Pusat Grosir Pakaian Tanah Abang di Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019), mulai menutup toko sekitar pukul 15.00. Memasuki minggu kedua Ramadhan, sebagian pedagang berusaha menutup toko lebih sore untuk melayani pesanan tambahan.
Dari tahun ke tahun, para pedagang di pasar-pasar grosir di Jakarta selalu menantikan Lebaran. Momen penuh perayaan itu menjanjikan pendapatan lebih dari biasanya. Bahkan saat kerusuhan melanda Jakarta, 21-22 Mei, harapan itu tak pudar.
Saat kerusuhan dua hari itu, Pasar Tanah Abang lumpuh. Seluruh pasar, toko, dan lapak pedagang tutup. Namun, keesokan harinya, geliat Tanah Abang pun kembali. Keriuhan dan desak-desakan kembali mewarnai pusat belanja tekstil itu seolah tak pernah terjadi apa-apa.
Para pedagang di Tanah Abang bersiap jauh sebelum Ramadhan tiba. Barang-barang dagangan sudah dipasok sejak beberapa bulan sebelumnya. Sore pukul 15.00, pedagang di Pusat Grosir Pakaian Tanah Abang mulai mengemas barang dagangan mereka.
Pintu gulung yang ada di depan toko mulai ditarik keluar pertanda akan tutup. Ketika yang lain sudah tergesa-gesa menutup toko, Ola (34) justru menahan pegawainya agar tak segera pulang.
Selasa (14/5/2019) sore itu, toko yang diurusi Ola masih harus mengirim sekitar tujuh lusin permintaan kemeja shanghai untuk dua toko pakaian di Jakarta. Hingga pukul 16.30, stok kemeja bermodel tanpa kerah itu belum juga datang.
”Seminggu awal Ramadhan, baju koko dan kemeja shanghai laris banget di toko eceran. Mereka sampai minta restock 10 sampai 20 lusin,” ujarnya.
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Kemeja shanghai, yakni kemeja dengan model tanpa kerah, diminati pembeli di Pusat Grosir Pakaian Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019). Selain kemeja jenis ini, kemeja motif polos warna biru dan merah marun juga banyak dibeli pada pekan kedua Ramadhan.
Mengawali pekan kedua Ramadhan, Ola mulai merasakan bertambahnya permintaan pesanan pakaian. Jumlah 10 hingga 20 lusin itu baru permulaan. Tahun lalu, permintaan kemeja grosiran di tokonya mencapai 25 hingga 50 lusin dalam sehari.
Toko Ola hanyalah satu dari ratusan pedagang di kawasan grosir pakaian Tanah Abang. Bukan rahasia apabila Ramadhan menjadi celah pundi-pundi bagi berbagai sektor usaha. Mengutip data The State of The Global Economy Report 2018/2019, busana muslim menjadi sektor yang diprediksi terus berkembang. Sektor ini menyumbang 270 miliar dollar AS untuk perekonomian global.
Tahun ini, sejumlah tren pakaian diminati pembeli. Di toko Ola, permintaan baju koko masih jadi yang paling dominan. Selain itu, kemeja shanghai, kemeja motif polos warna biru dongker, dan merah marun juga banyak dipesan.
Lini busana muslim perempuan pun tak kalah peminat. David (43), pedagang di kawasan Blok A Tanah Abang, juga kecipratan untung atas model pakaian gamis perempuan. Ia menceritakan, gamis ala rompi seperti yang dipakai penyanyi Nissa Sabyan menjadi model terlaris tahun ini.
”Awalnya karena ada yang minta, lalu saya pelajari modelnya seperti apa. Seminggu terakhir, omzet dari pakaian ini mencapai Rp 200 juta,” katanya.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Calon pembeli berkeliling Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta, untuk memilih pakaian, Kamis (16/5/2019). Pasar Tanah Abang mulai dipenuhi orang yang berbelanja pakaian untuk menyambut Lebaran.
