Revitalisasi Pranata Sosial Cegah Konflik
KENDARI KOMPAS Konflik sosial terjadi salah satunya karena pranata sosial-budaya dahulu tak lagi dihidupi masyarakat Pranata sosial-budaya itu menjadi pegangan dalam mengelola hidup bersama sehingga ke depan perlu direvitalisasi Dosen sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Halu
KENDARI, KOMPAS Konflik sosial terjadi salah satunya karena pranata sosial-budaya dahulu tak lagi dihidupi masyarakat. Pranata sosial-budaya itu menjadi pegangan dalam mengelola hidup bersama sehingga ke depan perlu direvitalisasi.
Dosen sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Darmin Tuwu, menyatakan hal itu terkait kerusuhan antara Desa Sampuabalo dan Gunung Jaya, Kecamatan Siotapina, Buton, pekan lalu.
”Pranata sosial-budaya masyarakat Buton dahulu, misalnya, tak bisa digantikan dengan pranata sosial-politik formal sekarang. Ini perlu dilihat lagi karena kehadirannya efektif meredam dan menyelesaikan gejolak di dalam masyarakat,” kata Darmin yang juga Direktur Lembaga Kesejahteraan Sosial Indonesia Timur saat dihubungi dari Palu, Sulawesi Tengah, Senin (10/6/2019).


