Sebagian atlet Indonesia harus mengorbankan momen hari raya Lebaran bersama keluarga untuk mengharumkan nama negara di sejumlah kejuaraan di luar negeri.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·3 menit baca
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelari nasional Lalu Muhammad Zohri mengikuti latihan daya tahan kecepatan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Jumat (3/5/2019). Dalam latihan tersebut, tampak hanya dua pelari nasional yang teknik berlarinya relatif sudah bagus sehingga bisa mendekati kecepatan optimalnya, yakni Lalu Muhammad Zohri dan Bayu Kertanegara. Sementara empat pelari lain belum berlari dengan teknik yang benar sehingga belum mampu berlari dengan kecepatan optimalnya.
Bagi umat Islam, hari raya Idul Fitri merupakan momen yang ditunggu-tunggu untuk beribadah dan berkumpul dengan keluarga. Namun, bagi sebagian atlet Indonesia, mereka harus mengorbankan momen penting itu demi mengharumkan nama negara di sejumlah kejuaraan di luar negeri.
Atlet-atlet yang terpaksa tidak merayakan Idul Fitri bersama keluarga, antara lain pesepeda Elga Kharisma Novanda, sprinter Lalu Muhammad Zohri, dan lifter Windy Cantika Aisah. Elga tidak bisa pulang kampung ke Malang, Jawa Timur, saat Lebaran karena harus mengikuti kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 di kejuaraan balap sepeda China Track Cup 1, pada 3-6 Juni 2019.
Zohri juga tidak bisa merayakan hari raya bersama keluarga di Lombok, Nusa Tenggara Barat, karena akan bersaing di Grand Prix Asia 2019 di Chongqing, China, pada 4-7 Juni. Sementara Cantika, harus membela ”Merah Putih” di Kejuaraan Angkat Besi Yunior IWF di Suva, Fiji, pada 1-8 Juni sehingga tidak bisa pulang ke kampung halaman di Bandung, Jawa Barat.
Ditemui di pelatnas atletik di Stadion Madya, Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (31/5/2019), Zohri mengatakan, sudah tiga tahun tidak Lebaran di kampung halaman karena harus mengikuti sejumlah kejuaraan. Merayakan Idul Fitri di negeri orang membuat Zohri rindu kampung halaman.
”Kalau Lebaran, biasanya saya shalat Id, kemudian berkumpul dengan keluarga, silaturahmi, lalu jalan-jalan ke pantai. Saya juga kangen makan opor ayam,” ujarnya.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sprinter Indonesia Lalu Muhaammad Zohri (tengah) mengikuti latihan di Pelatnas Atletik Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (8/4/2019). Zohri yang meraih medali emas pada Grand Prix Malaysia 2019 pada Sabtu lalu ini sudah kembali berlatih dan fokus untuk kejuaraan-kejuaraan selanjutnya, termasuk SEA Games 2019 dan Olimpiade Tokyo 2020.
Namun, rindu harus ditahan karena pelari terbaik nasional itu harus mengharumkan nama negara di pentas dunia. Untuk menyiasatinya, biasanya Zohri akan menghubungi keluarga melalui video call.
Zohri berhargap agar pengorbanan tidak merayakan Lebaran bersama keluarga ini berbuah manis, yaitu prestasi untuk Indonesia. ”Semoga saya bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia, baik untuk prestasi sekarang dan ke depannya,” katanya.
Di Grand Prix Asia 2019, Zohri akan memperkuat tim estafet 4 x 100 meter putra Indonesia. GP Asia itu menjadi salah satu kesempatan tim ”Merah Putih” merebut tiket ke Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, 27 September-6 Oktober. Dengan tampil di Doha, tim estafet berharap bisa menembus kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.
Untuk menghibur atlet-atlet yang berlomba di China, pelatih kepala sprint PB PASI, Eni Nuraini, sudah menyiapkan kue-kue kecil untuk atlet, seperti nastar dan kastengel. Biasanya, saat Idul Fitri atlet akan berkumpul, saling berjabat tangan, dan menikmati kue Lebaran bersama-sama.
”Biasanya, sih, kumpul di kamar saya karena paling besar. Kami berkumpul setelah perlombaan,” ujar Eni.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini seusai memimpin latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Jumat (12/4/2019). Eni Nuraini terpilih sebagai Pelatih Atletik Terbaik Asia Tahun Ini oleh Asosiasi Atletik Asia. Eni dinilai sebagai pelatih lokal yang mampu membina atletnya hingga bisa berprestasi ke tingkat dunia, seperti Lalu Muhammad Zohri yang meraih juara nomor 100 meter putra di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finlandia pada tahun lalu.
Eni mengatakan, dia kerap kesulitan untuk berkumpul bersama keluarga saat Idul Fitri. Namun, hal itu dilaluinya dengan sukacita demi mendampingi atlet-atlet yang berlaga di kejuaraan.
Pesepeda Elga Kharisma Novanda juga harus mengorbankan hari Lebaran bersama keluarga tahun ini. Elga bersama pebalap Crismonita Dwi Putri dan Ayustina Della Priatna akan berlomba di China untuk mengumpulkan poin kualifikasi Olimpiade 2020. Ketiganya dijadwalkan terbang ke ”Negeri Tirai Bambu” pada 3 Juni untuk persiapan sebelum lomba.
Elga mengatakan, dirinya kerap kangen berkumpul dengan keluarga. ”Tetapi, lama-kelamaan saya sudah terbiasa. Ini saja sudah dua bulan tidak pulang. Tetapi, karena sudah sering tidak di rumah, jadi tidak kaget,” ujarnya lagi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Lifter yunior putra Indonesia, Mohammad Yasin, mengikuti latihan di pusat pelatihan nasional PB PABBSI di Markas Marinir TNI Angkatan Laut, Jakarta, Selasa (28/5/2019). Latihan ini merupakan bagian dari persiapan atlet-atlet masa depan itu untuk mengikuti Kejuaraan Dunia Angkat Besi Yunior di Suva, Fiji, pada 1-8 Juni.
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja menuturkan, Kedutaan Besar Indonesia di Fiji juga mengundang tim angkat besi Indonesia untuk berbuka puasa bersama sehingga atmosfer bulan suci Ramadhan tetap terasa meskipun jauh dari Tanah Air. Saat Idul Fitri tiba, tim angkat besi Indonesia berencana menjalankan shalat Id bersama-sama di masjid setempat.
Selain itu, tim angkat besi sudah membawa makanan khas Lebaran, seperti rendang dan opor. Makanan itu akan dinikmati lifter-lifter yunior saat Idul Fitri. ”Saya sudah membawa rendang 2 kg dan bumbu opor. Jadi, nanti saat Lebaran tetap bisa makan opor. Meskipun sedang kejuaraan, hati harus tetap gembira,” ujar Dirdja. (DNA)