Menanti keramaian
Sebagian pedagang grosir, seperti Ola dan David, merasa bahwa pesanan pada pekan ini tidak sebesar tahun lalu. Seingat Ola, ramainya pesanan tahun lalu bahkan terjadi sejak sepekan sebelum Ramadhan.
”Sebagai pemain grosiran, ada perubahan pola di tahun ini. Momen lonjakan pesanan saat belum terlihat pada minggu pertama. Selain itu, kecenderungan pesanan grosir juga bergeser melalui layanan dalam jaringan (daring),” ujar Ola.
Walau pedagang Tanah Abang mulai kebanjiran pesanan, sebagian pedagang di pasar lain masih menanti tren serupa. Pedagang di Pasar Senen dan Pasar Cipulir misalnya. Beberapa dari mereka belum mengalami kenaikan permintaan yang signifikan.
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Penjualan pakaian di Pasar Senen, Jakarta Pusat, mulai didatangi pengunjung pada pekan kedua Ramadhan, Selasa (14/5/2019). Ramainya pesanan pakaian saat Ramadhan selalu ditunggu pedagang sebagai celah menambah pundi-pundi penghasilan.
Rini (26), pedagang busana muslim di Pasar Senen, mengatakan, belum ada kenaikan pesanan dalam sepekan pertama Ramadhan. Satu-satunya pesanan yang didapat terjadi pada Senin (13/5/2019) lalu, yakni sebanyak dua kodi mukena.
Pedagang kerudung di ITC Cipulir Mas, Ade (23), juga menanti ramainya pesanan. Menurut dia, masa awal bulan Ramadhan bukan musimnya orang-orang berbelanja kerudung. Tapi, apabila musim belanja tiba, ia bisa mencatat hingga lebih dari 150 transaksi per hari.
”Biasanya sekitar 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, pembeli akan jauh lebih banyak. Tahun lalu, ada satu pelanggan yang bahkan membayar sekitar Rp 2 juta untuk membeli lusinan kerudung dalam sekali transaksi,” kata Ade.
Tetap dinanti
Meski kondisi tahun ini cukup berbeda, momen Ramadhan tetap menjadi yang paling dinanti. Perayaan besar umat Islam ini menjadi momen pedagang meraih omzet berkali-kali lipat.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, sektor busana, makanan, dan minuman pada Ramadhan tahun ini masih tetap mengalami pertumbuhan. Sektor busana masih tumbuh sekitar 15 sampai 20 persen dari periode normal.
”Pertumbuhan pada Ramadhan tahun ini masih akan menguntungkan pedagang pakaian. Pendapatan mereka bisa meningkat hingga tiga kali lipat dari bulan biasa,” jelas Gati.
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Pusat Grosir Pakaian Tanah Abang di Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019), mulai tutup sekitar pukul 15.00. Memasuki minggu kedua Ramadhan, sebagian pedagang berusaha menutup toko lebih sore untuk melayani pesanan tambahan.
Hingga memasuki pekan kedua Ramadhan, sejumlah pedagang masih menanti tren peningkatan ini. Ola, misalnya, pada tahun lalu meraih omzet hingga Rp 1 miliar saat Ramadhan. Berkat capaian itu, ia bisa mencicil rumah di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Tahun ini, ia menargetkan keuntungan saat Ramadhan dapat digunakan untuk pengembangan usaha. Apabila mendapat keuntungan sedikitnya Rp 300 juta, ia berencana untuk membuka satu toko lagi di Jakarta.
”Walau tahun ini kelihatan lebih sepi, mudah-mudahan masih bisa untung. Sepertinya cukup untuk buka satu toko lagi di Jakarta. Saya dan keluarga saat ini sudah punya empat toko pakaian di Tanah Abang, kalau ada satu toko lagi bisa kejar untung lebih besar,” kata Ola.
Mendekati Lebaran, harapan dan kecemasan silih berganti melintasi benak para pedagang. Apalagi dengan kegaduhan politik tahun ini. Namun nyatanya, Lebaran tak pernah ingkar janji.