JAKARTA, KOMPAS - Keterampilan lunak untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha baik bagi mahasiswa dan masyarakat awam masih jauh dari ideal. Oleh sebab itu, program kuliah kerja nyata tematik kewirausahaan berambisi untuk mengasah kompetensi literasi, keuletan berusaha, dan kreativitas masyarakat beserta warga desa.
Program KKNTK (Kuliah Kerja Nyata Tematik Kewirausahaan) ini merupakan kerja sama Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti) dengan Mitra Kunci, lembaga pengembangan sumber daya manusia di sektor formal dan non formal di bawah dana sosial pemerintah Amerika Serikat. Pada Senin (10/6/2019), mereka menandatangani nota kesepahaman dengan sepuluh perguruan tinggi untuk menyelenggarakan KKNTK periode 2019-2021.
"KKN adalah ciri khas pendidikan tinggi di Indonesia yang tidak ada di negara lain. Melalui KKN, mahasiswa bisa mempraktikkan ilmu yang dipelajari di masa kuliah secara kongkret. Tujuan lain KKN ialah agar pengalaman di lapangan bisa dijadikan pembenahan maupun inovasi pada proses perkuliahan," kata Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek dan Dikti Ismunandar.
Pada program KKNTK ini terdapat 40.000 mahasiswa yang terlibat. Mereka berasal dari Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Suryakancana, Universitas Siliwangi, Universitas Kuningan, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas Jember, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, dan Universitas Muhammadiyah Malang.
Kemenristek dan Dikti memberi Mitra Kencana rekomendasi nama-nama perguruan tinggi yang memiliki program KKN di dalam kurikulumnya. Mitra Kunci kemudian menyeleksi perguruan tinggi yang dinilai tepat untuk menjalankan program KKNTK. Adapun modul pelaksanaan KKNTK disusun oleh Mitra Kunci dan Unpad.
Pakar Pelibatan Pemuda Mitra Kunci, Amrullah Sofyan, menerangkan, pihaknya sengaja memilih perguruan tinggi yang tidak terlalu besar guna memberi mereka tantangan menerapkan tri dharma, terutama terkait sumbangsih kepada masyarakat. Apalagi, mayoritas perguruan tinggi mitra berada di kota-kota kecil yang mahasiswanya adalah penduduk lokal, sehingga harapannya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di KKNTK bisa berkelanjutan meskipun masa mahasiswa KKN telah usai.
Kemampuan lunak
Amrullah menjelaskan, tujuan KKNTK adalah meningkatkan kemampuan lunak mahasiswa dan masyarakat binaan. Dari riset yang dilakukan Mitra Kunci, terungkap bahwa rata-rata mahasiswa memiliki prestasi akademik yang baik, tetapi kemampuan lunak sangat kurang.
Para mahasiswa di perguruan tinggi mitra yang akan ikut KKNTK diuji melalui angket untuk melihat kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja formal. Aspeknya adalah membaca, memilah informasi yang akurat dan relevan, menulis dengan baik, memberi presentasi mengenai gagasan, berpikir kritis, mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi, serta kemampuan bernegosiasi.
"Nilai rata-rata mahasiswa di setiap kompetensi 6, padahal untuk pekerjaan formal butuh kecakapan yang mumpuni. Adapun jika mahasiswa ingin berwirausaha seusai tamat kuliah, butuh kecakapan-kecakapan itu dalam intensitas berlipat ganda," tutur Amrullah.
Permasalahan yang dipetakan melalui angket itu adalah kurangnya komitmen mahasiswa untuk menuntaskan suatu pekerjaan ataupun mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Hal ini karena kecenderungan mahasiswa sekarang menginginkan segala hal bersifat instan dan cepat selesai. Dari wawancara juga terungkap umumnya mereka hanya igin melakulan suatu pekerjaan selama dua tahun dan setelah itu pindah pekerjaan.
Karakter ini yang menjadi penghalang terciptanya wirausahawan ulet ataupun kemampuan meniti karier. Melalui KKNTK mahasiswa yang sudah dibekali materi kewirausahaan langsung mempraktikkannya dengan membimbing warga desa. Program yang dilakukan diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.
"Adanya dana desa membuat warga desa tidak akan tergantung kepada mahasiswa untuk melakukan pekerjaan. Warga harus belajar menjadi pengelola potensi desa dengan mahasiswa dan dosen sebagai pendamping dan fasilitator," kata Amrullah.
Hal serupa dikemukakan oleh Sekretaris Pusat Pelayanan KKN Universitas Diponegoro (Undip), Kurniawan Teguh. Ia menyadari bahwa selama ini KKN membantu mengembangkan potensi mahasiswa, tetapi berisiko membuat warga desa tergantung perguruan tinggi dalam pembuatan proposal hingga mencari jejaring bisnis.
Undip memiliki 340 desa binaan di 10 kabupaten di Jawa Tengah. Program KKN juga bekerja sama dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah di setiap kabupaten sehingga program berlangsung dua arah.
Salah satu contohnya ialah di Kabupaten Temanggung yang memiliki potensi kopi dan tembakau. Berdasarkan rencana penggunaan dana desa, warga ingin mengembangkan sektor pariwisata. "Pada KKNTK mahasiswa membantu memetakan cara mengoptimalkan potensi desa dan bersama warga mengembangkan sistem pengelolaannya," ujar Teguh.