Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak bangsa Indonesia meneladani nilai-nilai persatuan dari makanan lopis. Lopis yang berbahan dasar ketan memiliki daya kohesi tinggi dan tidak mudah dipecah. Hal itu bisa menginspirasi kerukunan dan kesatuan masyarakat di tengah kemajemukan bangsa.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak bangsa Indonesia meneladani nilai-nilai persatuan dari makanan lopis. Lopis yang berbahan dasar ketan memiliki daya kohesi tinggi dan tidak mudah dipecah. Hal itu bisa menginspirasi kerukunan dan kesatuan masyarakat di tengah kemajemukan bangsa.
Hal tersebut dikatakan Ganjar seusai menghadiri peringatan Syawalan di Krapyak Sumbawan Gang 8, Kelurahan Krapyak Kidul, Pekalongan Utara, Rabu (12/6/2019) siang. Acara itu dimeriahkan pemotongan lopis raksasa yang menjadi salah satu tradisi dalam acara Syawalan di Kota Pekalongan. Ganjar berharap masyarakat memiliki daya ikat dan persatuan yang tinggi.
”Lopis ini mengandung nilai-nilai yang luhur, seperti gotong royong, guyub, dan berbagi. Pada saat proses pembuatan, misalnya, seluruh masyarakat bersatu dan bergotong royong tanpa memikirkan kepentingan golongan ataupun kelompok tertentu. Tidak memikirkan apa pilihan politiknya pada pesta demokrasi kemarin,” ucap Ganjar.
Lopis ini mengandung nilai-nilai yang luhur, seperti gotong royong, guyub, dan berbagi. Pada saat proses pembuatan, misalnya, seluruh masyarakat bersatu dan bergotong royong tanpa memikirkan kepentingan golongan ataupun kelompok tertentu.
Setelah jadi, lopis raksasa seberat 1,6 ton dan tinggi 2 meter tersebut tidak hanya dinikmati warga Kota Pekalongan, tetapi juga dibagikan kepada semua pengunjung yang hadir di acara Syawalan. Dari momen berbagi ini, masyarakat bisa belajar ikhlas.
”Ikhlas itu memang bukan sesuatu yang mudah. Misalnya mengikhlaskan diri, tenaga, dan pikiran bagi orang lain, termasuk jika ada perbedaan pandangan politik. Mari kita ikhlaskan proses yang sudah berlalu,” lanjut Ganjar.
Sejak pagi, masyarakat tumpah ruah di jalan menuju lokasi lopis raksasa tersebut. Akibatnya, ruas jalan menuju Krapyak Kidul sempat ditutup untuk kendaraan. Mereka antusias menyambut pemotongan lopis raksasa. Acara itu merupakan salah satu tradisi dalam acara Syawalan di Kota Pekalongan yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam.
Dwina Ariska (27), warga Kabupaten Pemalang, adalah salah satu dari ratusan orang yang bergabung di jalan menuju Desa Krapyak Kidul. Dwina datang jauh-jauh dari Pemalang karena ingin mengenal tradisi pemotongan lopis raksasa lebih dekat.
Acara itu merupakan salah satu tradisi dalam acara Syawalan di Kota Pekalongan yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam.
Dia mendapat informasi bahwa lopis raksasa dan daun yang digunakan untuk membungkus lopis tersebut banyak diperebutkan para pengunjung. Keyakinan yang tumbuh di masyarakat, lopis dan daun pembungkusnya dipercaya bisa menyembuhkan segala penyakit
”Tadi berangkat pukul 07.00 naik kereta. Selama ini, saya hanya lihat tradisi ini dari televisi atau media sosial. Tahun ini, saya ingin menyaksikan secara langsung proses pemotongan lopis serta ingin dengar cerita tentang khasiat dan proses pembuatan lopis raksasa ini,” kata Dwina.
Proses pembuatan
Budiyanto (30), salah satu warga Krapyak Kidul yang turut berperan dalam proses pembuatan lopis raksasa, bersyukur karena dirinya bisa belajar banyak hal dari lopis. Salah satu poin yang dipelajarinya adalah sabar.
”Proses pembuatan lopis raksasa ini memakan waktu yang cukup lama, yakni tiga hari dan tiga malam. Tidak boleh tergesa-gesa, harus sabar menunggu sampai lopis bisa matang sempurna dan sesuai harapan,” katanya.
Koordinator Panitia Syawalan Krapyak Kidul Muhammad Fahrudin mengungkapkan, ukuran lopis raksasa pada Syawalan tahun ini dibuat lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu, tinggi lopis 1,8 meter dan memerlukan bahan baku ketan sebanyak 3,7 kuintal. Adapun tahun ini tingginya 2 meter dengan bahan baku mencapai 5 kuintal.
Menurut Fahrudin, proses pembuatan lopis dimulai dari penanakan beras ketan, kemudian dilanjutkan dengan merangkai daun pisang dan bambu. Setelah itu, beras ketan yang sudah setengah matang ditumbuk.
”Setelah ditumbuk, beras ketan dimasukkan ke wadah sedikit demi sedikit. Proses tersebut membutuhkan waktu 10 jam,” ujarnya.
Pada Jumat (7/6/2019) petang, lopis dimasukkan ke dandang raksasa dan siap direbus. Setelah direbus seharian penuh, lopis kemudian dibalik dan dimasak kembali pada Sabtu petang. Kemudian, Minggu (9/6/2019), lopis raksasa tersebut diangkat.
Proses paling sulit selama memasak lopis raksasa ini, menurut Fahrudin, adalah mengontrol api agar tetap stabil. Api yang digunakan untuk memasak lopis tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil. Hal itu untuk mengatur agar uap air yang dihasilkan tidak surut. Sebab, proses penguapan sangat menentukan ukuran lopis.
Faharudin menambahkan, pembuatan lopis raksasa ini menghabiskan dana sekitar Rp 30 juta. Dana tersebut berasal dari bantuan Pemerintah Kota Pekalongan sebesar Rp 24 juta dan sisanya merupakan patungan swadaya warga.