Produsen dan penyedia perhiasaan emas PT Hartadinata Abadi Tbk membagikan dividen tunai Rp 32 miliar kepada pemegang saham. Perusahaan yang masuk pasar modal sejak 2017 itu menyiasati lesunya ekonomi global dan daya beli masyarakat tahun lalu dengan pengembangan toko ritel.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Produsen dan penyedia perhiasan emas PT Hartadinata Abadi Tbk membagikan dividen tunai Rp 32 miliar kepada pemegang saham. Perusahaan yang masuk pasar modal sejak 2017 itu menyiasati lesunya ekonomi global dan daya beli masyarakat tahun lalu dengan pengembangan toko ritel.
Hartadinata Abadi mencatatkan pertumbuhan pendapatan pada 2018. Laba bersih pada 2018 naik 10,7 persen menjadi Rp 124 miliar dari tahun sebelumnya Rp 112 miliar.
Dalam rapat umum pemegang saham tahunan, Hartadinata Abadi mengumumkan pembagian dividen sebesar 26 persen kepada pemegang saham atau Rp 7 per lembar saham. Dividen ini juga naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp 6 per lembar saham.
Direktur Keuangan PT Hartadinata Abadi Deny Ong menuturkan, situasi ekonomi memang sulit, terutama dampak dari lesunya ekonomi global dan daya beli masyarakat. Namun, mereka masih bertumbuh karena kontribusi dari perluasan pasar dengan memperbanyak toko ritel.
Emiten yang bergerak di industri perhiasan ini memiliki toko sendiri untuk menyalurkan produknya, Aurum Collection Center (ACC). Sejak masuk pasar modal pada 2017 hingga akhir 2018, ACC berkembang dari 11 toko menjadi 32 toko. Total toko itu menyumbangkan Rp 80 miliar tahun lalu.
”Ini merupakan efek toko yang semakin banyak dan meluas. Kondisi keuangan kami cukup solid. Meskipun pada tahun lalu sempat ada dampak dari peningkatan gaji karyawan yang menaikkan biaya administrasi,” ucap Deny yang juga menjabat Sekretaris Perusahaan Hartadinata Abadi, Selasa (11/6/2019), di Jakarta.
Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Sandra Sunanto menyebutkan, pengembangan jumlah toko akan menjadi fokus jangka pendek. Akhir tahun ini mereka menargetkan sudah terdapat 50 toko ACC.
”Toko ACC yang merupakan ritel kami sendiri bertumbuh sangat cepat. Kami akan terus memperluas cakupan pasar. Sekarang sudah ada di Sulawesi dan Sumatera, selanjutnya Kalimantan,” ucap Sandra.
Pengembangan toko ritel ternyata diikuti juga dengan kenaikan produksi. Hartadinata Abadi memproduksi rata-rata 789 kilogram perhiasan per bulan. Jumlah itu meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan 600 kilogram sebelum masuk pasar modal.
Prospek
Sandra menjelaskan, dalam jangka panjang, pihaknya telah menyiapkan rencana, yakni menghadirkan tempat pegadaian emas dan toko dagang elektronik atau e-dagang.
Pegadaian emas itu akan mulai beroperasi tahun ini di empat wilayah di Jawa Barat. ”Kami mulai di daerah pesisir. Kenapa? Kami mempelajari area yang berpotensi. Kami tidak mau berhadapan langsung dengan PT Pegadaian yang sudah ada di kota-kota besar,” lanjutnya.
Untuk e-dagang, Hartadinata Abadi hanya akan menjual logam mulia. Mereka belum akan menjual perhiasan karena konsumen biasa ingin mencoba barang tersebut sebelum membeli. Di e-dagang tersebut, konsumen bisa menabung untuk membeli logam mulia.
Sandra menambahkan, pihaknya sedang merencanakan untuk mulai ekspor. ”Rencananya ada, tetapi kami masih pikirkan, apakah akan ekspor produk dari sini atau membuat brand baru internasional,” ucapnya.