Indonesia-Chile menggelar pertukaran instrumen ratifikasi sebagai upaya bersama dalam meningkatkan kemitraan kedua negara. Selain perdagangan barang, peluang yang bisa dimanfaatkan adalah memperluas kemitraan di perdagangan jasa hingga investasi.
"Total perdagangan bilateral antara Indonesia dan Chile pada 2018 hanya 274,1 juta dollar AS," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Jakarta, Selasa (11/6/2019).
Enggartiasto menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan di acara pertukaran Instrument of Ratification (IoR) Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
Menurut Enggartiasto, total nilai perdagangan bilateral Indonesia-Chile tersebut terbilang kecil. Perjanjian Kemitraan Ekonomi Menyeluruh (CEPA) Indonesia dengan Chile -yang meliputi perdagangan barang, jasa, dan investasi- diyakini dapat membuka peluang lebih besar untuk mengoptimalkan kerja sama ekonomi kedua negara.
"Bagi Indonesia, Chile secara bertahap akan mengeliminasi 89,6 persen pos tarifnya atau sebanyak 7.669 pos tarif. Hal ini termasuk -namun tidak terbatas pada- otomotif, alas kaki, tekstil, minyak sawit, kopi, produk perikanan, dan produk ekspor utama lainnya," tambah Enggartiasto.
Sebaliknya, bagi Chile, Indonesia berkomitmen untuk mengeliminasi 86,1 persen tarif produk atau sebanyak 9.308 pos tarif.
Kedua negara berkomitmen menjalin kerja sama yang saling menguntungkan demi kemakmuran bersama.
Berdasarkan data di laman Kemendag, pada Januari-Maret 2019, neraca perdagangan Indonesia-Chile surplus 13,713 juta dollar AS. Adapun pada 2018, surplus perdagangan Indonesia-Chile sebesar 43,922 juta dollar AS.
Mitra dagang
Wakil Menteri Luar Negeri Bidang Perdagangan Chile, Rodrigo Yanez Benitez, menambahkan, pertukaran IoR ini merupakan tonggak bersejarah yang menandai pencapaian luar biasa dalam hubungan perdagangan Chile dan Indonesia.
Perjanjian yang akan berlaku mulai 60 hari mendatang, yakni 10 Agustus 2019, dinilai dapat memberi manfaat bagi kedua negara. Manfaat itu termasuk untuk memperluas dan memperdalam hubungan ekonomi Chile dan Indonesia.
"Manfaat yang lebih besar ini melalui penciptaan lebih banyak peluang bagi tenaga kerja dan perusahaan, pembangkitan ekonomi, dan manfaat sosial lewat peningkatan standar hidup masyarakat kita," ujarnya.
Menurut Benitez, Asia Tenggara -dengan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi di dalamnya- selama ini merupakan mitra dagang penting bagi Chile. Saat ini Chile memiliki posisi kuat sebagai pintu masuk ekspor ke pasar Amerika Latin.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo mengatakan, perjanjian yang disepakati ini baru terkait perdagangan barang.
"Tadi dibicarakan peluang untuk mulai mengkaji perdagangan jasa dan investasi. Hal ini untuk memfasilitasi perusahaan Indonesia masuk ke Chile dan sebaliknya," kata Iman.
Iman menuturkan, Enggartiasto dan Benitez sempat membicarakan kemungkinan perusahaan Chile berinvestasi di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai pintu masuk ke pasar ASEAN.
"Sebaliknya, juga kemungkinan bagi perusahaan Indonesia untuk berinvestasi di Chile sebagai pintu masuk ke kawasan sana. Salah satu hal yang akan didorong adalah di sektor industri makanan," kata Iman.
Merujuk pada informasi yang disampaikan Benitez, cukup banyak anak-anak muda Chile dan negara-negara di sekitarnya yang kian gemar bepergian serta bersentuhan dengan cita rasa kuliner Asia yang kaya bumbu. (CAS)