Kematian Turis China di Bunaken Momentum Tingkatkan Aspek Keselamatan Wisatawan
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS – Tewasnya seorang wisatawan asal China saat menyelam di permukaan perairan Bunaken, Manado, Sulawesi Utara, mengingatkan pentingnya penyediaan kelengkapan keamanan oleh penyedia jasa pariwisata. Turis juga diimbau menggunakan jasa agen wisata yang terdaftar dalam asosiasi industri wisata yang diakui pemerintah.
Hal ini dikatakan Staf Khusus Gubernur Sulut Bidang Pariwisata Dino Gobel, Rabu (12/6/2019), di Manado. Selasa (11/6), seorang wisatawan mancanegara (wisman) asal China, Wei Xie (32), tewas di perairan Bunaken setelah menyelam tanpa mengenakan rompi pelampung (life jacket) kendati diawasi seorang pemandu wisata.
Dino mendorong para penyedia jasa pariwisata untuk tidak memberi ruang tawar-menawar dengan kliennya terkait keamanan. “Kejadian ini mempertegas pentingnya keamanan dalam melayani wisatawan di Sulut, termasuk di Bunaken. Turis harus bisa bersenang-senang di Manado tanpa mengabaikan keamanan,” katanya.
Populer di China
Sejak penerbangan pertama dari China ke Manado dibuka pada 4 Juli 2016, proporsi wisman di Sulut didominasi oleh turis asal China. Sepanjang Februari 2019, misalnya, jumlah wisman asal China mencapai 10.262 orang atau 90,8 persen dari total 11.302 wisman. Mayoritas merupakan klien agen wisata seperti MM Travel di bawah naungan Lion Group.
Namun, perkembangan wisata ke Sulut menimbulkan masalah. “Karena pariwisata ke Manado booming di China, paket wisatanya pun dijual bebas di media sosial lokal seperti WeChat atau (situs belanja dalam jaringan) Taobao,” kata Dino.
Dinas pariwisata pun menanggapi dengan menyiapkan tata niaga pariwisata bagi wisman yang datang secara mandiri tanpa membeli paket wisata dari agen wisata. Penyusunan sistem ini melibatkan Dinas Pariwisata, Kantor Imigrasi Manado, dan berbagai asosiasi pariwisata.
Keamanan dan keselamatan turis akan lebih terjamin jika menggunakan jasa agen wisata yang terdaftar dalam asosiasi industri wisata yang diakui pemerintah. Beberapa di antaranya adalah Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita), Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI), dan Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI).
Turis mandiri
Sementara itu, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulut Komisaris Besar (Kombes) Ibrahim Tompo mengatakan, Wei Xie adalah turis mandiri. Namanya tidak terdaftar sebagai klien dua agen wisata yang mendatangkan wisman China, yaitu MM Travel dan PBI.
“Korban datang sendiri bersama sekelompok temannya di Manado. Kemudian, dia mencari sendiri paket wisata ke Bunaken di CV Aca Scuba Dive,” kata Ibrahim.
Wei Xie disebut menolak mengenakan rompi pelampung saat akan snorkeling pada Selasa siang. Ia sudah dipaksa mengenakan pelampungoleh pemandu wisata bernama M Wiranto Anthoni. Namun, saat snorkeling, korban melepas pelampungnya dengan alasan pernah snorkeling tanpa pelampung.
Korban melepas pelampungnya dengan alasan pernah snorkeling tanpa pelampung.
Wiranto akhirnya membiarkan Wei Xie menyelam tanpa pelampung sembari terus mengawasi. Namun, beberapa saat kemudian, korban mengambang di permukaan air dan tak bergerak. Korban dinyatakan meninggal setelah dibawa ke RS Siloam Manado.
Saat ini, jenazah Wei Xie ditempatkan di ruang jenazah RS Bhayangkara Manado. “Kami belum bisa melakukan otopsi karena belum ada persetujuan keluarga di China. Kami masih menunggu kedatangan perwakilan Kedutaan Besar RRC (Republik Rakyat China) dan petugas Kantor Imigrasi Manado,” ujar Ibrahim.
Koordinasi bukan hanya menyangkut identifikasi jenazah, melainkan juga keputusan tentang cara pemulangan jenazah. Ada kemungkinan keluarga meminta jenazah Wei Xie dikremasi.
Sebelumnya, Kepala Kepolisian Resor Manado Kombes Benny Bawensel menyatakan, otopsi sedang berlangsung. Kematian Wei Xie saat ini sedang diselidiki Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Manado. Kepala Satreskrim Polres Manado Ajun Komisaris Thommy Aruan menyatakan belum bisa membuka informasi tentang hasil penyelidikan.