preventif untuk mengendalikan DM sejak dini,” ujar Laurentia saat menyampaikan orasi ilmiahnya dalam acara pengukuhan profesor riset Badan Litbang Kesehatan.
Sementara itu, profesor riset lain yang dikukuhkan, Julianty Pradono, menyampaikan orasi tentang ”Pengendalian Hipertensi Melalui Pencegahan Kegemukan”. Ia mengungkapkan, hipertensi yang diderita seseorang sangat berkaitan dengan kegemukan yang dialami. Pencegahan kegemukan perlu dimulai sejak masa anak-anak dengan memperbaiki perilaku tidak sehat dan pendekatan budaya.
Temuan lain oleh Astuti Lamid tentang ”Pengembangan Formula Ready to Use Theurapetic Food (RUTF) untuk Penanganan Balita Wasting di Puskesmas”. Pada penelitian ini, Astuti mencoba memanfaatkan bahan lokal, seperti kacang hijau, kacang tanah, dan tempe, untuk formula makanan siap santap dalam penanganan anak balita gizi buruk.
Menurut dia, kandungan gizi RUTF lokal sudah sesuai dengan anjuran Unicef dan terbukti efektif meningkatkan status gizi anak balita sangat kurus. Astuti berharap, temuan ini dapat dikembangkan dan diadopsi dalam program intervensi gizi anak balita gizi buruk yang terintegrasi dengan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Profesor riset yang juga dikukuhkan kali itu, Dede Anwar Musadad, menyampaikan orasi dengan topik ”Rekayasa Sosial dan Teknologi Tepat Guna untuk Penyelesaian Masalah Sanitasi”. Penelitian Anwar mengungkapkan, kesadaran dan perilaku masyarakat menjadi kunci keberhasilan program kesehatan lingkungan.
”Untuk mewujudkannya perlu dikenalkan dan diterapkan alternatif teknologi tepat guna, seperti penjernihan air sederhana, pembuatan ventilasi, ataupun jamban pasang surut. Transformasi program kesehatan lingkungan membutuhkan upaya akselerasi agar dapat mengejar perkembangan masalah baru yang timbul di masyarakat,” ujarnya.