Kalimantan Tengah dinilai menjadi tempat konsolidasi jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah. Tak hanya itu, Kabupaten Gunung Mas diduga akan menjadi tempat pelatihan pengumpulan dana jaringan teroris perakit bom ini.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kalimantan Tengah menjadi tempat konsolidasi jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah. Tak hanya itu, Kabupaten Gunung Mas disinyalir akan menjadi tempat pelatihan dan pengumpulan dana jaringan teroris perakit bom ini.
Hal itu ditegaskan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Kalteng Komisaris Besar Agung Prasetyoko saat ditemui Kompas di ruangannya di Palangkaraya, Rabu (12/6/2019). Hingga kini, 34 orang ditahan di Polda Kalteng, satu orang terduga teroris tambahan ditangkap di Gunung Mas.
Sebelumnya, Polda Kalteng dan Detasemen Khusus 88 menahan 34 orang yang terdiri dari 10 anak-anak, 8 perempuan dewasa, serta 16 laki-laki dewasa dan lanjut usia. Dua orang lagi yang menjadi tersangka masih dalam daftar pencarian orang (DPO). Kedua orang ini juga yang membawa rombongan dari Aceh dan Sulawesi.
Agung menjelaskan, dari total 34 orang yang ditahan di Polda Kalteng, sebagian besar berasal dari Aceh dan Sulawesi. Dua keluarga berasal dari Kalteng.
”Jadi, setelah terjadi penangkapan di Gunung Salak, Aceh Utara, mereka kabur melarikan diri ke mana-mana. Mereka itu perakit bom, memang dilatih untuk itu. Kalteng jadi salah satu tempat titik temu karena mereka punya kawan di sini,” ucap Agung.
Ia menjelaskan, kelompok yang kabur dari Aceh ini menjadikan Kalteng sebagai titik temu sebelum membuat kerusuhan di Jakarta. Namun, di Kalteng mereka kehabisan logistik sehingga harus bekerja untuk mengumpulkan dana.
”Ada yang menambang, ada yang motong kayu, jadi penjahit, pokoknya bermacam-macam, tetapi tujuannya tetap ke Jakarta. Ini yang masih akan terus didalami,” lanjut Agung.
Hal senada diungkapkan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalteng Ajun Komisaris Besar Hendra Rochmawan. Menurut dia, Kabupaten Gunung Mas dengan kondisi geografis yang berbukit-bukit dan masih menyisakan banyak hutan primer menjadi pilihan sebagai tempat pelatihan.
”Mereka memang sudah berencana untuk membuat pelatihan di hutan-hutan sambil menambang ilegal dan lain-lain,” kata Hendra.
Sebelum kelompok ini ke Jakarta, Polda Kalteng terlebih dahulu mencium kedatangan mereka sejak enam bulan lalu saat tiba dari Bandara Kualanamu, Medan, dengan tujuan Bandara Tjilik Riwut, Kalteng.
Di Jakarta, lanjut Hendra, mereka akan membuat kerusuhan menggunakan bom pipa dengan aparat keamanan sebagai target utama. Meskipun demikian, polisi masih melakukan pemeriksaan.
Selasa pagi lalu, tim penyidik Detasemen Khusus 88 tiba di Palangkaraya untuk memulai penyelidikan terhadap para pelaku terduga teroris tersebut. Kemungkinan besar jumlah tersangka akan bertambah.
”Ini dibawa (ditahan) semua. Jadi nanti diperiksa satu-satu sehingga kalau memang ada yang terbukti kelompok teroris, pasti jadi tersangka,” ujar Hendra.